Menangkal radikalisme memang bukan hal yang mudah, adanya gerakan radikalisme juga jelas-jelas bertentangan dengan kemanusiaan. Apalagi di Indonesia yang hidup penuh keberagaman, tentu juga banyak tantangan yang dihadapi sebagai negara plural.

Beberapa waktu lalu, saya sempat mengikuti isu radikalisme ini, bahkan institusi pendidikan pun dikaitkan.

Sebut saja isu yang pernah menyeret salah satu Perguruan Tinggi kebanggan Indonesia yakni IPB University. Akibat ulah oknum, IPB University justru diduga ada gerakan radikalisme. Padahal ya, sudah jelas banget itu ulah oknum.

Oknum seperti itu pun saya percaya, tidak akan diberi ruang sedikitpun di lingkungan pendidikan sekelas IPB University. Sebagai Perguruan Tinggi yang telah menghasilkan banyak alumni di semua sektor, tentu saja komitmen besar IPB University adalah ikut menjaga kebinekaan, berpegang teguh pada ideologi Pancasila dan cinta terhadap NKRI.

Saya yakin alumni di kampus ini telah berkiprah di berbagai sektor kehidupan masyarakat, kontribusi IPB University sebagai kampus yang fokus ke industri pertanian pun, sudah banyak memberikan kontribusi besarnya kepada negara.

Jangan sampai, ulah oknum yang melakukan tindakan radikalisme kemudian menyeret nama institusi. Itu sangat tidak elok alias salah tempat.

Cara IPB University dalam menangkal isu radikalisme juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satu tokoh menyampaikan apresiasi itu adalah mantan Menteri RIset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir.

Cara berpikir beliau tentang IPB yang menangkal paham radikalisme ini, bagi saya mewakili masyarakat Indonesia bahwa institusi tersebut dengan tegas melawan radikalisme, tidak hanya di institusi mereka tatapi juga di Indonesia secara keseluruhan.

Mari bersama IPB University kita tolak tegas paham radikalisme. Paham radikalisme tidak akan kita biarkan mengganggu institusi pendidikan. Bagi yang menyebarkan paham radikalisme, mahasiswa dan jajaran civitas akademika IPB University hadir untuk melawan siapapun. (*)