anus.buswedanAvatar border
TS
anus.buswedan
Serapan Anggaran Hanya 57 Persen, Anies Bisa Kena 'Semprit' Tito Karnavian
Sehari usai dilantik sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian langsung meminta jajarannya untuk mengecek serapan anggaran di tiap pemerintah daerah. Instruksi tersebut ia sampaikan saat memimpin apel pagi seluruh pegawai lingkup Kemendagri dan BNPP, di halaman kantor Kemendagri, Kamis (24/10/2019) pagi.

Tujuannya, sambung mantan Kapolri tersebut, agar sisa lebih penggunaan anggaran tidak terlalu besar. "Bukan berarti harus dihabiskan, tapi dievaluasi apa yang sudah diprogramkan,” ucapnya.

Ia juga meminta direktorat keuangan daerah untuk menyisir satu anggaran belanja pemerintah di tiap daerah, mengingat kerja untuk APBD 2019 tinggal dua bulan.

“Masalah anggaran, penyerapan anggaran harus betul-betul efektif, efisien, kita dorong agar penyerapan anggarannya bisa tepat sesuai program, baik lingkungan kita dan di daerah," tegasnya.

Baca juga: Serapan Anggaran DKI Rendah, IBC: Karena Banyak Dinas Dipimpin Plt Anies Bisa Kena Semprit

Jika penyisiran tersebut benar-benar dilakukan oleh Kemendagri, barangkali Pemprov DKI akan jadi pemerintah daerah pertama yang dievaluasi oleh Kemendagri. Serapan Anggaran Pemerintah ibu kota baru mencapai 57,12 persen per 25 Oktober 2019.

Beradasarkan situsweb Monitoring dan Evaluasi Bappeda DKI Jakarta, serapan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung baru mencapai Rp44,5 triliun dari total Rp77,8 triliun anggaran yang dialokasikan.

Jika dilihat lebih detail, serapan belanja Langsung yang meliputi biaya pegawai, pengadaan barang dan jasa, hingga modal sendiri baru mencapai Rp21,5 triliun atau 48,8 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp44,5 triliun.

Dari total alokasi belanja langsung, serapan paling ekspansif terjadi pada pos belanja pegawai sebesar 71,8 persen. Sementara belanja pengadaan barang dan jasa serta belanja modal masing-masing baru mencapai 61,9 persen dan 26,5 persen.

Artinya, serapan anggaran lebih banyak terpakai untuk gaji pegawai ketimbang realisasi program kerja Pemprov. Hal serupa juga terjadi pada anggaran Belanja Tidak Langsung yang melingkupi biaya pegawai, dana hibah, biaya tak terduga, bunga, subsidi, bantuan sosial, hingga bantuan keuangan.

Baca juga: Dulu Mengkritik, Kini Anies Diam Ditanya Serapan Anggaran Rendah

Hingga saat ini, penyerapan anggarannya masih di angka Rp22,6 triliun atau 68,1 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp33,29 triliun. Serapan terbesar justru terdapat pada pos bantuan keuangan serta belanja tidak langsung pegawai yang masing-masing sebesar 93,1 persen dan 78,2 persen.

Sementara subsidi dan bantuan sosial, yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, serapan anggarannya masing-masing cuma 44,1 persen dan 51,7 persen. Adapun pos belanja hibah baru terealisasi 64,17 persen, belanja bunga sebesar 64 persen serta belanja tak terduga sebesar 0,59 persen.

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Misbah Hasan, mengatakan, lemahnya serapan hingga kuartal empat 2019 membuat Gubernur Anies Baswedan dan jajarannya kena semprit Kemendagri. Sebab, rendahnya serapan anggaran Pemprov DKI Jakarta menunjukkan lemahnya sistem pengendalian keuangan yang dilakukan.

Dia juga mengingatkan Anies agar lebih berhati-hati dalam penyerapan anggaran yang berpotensi tinggi di akhir tahun. Apalagi, serapan yang menumpuk di akhir tahun tersebut kerap menimbulkan risiko.

"Misalnya, kualitas pekerjaan proyek yang rendah, hingga termasuk potensi korupsi," katanya saat dihubungi Jumat pekan lalu (25/10/2019). "Resiko lain, SILPA tinggi di akhir tahun. Dengan begitu, merugikan masyarakat karena anggaran yang seharusnya mereka nikmati dalam bentuk program dan kegiatan dari masing-masing fasilitas publik tidak terlaksana," lanjutnya.

Menurut Misbah, Anies juga perlu memperbaiki mekanisme pengendalian anggaran agar proses pengadaan barang dan jasa di DKI lebih efektif. Di samping itu, proses lelang untuk program dan kegiatan prioritas, yang menunjang pencapaian target pembangunan DKI, juga harus didahulukan.

"Mendagri dan Menteri Keuangan harus memberikan teguran. Mereka juga harus punya sistem evaluasi juga untuk memaksimalkan serapan anggaran, bukan hanya terserap diakhir tahun anggaran," katanya.

https://tirto.id/serapan-anggaran-re...arnavian-eekvo

Anus pemalas autopilot, pembangunan nol! KebanyakanProyek bancakan gak jelas dan dana hibah semua..
Rusunami cuma 700 unit, rusunawa nol.. Target pas kampanye 300 ribu rusun atau 60 ribu unit/tahun lu nus!
Ngaca nus, ini malah kritik ketimpangan ke pusat.
Diubah oleh anus.buswedan 28-10-2019 15:28
sudarmadji-oye
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.4K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.