irhayuayankAvatar border
TS
irhayuayank
Pemendam Rasa


Rasa senang bercampur grogi menyelimuti hati, entah kapan akan berlangsung seperti ini. Mungkinkah dia merasakan hal yang sama denganku? Kuharap begitu.

♡♡♡

Cahaya mentari semakin menghangat, peluh di pelipis pun bercucuran. Entah kapan pak kepsek berhenti berceloteh di tengah lapangan? Hari ini senin, seperti biasa setiap minggu diadakan upacara bendera di sekolahku. Salah satu sekolah menengah atas negeri di kotaku. Aku Inara, seorang siswi kelas sebelas.
Di tengah teriknya matahari tak mengurungkan aku untuk mengikuti upacara bendera. Memang kewajiban sih ... tapi, dari sini tempatku berbaris, aku dapat melihatnya dari dekat tanpa dia sadari. Dia adalah sosok yang selalu hadir di mimpiku, entah sejak kapan? Dia yang selalu membuat jantungku berdegup kencang jika berada di dekatnya, untung saja aku tak sekelas dengannya. Aku kelas 11e sedangkan dia kelas 11d.Namanya Deandra, gayanya yang cool, tinggi, dan ramah membuatku tertarik padanya.

“Ra, PR matematikamu sudah selesai belum?” Rina berbisik membuyarkan lamunanku

“I-iya ... kenapa? Mau nyontek?” desisku.

“Kok tau ...?” jawabnya nyengir. Memang kebiasaan Rina menyontek jika ada tugas, bukannya bodoh tapi, malas.

Upacara bendera masih berlangsung, aku masih menikmati pemandangan indah di depan sana. Dia memang suka berdiri di barisan depan, mungkinkah dia sengaja agar aku bisa menikmatinya? Sesekali dia melirik ke arahku, sontak aku membuang pandangan ke arah lain.

♡♡♡

Bel pulang berbunyi, waktu yang dinantikan semua siswa. Lega setelah melewati waktu berpikir menguras otak. Aku dan Rina berjalan keluar gerbang sekolah yang berjarak beberapa meter dari kelas. Kulihat juga dia bersama gengnya yang terdiri dari empat orang, mereka memang terlihat akur satu sama lain. Berjalan keluar sekolah menunggu angkot. Aku dan Rina pun demikian.

“Besok ada pelajaran olahraga loh, jangan lupa bawa seragamnya!” ucapku kepada Rina yang memang sering lupa membawa seragam olahraga.

“Ah, iya. Semoga ingat” sambung Rina lagi-lagi memberikan senyum andalannya.

Sebuah angkot berjalan kearah kami, di dalamnya sudah ada geng Deandra. Aku dan Rina pun segera naik. Senang rasanya bisa seangkot bersamanya, walau tak setiap hari tapi aku menikmatinya. Tawa renyahnya saat bersenda gurau bersama temannya mengisi telingaku. Aku tak berhenti menyimak setiap bait-bait kalimat yang keluar dari mulutnya dan menyunggingkan senyum ke arahku saat tak sengaja meliriknya. Betapa aku malu, ada rasa hangat di pipi yang ku yakin dia sempat melihat saat rona merah muncul tiba-tiba.

♡♡♡

“Aku menyukaimu, maukah kamu jadi kekasihku?” ucap seorang pemuda sambil memegang tanganku.

“Mau ...” aku menatapnya dengan penuh keyakinan, dan berharap ini bukan mimpi. Kemudian dia melepas tanganku berlalu begitu saja.

“Tunggu!” teriakku, namun dia tak berbalik sedikit pun.

Seketika dia menghilang. Aku terbangun, benar ternyata memang mimpi. Sungguh, inikah yang namanya cinta? Saat bertemu badan panas dingin sampai terbawa mimpi. Kulirik jam wekker di atas nakas, baru pukul satu lewat. Mencoba kembali memejamkan mata tapi, tetap terjaga. Akhirnya aku memutuskan bangun untuk melaksanakan sholat tahajjud.

♡♡♡

Aku berpapasan dengannya saat berjalan menuju toilet untuk berganti seragam olahraga yang telah kukenakan. Mata kami saling bertemu satu sama lain, dia menatapku penuh makna yang tak bisa kupahami sendiri. Melemparkan senyum termanisnya kepadaku, dan aku hanya bisa melempar pandangan ke arah lain, karena canggung dibuatnya. Mungkinkah rasaku berbalas?

♡♡♡
‘Oh Tuhan ... ku cinta dia. Ku sayang dia, rindu dia. Inginkan dia. Utuhkanlah rasa cinta di hatiku. Hanya padanya, untuk dia ...’ suara yang ku kenal melantunkan lagu itu di depan kelasku. Benar saja, tiba-tiba dia muncul di depan pintu kelas tanpa menoleh sedikit pun. Bukan kege-eran, tapi aku sangat yakin kalau lagu itu ditujukan padaku. Bahagia rasanya, inilah salah satu yang membuatku semangat ke sekolah.

“Ra, senyum sendiri gitu. Kenapa?” Sambil melambaikan tangannya Rina heran melihatku

“Ah, kepo!” aku hanya menjawab singkat, takut dia bertanya lagi.

Rina memang sahabatku tapi, aku tidak yakin ingin curhat masalah seperti ini dengannya. Aku malu mengakui kalau aku menyukai Deandra. Aku memang seperti ini, lebih tertutup dengan masalah percintaan. Terlebih lagi ini yang pertama, baru merasakan yang namanya jatuh cinta. Pemuda tampan, bergigi gingsul, ditambah lagi senyum manisnya yang selalu terbayang. Apalah aku ini cewek cupu, kutu buku, berkacamata, sangatlah tak pantas bersanding dengannya.

♡♡♡
Usai jam istirahat aku kembali ke kelas lebih dulu, meninggalkan Rina bersama Erin yang masih sibuk mengunyah bakso. Sepucuk surat kutemukan di laci meja kelasku, yang bertuliskan ‘Selamat Hari Kamis. Buat Kamu gadis manis tanpa pensil alis. Dapat salam paling romantis. Dari cowok berkumis tipis.’ Mataku membulat membacanya. Tak hanya itu, rasa hangat yang menimbulkan rona di pipi juga ikut serta. Kiranya siapa yang menyimpan surat ini ke laci mejaku? Tanyaku pada diri sendiri karena, aku enggan bertanya kepada Rina. Aku tak mau menjadi bahan bully-an. Aku segera menyimpan surat itu ke dalam tas sebelum Rina melihatnya.

“Ra, kok tumben hari ini ga makan? Diet?” tanya Rina yang berjalan bersama Erin yang baru kembali dari kantin, menghampiri kemudian duduk di sampingku.

“Diet? Ga kok, lagi malas aja” sahutku sekenanya sambil menikmati milktea kesukaanku. “Aku ke toilet dulu ya, ada yang mau ikut?” seperti biasa, aku ke toilet dulu sebelum jam istirahat berakhir.

“Ah ga, kita barusan ke toilet tadi” kali ini Erin yang menyahut.

Berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke toilet, aku menemukan sosok Deandra yang kuyakini dialah orang yang menyelipkan surat itu. Sepersekian detik, pandanganku dengannya terkunci dan hal itu membuat debaran lebih kencang pada jantungku. Lidahku terasa kelu, tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Belajar apa?” seketika dia kemudian bertanya kepadaku, entah untuk mencairkan suasana yang beku, atau sekedar berbasa-basi.

“Ba-bahasa in-“ dengan gugup, aku berusaha menjawabnya.

“In-indonesia? Inggris?”

“I-iya, maaf aku buru-buru” segera berlalu meninggalkannya karena tak ingin dia melihat pipiku memerah yang dari tadi sudah terasa hangat.

Sekedar bertatapan langsung dengannya aku sangat malu, apalagi tadi kali pertama aku berbicara dengannya. Setelah menyelesaikan panggilan alam, aku bergegas ingin kembali ke kelas. Ternyata sosok itu masih berdiri di tempat tadi, apakah dia menungguku?

“Nara!” Deandra memanggilku tapi tak kugubris

“Tunggu!” langkahku terhenti, kemudian dia menghampiriku. Padahal aku sudah sengaja mengambil jalan ke arah lain untuk menghindarinya.

“Ya” aku berusaha santai

“Mau ke mana?” tanyanya lembut

“Ke kelas” sahutku tanpa menatapnya

“Kenapa ke arah sana? Kelasmu di situ bukan?” jari Deandra menunjuk ke arah kelasku

“Oh, i-iya”

“Tunggu!” Deandra meraih tanganku, padahal aku sudah berbalik arah hendak berjalan ke kelas agar segera menghindarinya.

“Aku mau bilang—“ Ucapannya terpotong seketika, saat bunyi bel masuk berdering.

“A-aku ke kelas dulu” aku pamit dan bergegas menuju ke kelas.

♡♡♡

Lagi dan lagi, aku tak bisa tidur dibuatnya. Entah apa yang ingin dia katakan? Setelah kejadian itu, aku tak pernah lagi melihatnya. Tahu-tahu dia pergi keluar kota, ku dengar kabar dari teman sekelasnya kalau ayah Deandra sakit di sana.

Dua minggu telah berlalu setelah kejadian itu, tapi aku masih penasaran. Oh, seandainya aku memberikannya kesempatan untuk bicara, seandainya waktu dapat kuulang. Aku sangat menyesal. Kalaupun bukan ingin mengutarakan perasaannya kepadaku, setidaknya aku tak akan segundah ini. Aku menyesal, semoga ayahnya baik-baik saja, dan dia bisa kembali kesini.

♡♡♡

Saat kujumpa dirinya
Di suatu suasana
Terasa getaran dalam dada
Kucoba mendekatinya
Kutatap dirinya
Oh dia sungguh mempesona
Ingin daku menyapanya
Menyapa dirinya
Bercanda tawa dengan dirinya
Namun apa yang kurasa
Aku tak kuasa
Aku tak tau harus berkata apa
Inikah namanya cinta
Oh Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Oh Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Kujumpa dia berikutnya
Suasana berbeda
Getaran itu masih ada
Aku dekati dirinya
Kutatap wajahnya
Oh dia tetap mempesona
Rindu terasa
Dikala diri ini ingin jumpa
Ingin s'lalu bersama
Bersama dalam segala suasana
By. M.E - Inikah Cinta


Ku rasa lagu itu yang pas itu mewakili hatiku saat ini. Aku menjalani hari di sekolah seperti biasa, tapi serasa ada yang hilang. Seperti pelangi tanpa warna, Deandra aku merindukanmu.

End.
Diubah oleh irhayuayank 18-01-2020 07:43
tata604
NadarNadz
annuu
annuu dan 33 lainnya memberi reputasi
34
2.6K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.