mbak.farAvatar border
TS
mbak.far
3 Kesalahan Ayah dalam Mendidik, yang Membuat Anak Perempuannya Takut Menikah
Psikologi, parenting, dan keluarga




Ayah, adalah cermin yang selalu anak perempuannya lihat. Dari ayah, anak perempuannya menilai bagaimana dan seperti apa laki-laki.



Ayah selalu menjadi patokan pertama dan tolak ukur bagi anak perempuannya untuk melihat gambaran umum laki-laki di luar sana.


Mungkin ini kedengaran aneh, tetapi, begitulah.


Banyak perempuan yang bukan hanya trauma atau takut untuk menikah, bahkan sekadar menjalin hubungan dengan laki-laki, dengan alasan yang sulit dijangkau akal. Dengan alasan kuatir suaminya adalah sama seperti ayahnya.



Ini benar-benar aneh. Tetapi luka psikis terkadang memang sulit dijelaskan secara logis maupun nalar.



Bagaimana bisa anak perempuan menganggap bahwa semua laki-laki di luar sana adalah sama seperti ayahnya? Ini anggapan yang tidak adil, jika semua laki-laki dipukul rata, dianggap sama.


Namun, prasangka dan penilaian itu terbatas bagi mereka (anak-anak perempuan) yang mendapatkan pendidikan yang salah dari ayahnya.


Jika ingin memahami sisi luka batin anak perempuan tersebut, maka ikuti terus penjelasan saya di bawah.


Ketahuilah sebelumnya, pendidikan primer seorang anak dimulai dari rumah. Pendidikan yang sejati bukan sebatas rumus atau teori, tetapi lebih pada sikap maupun kebiasaan yang orangtuanya tunjukkan di hadapan sang anak, itu adalah bagian dari cara mendidik yang sebenar-benarnya.


Quote:




Cara mendidik secara visual atau verbal melalui contoh tindakan akan lebih melekat pada diri si anak daripada dalam bentuk tulisan-tulisan.



Inilah 3 kesalahan ayah dalam mendidik yang membuat anak perempuannya takut menikah:



1. Pemarah

Ayah yang memiliki karakter keras, gampang marah, cara bicaranya meledak-ledak, ngegas, dan mudah mengeluarkan kalimat dengan intonasi tinggi, atau boleh disebut membentak, adalah ayah yang memberikan kesan pertama bagi anak perempuannya, jika laki-laki di luar sana sama seperti ia.


Apalagi jika sang ayah gemar memaki sang ibu, membiarkan pertengkaran besar terjadi di hadapan anak perempuannya. Maka boleh jadi si anak perempuan akan takut sebelum melangkah. Takut dengan hubungan atau pernikahan.



2. Pemalas

Ayah yang malas adalah contoh yang buruk. Ironisnya, terkadang ada ayah yang tidak menyadari jika kemalasan yang dikerjakan adalah cara nyata bagaimana ia memberi pendidikan bagi anak perempuannya.


Bangun selalu siang, segala pekerjaan dibebankan kepada si istri. Lebih banyak berkutat dengan bantal, kasur, makan, dan menonton televisi.



Maka wajar jika si anak perempuan merasa takut untuk menikah. Ia sudah dihantui rasa kuatir tentang gambaran suami yang sama seperti ayahnya.



Ironisnya lagi, kemalasan ini bisa bersifat menular. Bisa jadi alam bawah sadar si anak perempuan akan berkata seperti ini; "ah, ayahku aja malas. Ya sudah, aku malas-malasan juga."


Ia jadi pemalas, apalagi untuk mengerjakan perintah orangtuanya sendiri.


Ini sangat buruk. Sebab tentu saja tidak ada perempuan yang ingin menikah dengan laki-laki pemalas. Dan sayangnya, gambaran laki-laki pemalas telah anak perempuan dapatkan dari ayahnya.



3. Banyak bicara, banyak memerintah

Tidak seharusnya seorang ayah berlindung di balik gelarnya yang mulia dengan bertindak semaunya.


Ia lebih banyak berbicara daripada bertindak, sekalipun misalnya fisiknya masih kuat.


Namun bukan berarti si anak perempuan harus menolak perintah sang ayah. Perintah sang ayah, selagi tidak keluar dari koridor yang baik, maka wajib dilaksanakan. Tetapi seharusnya sang ayah juga bisa menakar, tidak semua harus dibebankan kepada sang anak perempuan. Ini sama saja dengan kemalasan sang ayah yang ditimbun subur.


Apalagi jika ayah gemar memerintah, sesuatu yang berseberangan dengan kegiatannya.


Misalnya seperti ini, sang ayah memerintah anak perempuannya untuk bangun pagi, sementara ia sendiri bangun selalu siang.


Mau tidak mau, jenis perintah yang dibebankan tersebut mampu meninggalkan beban batin yang besar bagi anak perempuannya.


Maka ia akan menganggap jika ayahnya saja seperti itu memperlakukan dirinya, mungkin suaminya kelak juga demikian.



Ada luka dan beban batin yang tersembunyi, menciptakan rasa trauma, takut, kuatir, (bahkan beberapa kasus, maaf, jijik), dan anggapan buruk tentang semua laki-laki di luar sana. Akibatnya, pernikahan adalah sesuatu yang naif dan ketidaksanggupan untuk dimulai.







Butuh waktu serta usaha yang tidak mudah untuk menyembuhkan jenis luka psikis akibat dari cara ayah yang salah dalam mendidik ini. Mungkin, sampai si anak perempuan bertemu dengan laki-laki yang memiliki sifat bersebarangan dengan sang ayah. Dan pada akhirnya, laki-laki itu akan ia cintai melebihi cintanya kepada siapapun, bahkan kepada dirinya sendiri. Itulah fenomena yang banyak terjadi, tetapi jarang disadari.


Maka seharusnya, sang ayah tahu atau minimal belajar bagaimana cara bersikap di hadapan anak perempuannya, agar setidaknya ia bisa menjadi idola bagi anak perempuannya sendiri.


Karena ayah adalah cermin, yang selalu anak perempuannya lihat dari banyak sisi, dan tolak ukur yang ia gunakan untuk menilai laki-laki di dunia yang maha luas ini.


Cukup sekian thread kali ini. Seluruh narasi dan opini di atas adalah hasil pengamatan pribadi yang dianalisa dalam kurun waktu tidak sebentar. Namun jika dirasa ada yang kurang, mari diskusikan di kolom komentar dengan cara yang santun.


___o0o___

Sumber gambar: Pinterest


Untuk membaca thread @mbak.far lain yang informatif dan bermanfaat, terutama seputar psikologi dan parenting, silakan klik saja gambar di bawah ini, Gan-Sis πŸ‘‡





Terimakasih dan semoga bermanfaat emoticon-Jempol

tata604
kudanil.la
cheria021
cheria021 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
12.5K
190
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
Kids & Parenting
icon
4.1KThreadβ€’4.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.