Menteri Kesehatan (Menkes) dr. Terawan Agus Putranto menjanjikan sejumlah alternatif untuk masalah defisit anggaran BPJS Kesehatan. Harapannya agar ada jalan keluar bersama agar terjadi win-win solution, selain kenaikan iuran BPJS.

Adapun solusi yang ditawarkan, di antaranya, melakukan revisi INA CBGs terkait kenaikan harga dan tarif. INA CBGs sendiri adalah rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis.

Kedua, Kemenkes juga akan mengkomunikasikan lebih terkait data PBI (penerima bantuan iuran) kepada Kementerian Sosial (Kemensos). Dan ada wacana bahwa Kemensos akan memasukkan 5 juta peserta baru ke PBI.

Terkait KIS, Kemenkes akan melakukan cash flow yang tidak ditanggung BPJS dan Puskesmas, sehingga akan diberlakukan subsidi pembiayaan kesehatan.

Kemudian, Kemenkes akan melibatkan unicorn dalam mengatasi defisit BPJS Kesehatan. Pelibatan unicorn dilakukan untuk menghapus sekat dinding pelayanan dokter tanpa melibatkan anggaran BPJS Kesehatan.

Nantinya, Kemenkes akan membangun suatu aplikasi konsultasi medis gratis bernama Sehatpedia. Di sini sudah ada 638 dokter yang mau memberikan informasi atau konsultasi secara gratis.

Selain itu, Kemenkes juga akan menata kembali formularium nasional (fornas) atau daftar penyediaan jenis dan harga obat yang menjadi acuan untuk pelayanan kesehatan JKN, serta meningkatkan penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri.

Beberapa strategi tersebut akan dikaji untuk mencari solusi terbaik dalam menangani defisit anggaran BPJS. Intinya, Kemenkes pada dasarnya tak ingin rakyat terbebani dengan kondisi BPJS saat ini.

Kita sangat mendorong adanya strategi win-win solution atas kondisi tersebut. Menaikkan iuran BPJS bukan satu-satunya solusi untuk mengatasi defisit yang sudah terjadi.