Part 19
Hari ini gua berencana keluar untuk mencari tahu tentang aktivitas Tondi, ternyata Tondi juga adalah pengkhianat sialan, dia hanya memanfaatkan gua, sebenarnya siapa yang menjadi teman gua dan siapa yang menjadi musuh gua? Untuk saat ini yang gua percaya hanya Renata, kepada Erwinpun gua menaruh rasa curiga, karena dia terlalu baik dan biasanya orang yang terlalu baik itu yang mencurigakan.
Gua keluar tanpa mengajak Renata, secara diam-diam gua mengawasi akrivitas rumah yang ditempati oleh Tondi, gua juga bertanya ke orang-orang sekitar rumah itu tentang aktivitas rumah itu.
Gua mampir di sebuah warung dan duduk tanpa membeli apapun, karena gua tidak memegang duit sama sekali, gua bertanya ke bapak pemilik warung tentang sejarah dan penghuni rumah yang ditempati Tondi.
"Pak, rumah itu sudah sejak lama kosong?" Tanya gua
"Iya bang, rumah itu tidak ada yang menempati, pemiliknya bunuh diri karena ditinggal tunangannya, dia buat rumah itu untuk ditempati dia dan tunangannya, tapi ternyata tunangannya menikah dengan orang lain." Kata bapak pemilik warung
"Siapa kalau boleh tahu nama pemiliknya pak?"
"Kurang tau bang, aku juga baru disini."
"Apakah ditempat itu ada aktivitas mencurigakan pak?"
"Kadang ada penampakan bang, seorang pria yang masuk dan keluar dari rumah itu, banyak yang bilang itu sang pemilik rumah."
Tidak salah lagi pasti itu Tondi yang memanfaatkan situasi tentang sejarah rumah itu.
"Apa bapak pernah liat juga?"
"Jangan lah bang, aku takut." Katanya
"Terimakasih pak."
Kemudian, gua berjalan mendekat ke rumah itu, gua melihat gerbangnya terkunci, padahal waktu itu gerbangnya terbuka, gua mencoba mencari jalan masuk yang lain. Lalu, gua menemukan satu tembok yang bolong dan bisa dimasuki oleh tubuh orang dewasa, gua mencoba masuk tapi ada seseorang yang menegur gua.
"Lagi apo bang?" Tanyanya
"Cek doang pak, saya niat mau beli rumah ini." Kata gua berbohong
"Hati-hati mas, angker." Katanya mengingatkan
"Iya." Jawab gua
Gua masuk dan mengintip ke dalam, tidak ada apa-apa di dalamnya, padahal baru semalam gua lihat ada beberapa perabotan di dalam rumah ini, lalu gua mencoba membuka pintunya yang ternyata tidak terkunci, ketika gua masuk, gua melihat banyak sekali sarang laba-laba dan debu, padahal beberapa waktu yang lalu gua juga masuk rumah ini dan di dalamnya sangat bersih. Gua mencoba berkeliling dan tidak menemukan apapun kecuali debu dan sarang laba-laba.
Gua mulai berpikir, bagaimana bisa mereka memanipulasi rumah ini dan menjadikannya tempat seperti ini dalam semalam, ketika gua hendak keluar ada seseorang yang memanggil gua, gua menoleh dan ternyata orang itu adalah Tondi.
"Hei Hadi." Panggilnya
"Sialan! Apa maksud lo anjing!" Teriak gua ke arahnya
Gua berlari kearahnya dan dengan cepat mencengkram lehernya dan meninjunya sekuat tenaga, dia mencoba menyerang gua juga tapi gua menghindari pukulannya.
"Gua bisa jelasin!" Teriak Tondi
"Gak ada yang perlu dijelasin setan!" Teriak gua lagi
Gua berteriak dengan sangat keras dan menyerang Tondi lagi, gua terus berteriak dan menjatuhkannya ke lantai, dia tersungkur dan gua naik ke atas tubuhnya dan terus meninju wajahnya, gua terus meninju wajahnya dan berteriak, terus berteriak dan meninjunya tanpa henti, wajahnya penuh darah dan tangan gua juga penuh darah, hingga tiba-tiba ada beberapa orang yang mendobrak pintu rumah ini dan berteriak ke arah gua.
"Kau lagi apo!?" Teriak salah satu pemuda
"Bukan urusan kalian!" Teriak gua balik
Gua kembali memukuli wajah Tondi, Tondi benar-benar tak berdaya, lalu beberapa orang menarik gua dan menahan pukulan gua.
"Heh bang, berhenti kau, kau pukul lantai itu membabi buta, sudah gilo kao?" Tanya pemuda lainnya
"Gua mau ngancurin wajah orang sialan itu!" Teriak gua lagi
Gua terus memberontak dan ingin kembali menyerang Tondi, Tondi bangun dan menghapus darah di wajagnya. Lalu, dia kabur dari pintu belakang.
"Bang bantu aku, ni orang kuat betul."
Beberapa orang yang lain menahan gua, gua terus memberontak tapi lama-lama tenaga gua lemas.
"Bajingan kalian! Liat dia kabur!" Teriak gua
"Siapa bang yang kabur? Tak ado orang disana." Kata seorang pemuda
"Mungkin penampakan hantu rumah ini." Kata pemuda lainnya
"Kalian buta! Dia orang yang udah buat hidup gua ancur sialan!" Teriak gua
"Bang kao telepon RSJ, kasian nih orang."
Sialan nih, mereka akan menelpon RSJ yang artinya Michelle akan datang dan mengembalikan gua kerumah sakit jiwa itu, sudah susah payah gua keluar dan mereka ingin memasukkan gua kembali ke RSJ itu, gua terus memberontak, tapi mereka terus menahan tubuh gua dan kemudian mereka mengikat tangan dan kaki gua lalu menyenderkan gua ke tembok.
"Mati kalian! Bakal gua buat mati kalian!" Teriak gua
"Gilo dia."
"Gua gak gila sialan, gara-gara kalian dia kabur anjing!"
Tanpa waktu lama, petugas RSJ datang dan dugaan gua benar, mereka datang dengan Michelle.
"Mba, liat mba dia gilo." Kata seorang pemuda
"Dia memang pasien kami, memang dia buat apa?" Tanya Michelle
"Dia pukul lantai, dia bilang ada orang yang dia pukuli."
Michelle kemudian menghampiri gua, dia menatap mata gua tajam, lalu gua ludahi wajahnya.
"Apa lo anjing!" Teriak gua
"Hadi, sepertinya kamu harus tahu yang sebenarnya." Kata Michelle
"Apa njing!"
"Kita ke rumah sakit dulu."
Gua diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil, gua mencoba memberontak tapi sia-sia karena tangan dan kaki gua terikat, jadi gua tidak bisa berbuat apa-apa.
Sesampainya di rumah sakit, gua di dudukan di kursi. Lalu, gua di interogasi oleh Michelle.
"Dimana Renata?" Tanyanya
"Gak ada untungnya gua kasih tau ke lo yah monyet!" Teriak gua
"Hadi, kamu sebenarnya menderita penyakit Skizofrenia Paranoid." Kata Michelle
"Hahahahaha, gua udah tau kalo lo bakal bilang gitu anjing! Gua gak kenapa-kenapa, gua sehat!"
Michelle lalu mengambil sebuah berkas dan sebuah rekaman cctv, dia menunjukkan rekaman itu ke gua.
"Dengar suara rekaman cctv ini, ini rekaman awal kamu berdelusi."
Gua mendengar sebuah rekaman, suaranya kecil tapi masih jelas terdengar.
"Halo, siapa?" Gua mendengar suara gua sendiri
"Siapa ini?"
"Aku tidak kenal kamu."
Gua ingat ini adalah awal ketika Rayhan menelpon gua, gua terus mendengarkan rekaman itu.
"Kalau aku tidak mau."
"Apa maumu?"
"Aku tidak tahu siapa kamu, bagaimana bisa Renata menulis surat warisan kepadamu."
Gua mendengar suara gua sendiri, apa maksudnya? Lalu, rekaman dimatikan oleh Michelle.
"Ini adalah awal dimana kamu mulai berdelusi, sebenarnya tidak ada yang menelponmu, tidak ada sama sekali."
"Itu Rayhan! Dia mengancam untuk membunuh keluarga gua!" Teriak gua
"Keluargamu masih sehat?" Tanya Michelle
"Tapi waktu itu aku bertanya kepada Renata tentang Rayhan dan Renata berteriak, dia pasti tahu siapa Rayhan!" Kata gua
Lalu, Michelle kembali menyetel rekaman lainnya, sebuah rekaman video dan suara.
"Hei Renata." Terdengar suara gua di cctv itu
Di cctv itu hanya ada Renata, Renata menoleh ke arah gua dan menghampiri gua di rekaman itu.
"Ada apa sayangku?" Suara Renata
"Kamu kenal Herman?"
Hah kenapa Herman? Setahuku waktu itu aku bilang Rayhan, Herman kan nama ayahnya Renata.
"Aaaaaaaaagrh!" Renata berteriak
Gua ingat kejadian inu, ketika gua menyebut nama Rayhan dia berteriak, tapi di dalam rekaman itu gua sebut Herman, bukan Rayhan, rekaman ini pasti sudah dimanipulasi.
"Kamu kenapa?"
"Menjauh dari gua anjing, Hadi anjing, lo jahat, gua gak mau mati anjing, gua mau disini selamanya, gua mau disini selamanya anjing, Hadi anjing!" Teriaknya menggila
"Aku ingin menolongmu Renata."
"Menjauh!" Teriak Renata di dalam rekaman
Gua ingat kejadian ini, kejadian ketika gua awal menyebut Rayhan dan dia berteriak, tapi di dalam rekaman itu gua menyebut nama Herman, bukan Rayhan.
"Mau lagi?" Tanya Michelle
"Rekaman itu sudah dimanipulasi." Kata gua
Kemudian Michelle mengambil rekaman lainnya.
"Mungkin kamu akan ingat kejadian ini." Kata Michelle
Di dalam rekaman itu Renata menghampiri jendela sel gua dan terdengar suaranya dengan jelas, gua mencoba mengingat kejadian itu, itu ketika gua membenturkan kepala gua sendiri ditembok karena kesal dengan Rayhan.
"dr Hadi kamu tidak apa-apa?"
"Bantu aku Ren." Terdengar suara gua samar di CCTV
"Aku ingin disini saja selamanya, aku tidak mau mati." Kata Renata
"Kamu akan selamat, asalkan ceritakan saja padaku tentang masalahmu."
"Aku... Aku...."
Di dalam CCTV Renata menangis, dia memeluk tubuhnya sendiri, lalu dia terjatuh di lantai dan menggerak-gerakkan badannya, dia menangis, dan terus menangis, kemudian gua menghampirinya di dalam selnya, semua terlihat di CCTV kamar Renata
"Jangan takut." Kata gua
"Aku takut."
Kemudian kejadian selanjutnya terekam dengan sangat jelas, ketika gua memeluknya dan gua menciumnya, semua terlihat di CCTV.
"Terimakasih." Ucapnya
Setelah itu gua keluar dari kamarnya.
Michelle menghentikan rekamannya dan duduk di depan gua.
"Aku punya semuanya, apakah kamu ingin tahu kebenarannya lagi?" Tanya Michelle
Gua penasaran, sangat penasaran, gua sangat ingat kejadian selanjutnya.
"Aku hanya ingin bukti."
Michelle mengambil rekaman lainnya, tapi tanpa video di dalamnya dan mendengarkan ke gua lagi.
"Aku mohon hilangkan dari cctv apa yang kami lakukan tadi." Kata gua di rekaman itu samar
"Iya, aku akan segera menyelesaikannya." Ucap gua di dalam rekaman samar
Rekaman terhenti.
"Kenapa hanya ada suara, dimana videonya?" Tanya gua
"Dikamarmu tidak ada cctv, itu terdengar dari kamarnya Renata, rekaman itu samar karena lokasimu jauh dari alat perekam di kamar Renata."
"Dikamar gua ada CCTV!" Teriak gua
"Hadi aku sudah mencoba jujur, waktu itu aku pernah bertanya kepadamu untuk mengetesmu tentang CCTV di kamarmu hidup atau mati, lalu kamu jawab hidup, itu awal aku mendiagnosa penyakitmu." Kata Michelle
"Kalian menipuku!" Teriak gua lagi
"Aku tidak ingin menunjukkan rekaman selanjutnya, karena itu privasimu, setelah kejadian itu pihak kepolisian memanggilku untuk menanganimu, Hadi kamu sakit. Rayhan, Tondi, semua yang ada adalah khayalanmu, mereka semua hanya khayalanmi Hadi." Kata Michelle
"Aku tidak percaya kepadamu! Kamu pendusta!" Teriak gua
"Sulit sekali untuk membuatmu percaya, mungkin ini akan menjawabnya." Kata Michelle
Kemudian Michelle menunjukkan sebuah rekaman video ketika gua di lubang, gua ingat bahwa di lubang gua bersama Tondi.
"Lihat ini." Kata Michelle
Di awal rekaman gua di masukkan ke dalam lubang, lalu setelah itu hanya ada gua, tidak ada Tondi, gua terus menonton rekaman itu dan gua sama sekali tidak melihat Tondi, gua berbicara sendiri, benar-benar sendiri.
"Rekaman ini menggunakan kamera infrared, pasti Tondi menggunakan baju yang bisa tidak terlacak oleh kamera infrared dan suaranya dihilangkan, video ini telah di edit." Kata gua
"Terus tonton."
Gua terus menonton sampai akhir, Michelle membuka pintu, gua sama sekali tidak melihat Tondi, gua ingat waktu itu Tondi menghilang.
Gua tidak mempercayainya, benar-benar tidak ada Tondi, gua benar-benar sendiri, gua berbicara sendiri di dalam rekaman, gua ingat waktu itu Tondi menghilang, tapi jika Tondi memang kabur, pasti pintu terbuka, tapi sampai akhir pintu tidak juga terbuka.
"Kalian memanipulasi videonya, aku yakin."
"Akuilah Hadi, kamu sudah sakit setelah ditinggal Sarah." Kata Michelle
Gua menangis, apa benar gua sakit, gua terus menangis. Gua bingung, ini rekayasa mereka atau gua benar-benar sakit, gua benar-benar bingung.