motivanjrit
TS
motivanjrit
7 Salah Kaprah Rokok Elektrik Di Indonesia



Ketika awal tahun 2010-an, terdengar kabar mengenai di kalangan anak muda rokok elektrik. Rokok elektrik mulai populer dan naik daun hingga terkesan menjadi simbol trend remaja pada saat itu di berbagai negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia.


Dikutip dari website Direct Vapor bahwa rokok elektrik mulai ada prototipenya ketika tahun 1920-an. Lalu pada tahun 2003 sebuah perusahaan di Tiongkok mulai mengenalkan produk rokok elektrik yang sesungguhnya.

Misi yang saat itu menjadi harapan perusahaan rokok elektrik tersebut adalah dapat membantu para perokok tradisional menemukan alternatif hingga mampu berhenti dari kebiasaan merokok tradisional.

Namun semakin kesini, semakin terlihat salah kaprah kebanyakan orang menyikapi rokok elektrik, terutama di Indonesia. Apa saja salah kaprah tersebut ? berikut ini 7 salah kaprah mengenai rokok elektrik di Indonesia:


Rokok Elektrik Harus Ngebul




Saat ini saya adalah pengguna rokok elektrik, lebih tepatnya yang disebut Pod System.  Pod yang saya gunakan memang cenderung lebih mahal harganya dari pod yang banyak beredar di pasaran. Saat sedang berkumpul ke sesama pengguna Pod, Pod yang saya gunakan menjadi sorotan karena cloud (asap) yang dihasilkan sangat sedikit. Ada yang bilang “Pod nya kurang bagus”, “terlalu mahal untuk pod yang kaya gitu”, “closed system, gak bisa gonta-ganti rasa”, dsb.

Setelah saya riset, ternyata Pod yang saya gunakan itu memiliki tujuan yang memang seharusnya setiap pod juga memiliki tujuan yang seperti itu. Yakni, Bisa digunakan di tempat umum tanpa mengganggu sekitar dengan asapnya (Makanya asap pod yang saya gunakan itu tipis), lalu teknologi yang digunakan pun sangat dipikirkan oleh perusahaan yang membuatnya,Di websitenya bahkan dibahas bawa e-liquidnya memiliki standard  yang menghindari bahan kimia yang muncul pada daftar Unsur Berbahaya dan Potensial Berbahaya (HPHCs) FDA, menjadi daftar Bahan yang Didiskualifikasi, atau dianggap zat bersifat Karsinogenik, Mutagenik, atau Reprotoxik (CMR).

Jadi jangan bangga dulu kalau pod yang dimiliki itu cloudnya ngebul, bisa jadi hal itu malah salah kaprah kita selama ini tentang pod system yang memang belum lama ini booming di Indonesia, karena pod yang baik justru tidak ngebul hingga tidak mengganggu sekitar.



Asik berbisnis, Lupa Misi Awal




Mungkin karena permintaan akan rokok elektrik berasap ngebul cukup tinggi di Indonesia, dan anggapan rokok elektrik itu harus ngebul sudah menjadi standard rokok elektrik yang bagus disini. Maka tidak sedikit Produsen yang merespon hal tersebut.

Walaupun misi awalnya rokok elektrik sebagai alternatif rokok konvensional agar pengguna rokok konvensional mampu menghentikan kebiasaan merokoknya karena selain berbahaya bagi diri, juga berbahaya bagi sekitar. Namun karena alasan “Sedang laris di pasaran”, tidak jarang produsen justru memproduksi produk rokok elektriknya hanya mementingkan kebutuhan pasar tersebut, bukan tujuan awalnya, yakni membuat perokok berhenti merokok.


Kategorisasi Yang Tidak Perlu




Sebenarnya mengkategorikan rokok elektrik menjadi Primary Device (Mod Vape) dan Secondary device (Pod System), tidak perlu-perlu amat dilakukan. Entah apa maksudnya, kategorisasi tersebut sudah menjadi lumrah di kalangan pengguna rokok elektrik, seolah seorang perokok elektrik belum afdol apabila hanya memiliki salah satu dari device tersebut. Entah kejadian ini terjadi dimana saja, yang pasti kategorisasi ini terjadi di Indonesia.


Dianggap Lebih Sehat Dari Rokok




Memang telah banyak penelitian yang dilakukan bahwa jika dibandingkan dengan Rokok Konvensional, Rokok Elektrik justru lebih rendah resikonya. Bahkan, American Cancer Society (ACS) pada 2018 menyatakan bahwa seharusnya Rokok Elektrik dipertimbangkan sebagai sebuah solusi untuk mengurangi risiko kanker yang disebabkan rokok tembakau. New England Journal of Medicine merilis penelitian pada 30 Januari 2019 yang menyebutkan rokok elektrik dapat menjadi terapi bagi perokok konvensional dalam mengurangi penggunaan nikotin.

Tetapi hal itu berlaku untuk rokok elektrik dengan merk tertentu saja, belum tentu yang beredar sekarang di pasaran, karena rokok elektrik yang menjadi bahan penelitian saat itu adalah rokok elektrik ber-merk Juul.

Rokok elektrik tetap memiliki dampak buruknya tersendiri, kita bisa banyak mengkesplorenya di Internet terkait dampak buruk rokok elektrik yang bahkan bisa jadi sama bahayanya dengan rokok apabila produk rokok elektrik yang digunakan berkualitas buruk.



Mencegah Atau Mendukung Perokok Baru ?




Produk rokok elektrik tidak dianjurkan untuk mantan perokok ataupun mereka yang belum pernah merokok, rokok elektrik dibuat  untuk menjadi peralihan bagi perokok konvensional yang masih aktif hingga sekarang.  Namun banyak rokok elektrik yang beredar di pasaran justru digunakan oleh mereka yang sudah benar-benar stop merokok, hingga mereka yang belum pernah merokok. Hal tersebut juga seringkali memicu para pengguna itu justru kembali atau mulai menggunakan rokok tembakau karena ketidak puasan yang dihasilkan rokok elektrik dan juga karena ketidaktahuan dari tujuan pertama rokok elektrik.



Karena Trend Jadi Keren



Tidak ada yang bisa disalahkan apabila sesuatu menjadi trend di kalangan masyarakat tertentu, bahkan jika yang trend itu adalah sebuah produk, hal tersebutlah yang diharapkan oleh pelaku bisnis produk tersebut. Entah mengapa, sebuah produk asal memiliki budget yang cukup untuk promosi, sangat mudah untuk menjadi trend di Indonesia, tidak terkecuali produk rokok elektrik.
Penggunaan rokok elektrik dianggap keren karena telah menjadi trend akibat penggunanya dari mulai kalangan kaum influencer dan selebriti , hingga fans dan para pengikutnya.
Akibatnya, tidak sedikit anak-anak di bawah umur dan remaja yang menggunakannya karena terpengaruh oleh trend yang sedang berkembang tanpa mengetahui hakikat tujuan dari penggunaan rokok elektrik itu tersendiri.

Menjadi Candu Baru



Rokok elektrik yang berkualitas baik seharusnya justru tidak membuat penggunanya kecanduan, Karena di awal telah disinggung bahwa Rokok Elektrik hanyalah sebuah produk peralihan.  Berbisnis rokok elektrik itu sama seperti bisnis diapers, jika seorang anak sudah bisa pergi ke toilet sendiri, maka diapers sudah tidak diperlukan. Begitupula Rokok Elektrik, jika perokok konvensional telah mampu menghentikan kebiasaan merokoknya karena produk peralihan rokok elektrik, maka seharusnya ia mampu menghentikan segala kegiatan merokoknya.

Untuk itu rokok elektrik tidak di-desain untuk membuat penggunanya kecanduan, jika sekarang anda kecanduan merokok elektrik, perlu dipertanyakan kualitas rokok elektrik yang anda miliki




anasabilasebelahblog4iinch
4iinch dan 27 lainnya memberi reputasi
26
13K
141
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.