apramithaAvatar border
TS
apramitha
BULLY
BULLY


Agan dan Sista pernah nonton drama Jepang yang berjudul Mr. Hiiragi rooms. Drama yang dibintangi Masaki Suda ini, menarik perhatian saya. Banyak pesan moralnya.
Dalam drama ini Masaki Suda berperan menjadi guru seni, pak Hiiragi, begitu murid mengenalnya. Menjelang hari kelulusan pak Hiiragi menyandera seluruh muridnya. Pak Hiiragi ingin mengusut kematian salah satu muridnya, Reina. Reina mati karena bunuh diri karena fitnah dan bully.

Oke, saya tidak akan mengulas dramanya. Saya mau mengulas pesan moralnya. Ya, Reina bunuh diri karena depresi saat semua orang, termasuk teman dekatnya, Sakura, lebih percaya video palsu yang disebarluaskan di internet. Dalam video palsu tersebut, Reina mengkonsumsi dopping.
Meskipun mengelak, Reina tetap dijauhi dan dibully. Hingga, akhirnya Reina merasa lelah dan frutrasi menjelaskan semuanya. Dia hanya mengkonsumsi suplemen atau vitamin. Bukan dopping. Bunuh diri, jalan terakhirnya.

Pak Hiiragi berusaha keras memberi pelajaran moral pada muridnya, bahwa sebelum nyinyir, mikir dulu. Lets think, mikir dulu sebelum ngebacot. Pak Hiiragi ingin muridnya menjadi orang dewasa yang peka terhadap lingkungam sekitar.

Memberikan kesempatan pada seseorang untuk klarifikasi. Tabayyun. Orang baik selalu mencari kebenaran, bukan pembenaran satu pihak.

Netijen maha benar. Saat mereka tahu video Reina palsu, mereka menyalahkan tersangka, menghujat, saat Reina sudah meninggal. Sia-sia kan?. Atau, saat adegan pak Hiiragi menyandera seluruh siswa, ramai-ramai menghujatnya. Saat tahu, pak Hiiragi mengusut kebenaran, ramai-ramai pula netijen menyebutnya pahlawan, memuji setinggi langit.

Jika, dulu ada peribahasa mulutmu harimaumu, kini ada istilah jarimu harimaumu. Dan, beberapa hari lalu, kabar mengagetkan datang dari artis muda, Sulli yang nekad mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri.
Beberapa, postingannya di instagram membuat netijen nyinyir bin julid. Ya, Sulli depresi. Semua yang dilakukannya serba salah di mata netijen.

Dukungan dari para fans, tidak mampu menyelamatkan mentalnya. Jaman saya sekolah dulu, saya juga termasuk korban bullying teman-teman. Hanya karena saya enggak bisa maen kasti dan basket, mereka ngatain saya bodoh. Apakah selesai sampe disitu? Enggak. Mereka tetap melakukan perbuatannya, seolah-olah sebutan "bodoh" memang pantas ditujukan pada saya.

Saya tidak pernah menganggu mereka atau membuat mereka rugi, anehnya kenapa harus saya yang jadi sasaran. Membentuk geng, merasa dirinya senior, menginjak yang lemah dan pendiam. Sumpah saya enek dan muak jika menemukan anak seperti ini.

Ada yang menarik ketika anak lelaki saya pertama masuk sekolah. Sampai saat ini, dia tidak punya teman. Dibully karena dia pendiam. Saya bilang padanya, enggak punya teman bukan masalah, enggak punya geng enggak masalah. Jika, dibully lapor ke orang dewasa. Saya tekankan padanya, semua teman di kelasnya adalah teman sosialnya. Jika, tidak suka dengan salah satu dari mereka, cukup jauhi dan diam. Jangan ikut ngebully.

Netijen, bijaklah dalam menulis komentar. Komentarmu, memang biasa saja untukmu. Sekali lagi, lets think. Jangan ngebacot dulu, sebelum mikir.

Dibully itu enggak enak Gan Sist. Itulah, kenapa perlunya melatih rasa simpati dan empati. Bisa menempatkan diri kita, di situasi yang dialami seseorang.
Jika tidak bisa berbicara dengan benar, maka diam lebih baik.

Oke Gan Sist ... stop bullying. Stop nyinyir untuk kabar berita yang masih sinpang siur, stop menjudge seseorang, jika kita sendiri tidak tahu kebenarannya.
ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.