missmars
TS
missmars
Ilusi Adhi Shakti & Badrakali Yang Mengerikan Dalam Kegaduhan Kucing Di Tengah Malam
Gambar:imgwonders

Suasana di pedesaan begitu tenang, damai, dan udaranya sejuk. Apalagi di perbatasan Kediri-Blitar. Daerah yang begitu dekat dengan Gunung Kelud. Walau sinar matahari begitu terik, tapi udara tetap saja sejuk. Mungkin orang-orang yang tidak terbiasa dengan udara di sini, awalnya akan takut menyentuh air. Bisa dipastikan ia hanya akan mandi sekali dalam sehari. Itu saja di tengah siang bolong. Kalau pun terpaksa mandi sore hari, pasti menggunakan air hangat. Tak salah ibu-ibu muda yang baru membangun rumah disini, di kamar mandi pasti dilengkapi dengan shower yang mengalirkan air hangat. Ya, seperti penghuni rumah baru di sudut perbatasan.
Gambar: doc.pribadi

Kata penduduk setempat, orang yang menjual rumah tidak diperbolehkan menjual beserta pintunya. Pamali katanya. Sore itu, sepasang sepuh datang untuk mengambil pintu rumahnya dari rumah yang sudah kami tinggali. Tinggal mengambil saja, karena semua pintu sudah kami ganti dengan yang baru.

"Terimakasih ya, Nduk , sudah diperbolehkan mengambil pintunya. Saya pamit, Assalamu'alaikum." Kata perempuan tua yang telah selesai menaikkan pintu-pintu ke brondol yang dibawa.

Aku dan wanita berhijab abu-abu disebelahku saling pandang.
"Wa'alaikum salam...." Jawab kami bersamaan. Bersamaan dengan menghilangnya mobil brondol dari rumah kami, kami pun masuk ke rumah. Langsung ke rumah bagian belakang.

"Rumah jadi lebih terang." Kataku sambil melihat-lihat.

Sore itu angin sangat kencang. Menjadikan udara didalam rumah lebih dingin dari biasanya. Setelah maghrib, entah apa yang merasukiku. Aku jadi tidak ingin beranjak dari sofa merah di depan TV. Selain karena udara yang dingin, aku merasa bulu-bulu kudukku bergiding. Mungkin memang karena aku tidak tahan dengan udara dingin.

Jam di HP-ku menunjukkan pukul 21.30 WIB. Di ujung sinetron yang kami tonton.

"Malam ini kita tidur di sini aja ya," kataku pada kakak perempuanku.
"Lha emang ada apa?"
"Enggakpapa. Aku takut aja tidur di kamar."
Kakakku tidak menjawab. Dia asik memainkan smartphone ditangannya. Tak lama kemudian, kakakku memegang remot.
"Pet!"
Layar TV berubah menjadi gelap gulita, juga tanpa suara.

"Udah ngantuk, ayo tidur di kamarku aja!" Ajak perempuan berhijab di sebelahku sambil beranjak dari sofa. Tapi aku menggelengkan kepala. Kemudian dia mematikan semua lampu, dan menyisakan satu lampu di perbatasan antara ruang tamu, kamarku, dan ruang tengah. Otomatis ruangan menjadi remang-remang. Dengan keadaan mengantuk, aku berjalan sentoyongan ke kamar. Langsung merebahkan diri di kasur kesayanganku.
Gambar: wikenhrid

Entah mengapa suasana malam itu sangat berbeda. Udara begitu dingin, menusuk hingga ke tulang-tulang. Di tambah ketakutan yang tiba-tiba menyelimuti. Menjadikanku yang mengantuk menjadi tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Guk, guk, guk! Guk, guk, guk! Guk, guk, guk!" Suara anjing sungguh mengagetkanku yang baru saja mengatupkan kelopak mata.

Tidak lama kemudian, seperti terdengar langkah kaki dari depan rumah ke samping. Aku yang menempati kamar paling depan pun menebak-nebak.
"Siapa yang sedang berjalan di tanah yang berpasir di depan rumah?"
Menyelimuti tubuhku dengan rapat, adalah salah satu cara menenangkan diriku sendiri dari perasaan takut dan was-was.

****
Suara orang berlalu lalang membangunkanku. Sinar matahari menyusup ke kamar melalui celah-celah gorden coklat yang menutup jendela kaca kamar. Ku gerayangi HP yang biasa tergeletak di sebelah ragaku berbaring. Jam sudah menunjukkan 06.30 WIB.

Dengan malas aku bangun mematikan lampu yang semalaman menyala. Sekaligus membuka gorden di ruang tamu. Silau. Kemudian aku kembali ke kamar, membuka gorden di kamarku dan kembali rebahan.
GIF
Video : hipwee

"Dhek, semalem kamu denger gak sih?" tanya Kakak yang berjalan dari kamar sambil membenarkan hijabnya.

"Dengar apaan? Suara anjingkan? Bener-bener mengagetkanku!" jawabku beruntun tanpa celah sambil berjalan ke kursi di ruang makan.

Kakakku sedang meminum segelas air bening dari gelas yang dipegangnya.

"Bukan. Ada suara seperti sesuatu terjatuh di dapur." Katanya.
"Ah, masa sih? Kok aku enggak denger?"
"Kamu mah kalau udah tidur kayak kebo."
"Emang jam berapa sih? Aku aja gak bisa tidur loh semaleman."
"Enggak bisa tidur apaan? Tahu gak sih, semalam tu kakak juga denger, kayak ada suara orang yang lagi ngulek sambel di dapur. Habis itu, kakak juga denger, suara kursi di sebelahmu kayak ada yang ngetuk-ngetuk dibuat mainan." Cerita kakakku.

"Ah, maasaa sih? Kok aku gak denger? Jam berapa emang?"

"Sekitar pukul 00.00 WIB-an lah." jawabnya.

"Aku jadi merinding nih. Eh, tapi tadi malem tuh malam jum'at loh Kak." Kataku mengingatkan.
"Terus kakak lihat?" tanyaku lagi.
"Enggak lah. Aku enggak berani keluar. Terganggu sih, gak bisa tidur. Tapi gak berani keluar."

Setelah pembicaraan kegaduhan yang masing-masing kami alami, kami beraktivitas seperti biasa. Memasak, bersih-bersih rumah, dan lain-lain.

***
Gambar: doc.pribadi

Senja mulai menampakkan keindahannya. Beberapa orang terlihat berjalan kerumah dengan membawa peralatan pertanian mereka. Ada juga yang menggiring sapi lengkap dengan pecutnya. Ada yang membawa sekarung rumput diatas boncengan sepedanya. Pertanda malam sebentar lagi tiba. Saatnya orang-orang istirahat dari berbagai aktivitas keseharian.

Tak berselang lama, suara adzan maghrib berkumandang. Aku dan kakak perempuanku segera mengambil air wudhu dan menunaikan solat fardhu.

"Lampu terasnya kok belum dinyalain sih," kataku sambil menuju saklar lampu teras seusai solat.

Seperti biasa. Kakakku hanya menuju sofa dan tidak meresponku. Dan itu benar-benar menjengkelkan.

Ku putuskan menuju dapur saja, menyiapkan makan malam. Namun begitulah di dapur. Terkadang aku seperti mendengar suara angin yang bergemuruh di belakang rumah. Sesungguhnya itu juga membuatku merinding.
"Kenapa suara anginnya menakutkan sih?" tanyaku dengan diri sendiri.
Gambar: kompasiana

Selain suara angin yang menakutkan, sayup-sayup, terkadang aku mendengar ada orang yang memanggilku.
"Mar, Marsya."
Aku mengabaikan suara itu.
"Marsya....."
Suara lembut itu terdengar lagi. Jadi kupasang telingaku baik-baik. Apakah aku hanya berhalusinasi atau tidak. Mataku menyusuri setiap sudut dapur. Tapi sudah tidak ada lagi suara-suara yang memanggilku.
"Shiit!"
Aku mengumpat, sambil kembali ke ruang tengah dengan membawa beberapa makanan dan piring kosong.

"Kak, itu di belakang rumah suara apa sih? Suara kincir angin atau apa? Nakutin." Kataku sambil melahab makanan di piringku.
"Aku enggak dengar apapun." Katanya.
"Aku sering denger." Kataku sambil membereskan piring kotor ke dapur dan mencuci piring.

Terdengar seperti ada suara-suara.
"Kak!" teriakku.
"Apaan sih?" terdengar suaranya dari ruang tengah.

Setelah mencuci tangan, aku langsung lari ke ruang tengah. Aku bercerita kalau tadi aku mendengarnya memanggilku.
"Dasar halusinasi. Pikiran tuh gak usah nyampe mana-mana deh!" jawabnya.
"Tapi nih ya, nanti malem, kalau ada suara orang mainin kursi lagi, bakal tak lihat. Seperti apa sih bentuknya. Lanjutnya.
"Emang berani?" tanyaku.
"Lihat aja nanti malem."

Seperti biasa. Waktunya tidur. Otomatis suasana menjadi remang-remang. Aku bahkan tidak punya cita-cita untuk menunggu suara-suara aneh di malam hari. Tidur dengan nyenyak dan tanpa beban adalah tujuanku.
Gambar: revolvy

"Brak!!!"
Sebuah suara membangunkanku. Aku tidak tahu apa itu. Tapi suara perempuan memanggilku. Kuputuskan untuk keluar kamar dengan kekantukanku.

Apa yang terlihat membuatku membelalakkan mata. Ku kucek kedua mata dengan tanganku. Apa yang kulihat?

Ada seorang wanita di depan mataku. Rambutnya hitam panjang, mengenakan gamis berwarna maroon, tangannya banyak. Memegang beragam senjata dan berdiri tegak di depanku. Penampakannya seperti Dewi Sati yang sedang marah.

Dalam film Mahadewa, Dewi Sati ketika marah merubah wujudnya menjadi wujud Adhi Shakti (Durga), yang memiliki banyak tangan dengan berbagai senjata, tapi anehnya, disalah satu tangannya membawa sapu lidi.
Gambar: revolvy

Kemudian berubah lagi seperi Dewa Shiwa/ Mahadewa yang sedang marah besar, yang membuatnya berubah menjadi Badra kali yang mengerikan. Dengan lidah terjulur panjang, tubuh besar kekar, mata membesar, dan deskripsi mengerikan lainnya.

Hal itu membuatku langsung terduduk di sofa dekat kamarku.

"Heh, ini loh ada kucing. Cepat keluarkan!"
Suara kakakku menyadarkanku. Kemudian aku berdiri dari duduk dan melihat kakakku sedang memegang sapu lidi. Jongkok di bawah meja makan, berdiri lagi, rupanya sedang mencari-cari kucing. Hahaha....

Aku sempat tertawa dalam keheranan. Apa yang aku lihat tadi? Ternyata di hadapanku hanya ada kakak perempuanku yang memegang sapu.

"Meeeooong!"
Kucing berbulu abu-abu itu melompat dari kolong kursi. Kemudian ku giring ke luar melalui pintu ruang tamu. Tanpa banyak kata akhirnya aku kembali ke kamar dan tidur.
Gambar: pxhere

Rupanya kegaduhan itu bukan yang terakhir kalinya. Malam berikutnya kami juga dihebohkan dengan kelakuan kucing yang berusaha naik ke meja. Wah, hal itu memang mengganggu tidur saja.

Padahal awalnya, kami berpikir kalau ada sesuatu di rumah kami. Karena pasalnya, kucing bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat manusia. Seperti makhluk halus giitu.... Hehehe...

Pagi harinya kami intermezo.
"Kenapa sih tadi malem berisik-berisik?"
"Lhah ada kucing kok. Tak kirakan ada setan atau apalah."

Kemudian kakakku bercerita. Malam itu sepi banget seperti biasa kehidupan di desa. Tengah malam ia mendengar seperti ada orang di dapur yang tengah memasak dan membuat sambal. Setelah itu, ia mendengar seseorang meletakkan masakan ke meja makan. Dan yang terlihat adalah kursi dimeja makan seperti bergerak-gerak sendiri. Dalam hatinya ia juga bertanya, siapa yang malam-malam masak?

Naah, gimana GanSist? Siapa sih yang tidak takut dengan suasana malam seperti diatas? Walau berakhir dengan ketawaan karena dugaanku yang salah.

Malam sebelum-sebelumnya aku mendengar ada suara napas orang deeket banget sama telingaku. Bulu kudukku bener-bener berdiri. Setelah itu ada anjing menggonggong dan dibarengi suara langkah orang di depan rumah menuju samping rumah.

Dan kekonyolan hari selanjutnya adalah, aku melihat wanita dalam wujud Adhi Sakthi dan Badra Kali yang mengerikan, dan diakhiro dengan loncatan kucing. Parahnya yang membawa sapu itu ternyata adalah kakak perempuanku yang sedang menghalau kucing.

Haha ternyata kegaduhan tengah malam itu bukan karena Adhi Sakthi atau Badra Kali yang mengerikan. Tapi karena kucing yang kelaparan.

Spoiler for Sumber : Cerita Pribadi:
Diubah oleh missmars 05-11-2019 22:36
lina.whsomeshitnessNadarNadz
NadarNadz dan 8 lainnya memberi reputasi
9
5.8K
29
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.