nengpipi
TS
nengpipi
ANAKKU TIDAK IDIOT




Tes... Tes.. Tes...

"Elap encesnya nak" kataku pada mussa.

Netranya bergerak kesembarang arah. Lalu tersenyum manis sekali,memamerkan gigi gripisnya.

Aku tau nak, kau mendengarku. Hanya saja butuh beberapa menit untuk paham apa yang ku maksudkan. Kau akan melakukannya nanti saat kau sudah paham apa yang ku pinta.

"Luuuhh.. Mbk lussy, anaknya idiot gitu kasian banget." Oceh sekumpulan ibu sambil berbisik.

Jleebb...
Hatiku terasa di hujam pedang,sakit sekali. "ANAKKU TIDAK IDIOT!" teriakku dalam hati.
Jahat sekali mulut mulut kalian, mengatakan anakku idiot!. Anakku tidak idiot! Dia hanya sedikit berbeda dari anak anak kalian.

Kalian tau? Hanya sedikit. Ketika anak kalian akan langsung paham dengan perintah kalian. Maka mussa hanya butuh tambahan waktu saja untuk paham maksudku.

Bukankah mereka sama?

Ketika anak kalian mampu bergerak aktif. Berlari kesana kemari sambil tertawa gembira. Mussa juga mampu seperti itu. Hanya saja caranya berbeda. Mussa lebih suka menggelesot dilantai sambil memainkan jemarinya.

Bukankah mereka sama?

Pandangan kalian saja yang buta. Mengatakan anakku idiot. Mussa tidak idiot! Dia anak spesial. Dia berbeda. Dan dia indah.

"Ya ampun mbk lussy! Kenapa sih si Mussa gak di sekolahin di SDLB aja? Kasian lo temen temennya ketakutan liat Mussa kayak gitu" cecar bu Narti.

Stok sabarku nyaris habis. Jika tidak ingat ini sekolah mungkin sudah ku jambak jambak rambut brekele nenek sihir ini.

Aku menyekolahkannya di sekolah biasa sebab aku tau anakku mampu. Mussa mampu berfikir sama dengan anak anak lain. Hanya saja butuh waktu yang sedikit lama.

Kriiingggggg....

Bel berbunyi nyaring membuatku seketika berlari ke arah Mussa. Ya aku harus secepatnya membantu dia berdiri untuk masuk kelas.

Mussa sebenarnya dapat berdiri dan jalan sendiri, hanya saja dalam kondisi seramai ini aku tak berani melepasnya. Teman temanya terlalu nakal, sering kali lari tak karuan arah dan tak jarang menabrak Mussa. Sungguh aku tak tega melihatnya jatuh ,kemudian akan sangat kesulitan untuk berdiri.

"ayo sayang, kita masuk kelas dulu ya! Nanti Mussa duduk yang rapi biar pulang duluan " kataku sambil mengusap kepalanya.

Setelah ku antarkan Mussa, aku kembali duduk ditaman kecil depan kelas.
Aku memang tak bisa jauh dari Mussa, anakkku begitu spesial tak sembarang orang bisa berkomunikasi dengannya.

"Eh..eh, ibuk ibuk tau gak? Tadi malam bu Amin sama pak Amin berantem. Sampe heboh banget, katanya bu Amin sampe di tampar lo sama pak Amin. Duh... amit amit banget ya punya suami kayak gitu"

Dug! Jantungku mulai berdetak tak karuan mendengar cerita dari bu Narti. Seketika bayangan masa lalu itu datang lagi.

"Lus! Lussy! Lussy! Bikinin teh buruan!" seru mas Bambang mengejutkanku.

Hari itu aku tengah hamil tujuh bulan. Tapi memang kondisi kesehatanku selalu tak memungkinkanku untuk beraktifitas seperti biasanya. Aku sering lemas sebab kurang nutrisi. Saat seharusnya ibu hamil banyak memakan buah dan sayur, aku hanya makan tempe atau tahu saja. Bukan karena miskin tapi mas Bambang terlalu pelit untuk membelikanku buah dah sayur.

"Woy! Denger nggk? Dasar pemalas! Mentang mentang hamil kamu mau sok sokan manja ya? Mimpi kamu bisa bermanja manja di rumah ini!." cecarnya lagi sambil menjambak rambutku.

Segera aku berdiri, meski sebenarnya kakiku sangat lemas tapi apalah dayaku. Jika aku menolak maka tamparanlah yang akan mampir di pipi.

Aku berjalan gontai sambil membawa secangkir teh manis yang di mintanya. Sesekali aku meringis menahan keram di perut yang sering tiba tiba datang.

Terkadang aku ingin sekali seperti wanita lain. Saat hamil maka merka adalah ratu, yang jangankan untuk bekerja bediri saja di bantu oleh suaminya. Tapi apalah aku? Hanya seorang wanita bersuamikan durjana.
Singa berbulu domba. Di depan orang lain dia akan kelihatan sangat mencintaiku. Tapi saat di rumah dia tak lebih dari malaikat maut yang kapan saja bisa merenggut nyawa.

"Ini mas tehnya, diminum"ujarku seraya meletakkan cangkir teh kehadapan mas Bambang.

Baru saja kakiku hendak beranjak dari hadapannya. Mas Bambang kembali berteriak sambil menyemburkan teh dari mulutnya..

"Teh apa nih? Gak enak banget. Emang dasar pemalas ya kamu! Disuruh gitu aja sama suami ngelakuinnya gak becus."Amuknya seraya melanyangkan tamparan ke pipiku.

Tubuhku yang lemas langsung terhuyung karena tamparan mas Bambang.

'Dugh'

Perutku terbentur ujung meja. Allah... Sakit sekali rasanya. Pandanganku menghitam. Kesadaranku mulai menghilang. Ku lihat mas Bambang mulai bernjak dan pergi meninggalkanku.


Ahhh miris sekali nasibku. Ingin aku berteriak, marah tapi aku tak berdaya. Air mata lah yang mewakilkan semua rasa.

Perlahan ku jatuhkan pelan tubuhku kelantai. Terlalu sakit untuk tetap memaksakan berdiri. Ada darah di sela kakiku. Air mataku kembali mengalir. Aku takut, anakku? Kenapa kamu nak? Bertahan sayang, umi akan berusaha untuk mencari pertolongan.

Sekuat tenaga aku berusaha berdiri. Tertatih aku menapaki lantai rumah. Aku tak punya uang sama sekali, tapi mungkin mas Bambang punya.

Ku buka lemari pakaian mas Bambang.mulai menggeldah satu persatu. Dan benar saja ku temukan segepok uang di sela sela bajunya.

Aku tidak mencuri! Tidak! Anakku butuh pertolongan. Bukankah janin ini anaknya mas Bambang juga? Jadi tak salah bukan?

Tertatih ku susuri jalan, air mata sudah membasahi wajah. Darahpun semakin deras mengalir di sela sela kakiku. Sungguh tak kuat lagi rasanya.

"Allah, bantu hamba ya Allah" lirihku

Beberapa langkah lagi puskesmas akan ku gapai. Tapi kaki ini terlalu kelu untuk beranjak. Pandanganku menghitam , dan setelah itu aku tak tau lagi apa yang terjadi.

-----------------------------


Dua hari berlalu tapi tak sekalipun tampak batang hidung mas Bambang. Hatiku ngilu,aku tak masalah jika ia tak peduli padaku. Tapi tak tega jika itu ia lakukan juga pada anak kami.

Dokter sudah membolehkan kami untuk pulang. Mas Bambang belum juga tampak. Ku putuskan untuk pulang sendiri. Rasanya berharap dia datang menengok kami adalah kemustahilan.Beruntung jarak puskesmas dan rumah tak begitu jauh jadi aku bisa berjalan kaki.

"Assalamualaikum" kataku sambil membuka pintu rumah.

Belum lagi kakiku melangkah mas Bambang sudah datang dan langsung menamparku.

"Pencuri! Dasar pencuri! Keluar kamu dari rumah ku! " Teriaknya.

Hatiku ngilu bukan main belum kering luka jaitan oprasi, aku sudah di usir.

Hiks... Hiks.. Hiks..

"Tak adakah rasa terimakasihmu padaku mas? Bukankah aku sudah melahirkan anakmu? Tak inginkah kau melihat buah hatimu mas? "

Segala pertanyaan itu berkecamuk dalam benakku.

Kulangkahkan kakiku menjauh dari rumah. Kali ini aku tidak lagi mengemis seperti dulu. Biarlah anakku akan ku besarkan sendiri.


"Mbk Lussy? Mbk? Kenapa nangis? " ujar buk nikmah mengagetkanku.

"Emmm.. A.. A.. Gak papa buk"jawabku gugup.

Disinilah aku sekarang, dikota kembang. Jauh dari manusia brengsek itu. Jika bukan karenannya anakku tak akan di katakan idiot.


Anakku tidak idiot! Tidak idiot!

Yang idiot adalah manusia laknat itu dan mulut mulut lamis tanpa dosa yang selalu mengatakan anakku idiot.



Tamat.
azizaachmed7xKnightDruidsomeshitness
someshitness dan 24 lainnya memberi reputasi
25
6.9K
89
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.