morgianasan
TS
morgianasan
Mengenal 2 Gangguan Mental yang MUNGKIN dimiliki Joker (2019)

Sumber media

Film JOKER (2019) yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix, telah rilis di bioskop bulan ini. Di luar ekspetasi, film ini mampu menarik sangat sangat SANGAT BANYAK penonton. Berbeda dengan film-film Joker sebelumnya yang meceritakan tentang kekejaman dan kejahatan yang dilakukan Joker, film ini lebih berfokus pada latar belakang kehidupan Joker sebelum dia memiliki untuk menjadi Joker. 

Well, di sini ane ga bakal menceritakan, mereview, ataupun memberikan opini tentang filmnya (yang emang sebenernya udah bagus banget haha). Tapi tetep ane ingetin ya THREAD INI MENGANDUNG SPOILER! Jadi buat gan-sis yang belum nonton mending nonton dulu baru balik lagi baca ini. wkwkwk

Dalam film ada cuplikan bahwa Joker mempunyai wanita idaman, yang tiba-tiba dekat dan menjadi pacarnya. Namun, ternyata semua adalah khayalan Joker semata. Ada pula beberapa adegan awal yang menggambarkan kebahagiannya, namun terbantah di scene selanjutnya bahwa itu hanya khayalan atau delusi. Hal ini secara jelas merupakan salah satu ciri dari gangguan kesehatan mental yang berfokus pada gangguan delusi.


Sumber media


Gangguan mental lain yang dimunculkan di film ini adalah Pathological Laughter and Crying (PLC), di mana hal ini dijelaskan secara gamblang ketika karakter Joker memberikan kertas peringatan tentang penyakitnya kepada orang-orang sekitar ketika penyakitnya kambuh dan tak terkontrol.

Ane bakal membahas 2 gangguan mental ini satu per satu. Belajar dari film Joker, di mana netizen atau orang-orang sipil tidak punya pengetahuan lebih tentang penyakit yang dideritanya. Sampai pada akhirnya Joker mendapat perlakuan tidak adil karena penyakitnya. Ane sangat berharap dengan tulisan ini, kita tidak menjadi salah satu dari orang-orang tersebut emoticon-Smilie


Spoiler for GANGGUAN DELUSI:


Spoiler for Pseudobulbar Affect (PBA) atau Pathological Laughter and Crying (PLC):


Nah, setelah tahu 2 gangguan mental yang diangkat dalam film Joker, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka yang mengalami permasalahan tersebut. Tentunya kita ga boleh asal menuduh dan mengintimidasi mereka. Mungkin kita berpikir kalau kita bukan ahli di bidang kesehatan mental sehingga tidak punya kewajiban untuk membantu mereka. Namun ada hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka misalnya:
1. Jika ada teman atau orang-orang di sekitar kita yang terlihat berbeda dari segi tingkah laku, cara bicara, ataupun bersosialisai. Jangan pernah menggunjingkan mereka, jangan menertawakan, jangan mengolok-olok. Cukup perlakukan secara normal, sehingga mereka merasa aman ada lingkungan itu.
2. Jika sih penderita adalah orang yang dekat dengan gan/sis, cobalah untuk menyarankan mereka untuk menemui ahli. Jangan dipaksa, cukup disarankan pelan-pelan.
3. Dengarkan. Jika mereka sudah mau terbuka, coba untuk mendengarkan mereka. Tidak perlu menasehati atau menggurui, cukup dengarkan dulu sampai mereka sendiri yang meminta masukan.
4. Jika menemukan salah satu penderita di tempat umum dan serangan paniknya terjadi. Jangan terlalu cepat menghakimi, mengata-ngatai, mengolok atau bahkan tersulut emosi. Bisa saja sebenarnya mereka tidak bermaksud melakukan itu.



Sumber media


Apa yang udah ane tulis, merupakan kesimpulan dari beberapa sumber yang ane baca, diskusi dengan orang yang cukup ahli di bidangnya. Mungkin kalau ada yang masih kurang atau salah bisa gan/sis koreksi atau kita diskusi bareng di mari. Thank you~


Spoiler for Sumber::


ceuhettysebelahblogzafinsyurga
zafinsyurga dan 13 lainnya memberi reputasi
14
9.3K
95
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.