agungdar2494
TS
agungdar2494
Haruskah Iuran BPJS Kesehatan Naik Seratus Persen?
Seseorang yang mengkritik program bantuan pelayanan jaminan kesehatan (BPJS), pastilah orang yang semasa hidupnya belum pernah sakit. Bersyukurlah, karena jelas saja bagi TS Program ini sangat membantu sekali. Atau mungkin orang yang sudah berlimpah harta, keluar negeri hanya karena 'masuk angin' juga tidak masalah demi berobat. 



Bagaimana tidak? Baru-baru ini, TS harus operasi gigi (wisdom teeth removal) dengan biaya yang berkisar Rp 2-8 juta, tak perlu memikirkan biaya tersebut TS bisa operasi. Hal ini tak lain berkat program penjaminan BPJS yang perusahaan TS bayarkan setiap bulan. Atau juga tahun lalu, ayah TS harus menjalani operasi prostat, alhamdulillah juga tidak merasa berat karena sudah ditanggung BPJS.

Dan diluar sana masih begitu banyak (khususnya masyarakat bawah) yang terbantu dengan program ini. Terkhusus untuk kalangan masyarakat kurang mampu, asal terdaftar dan didaftarkan oleh RT setempat, insyaallah perawatan orang tersebut dapat gratis tanpa iuran.



Mirisnya, Indonesia masih belum siap dengan program seperti ini. Pola pikir pendek beberapa oknum, dan sifat hanya mau untung begitu lekat tertanam di benak masyarakat Indonesia. Ada kasus dimana seorang calon ibu, baru mendaftar program BPJS ketika mulai mendekati masa melahirkan, ironisnya usai melahirkan ibu (oknum) tersebut berhenti membayar iuran BPJS. Atau, seorang wiraswasta yang baru mengikuti program BPJS ketika mengetahui bahwa dirinya butuh dioperasi dengan biaya yang tidak kecil, setelah selesai operasi iuranpun dihentikan.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan anggaran BPJS tahun 2020 akan naik dua kali lipat, karena BPJS yang mengaku terus mengalami defisit.



Baru-baru ini misalnya, RSUD Ungaran mengaku dihutangi BPJS sebesar 20 Miliar, pembayaran terakhir adalah april 2019.  Direktur RSUD Ungaran, Setya Pinardi mengatakan

Quote:


Lambatnya pembayaran dari BPJS ke rumah sakit, tentu merusak aliran keuangan dan anggaran rumah sakit. Di lain sisi, Rumah Sakit tentu tak enak untuk menolak pasien dari peserta BPJS, ketika rumah sakitnya terdaftar sebagai salah satu FASKES (Fasilitas Kesehatan) BPJS.

Atau RSUD Kota Yogya, yang sudah lebih dahulu terancam bangkrut akibat tunggakan pembayaran BPJS Kesehatan. 

Quote:


Dan masih banyak lagi "korban" tunggakan pembayaran BPJS lainnya. Sebagai informasi tambahan, pada setiap tunggakan klaim rumah sakit ke BPJS, BPJS akan dikenakan sanksi 1% dari jumlah klaim, denda ini kemudian akan dibebankan ke kas negara. Hal ini tentu sangat membebani APBN, menambah hutang, dan banyak polemik susul menyusul.

Menaikkan iuran tentu adalah cara yang paling tepat untuk saat ini, jauh lebih baik ketimbang program ini sama sekali dihentikan. 



TS masih begitu ingat, jaman masih tinggal di kampung. Orang kampung (kebanyakan orang kurang mampu, khususnya) paling anti datang ke Rumah Sakit, kecuali tak ada pilihan lain dan yakin bahwa dengan ke rumah sakit akan sembuh. Penyebabnya, tentu adalah biaya rumah sakit yang luar biasa mahal. 

Hari ini, coba saja mampir ke Puskesmas jam enam pagi. Tak perlu lima menit setelah pintu dibuka, masyarakat dengan berbagai keluhan )kecil-serius) berdatangan mengantri. Dari yang pusing-pusing sedikit, hingga minta rujukan untuk cuci darah. 

Luar biasa, bukan? Manfaatnya dirasakan oleh semua orang dari berbagai lapisan.

referensir : di sini & di sini
sumber foto : Google


:terimakasih:welcome



Quote:


Quote:
Diubah oleh agungdar2494 25-10-2019 02:59
ceuhettysebelahblog4iinch
4iinch dan 37 lainnya memberi reputasi
38
13K
224
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.