daffoazharAvatar border
TS
daffoazhar
Menikah Tanpa Pacaran


Bagian 1

Sorot lampu panggung warna-warni begitu menyilaukan mata, tapi kemudian lampu itu satu persatu padam dan hanya menyisakan satu lampu sorot warna biru yang tetap menyala tertuju pada sosok yang berdiri tegak di tengah-tengah panggung siap mengeluarkan suara emasnya.

Sosok itu tinggi menjulang dengan perawakan yang atletis. Setelan jas hitam dengan kancing terbuka busana ia malam itu.
Tak lama denting piano mulai membahana ke seluruh ruangan besar yang cukup untuk menampung seribu orang, lalu suara merdu sang penyanyi disambut hangat oleh suara teriakan penggemar yang berdiri berdesak-desakan di depan panggung sambil membawa stick light, dan poster sang artis.

"Reindra...Reindra...Reindra...." Teriakan penonton memanggil-manggil nama sang artis dengan histeris berharap ia bisa mendengar teriakan itu.
"I love you Reindra...." seru Reilover, sebutan untuk fans fanatik Reindra.
Selang lima menit Reindra atau yang akrab disapa Rei menyelesaikan lagunya disambut dengan tepuk tangan dan siulan seluruh penonton di ruangan itu. Sang artis benar-benar populer, terutama di kalangan wanita. Karena selain mempunyai suara emas, ia juga mempunyai wajah yang tampan. Selain dua faktor itu ternyata Rei adalah artis dengan segudang prestasi, tahun lalu juga dia adalah penyanyi yang menyabet penghargaan MNET Asia Award di Korea Selatan. Selain penghargaan luar negeri dia juga langganan pemenang penghargaan dalam negeri sebagai penyanyi solo pria terbaik maupun terfavorit.
Dan baru tiga tahun lalu Rei melebarkan sayapnya ke dunia akting dengan memerankan berbagai karakter di sebuah film, responnya sangat baik dari masyarakat maupun dari pengamat film. Dan Rei berhasil menjadi pemenang di Indonesian Moovie Award sebagai aktor pendatang baru terbaik.

Dengan segudang prestasi dan juga wajah tampannya, hasil survei server online Indonesia tahun lalu Rei paling banyak dicari di internet, jutaan followers sosial media berhasil dikantonginya membuat Rei menjadi salah satu pria idaman seluruh wanita di negeri ini.

Tapi di samping itu semua, ada konsekwensi yang harus ia emban sebagai seorang selebriti kelas atas, yaitu gosip. Terlalu banyak rumor tentangnya. Dan sekarang rumor yang sedang ramai di infotainment dan di berita online adalah tentang dirinya yang berkencan dengan aktris yang umurnya jauh lebih tua darinya.
Bukan tanpa alasan, nitizen beranggapan seperti itu karena sebuah foto dirinya dengan aktris itu yang sedang jalan berdua di salah satu pusat perbelanjaan. Padahal mereka tidak sengaja bertemu lalu saling menyapa.

Sebagai seorang yang populer dan lajang, tentunya kehidupan asmaralah yang paling diminati oleh penggemar. Tapi tidak ada satupun masalah yang tidak bisa ia hadapi. Management artisnya selalu bisa membereskan masalah-masalah yang ia hadapi.

***

Senyum Rei mengembang di atas panggung. Senyuman yang bisa membuat semua perempuan bertekuk lutut padanya.
"Lagu berikut ini adalah lagu baru dari album ke tiga saya, semoga kalian semua suka, judulnya adalah wanitaku," tutur Rei, yang kembali disambut dengan teriakan dan tepuk tangan penonton.

Suara merdu sang penyanyi kembali membahana ke seluruh sudut ruangan, dan semua orang di sana larut dengan suara merdunya.
Tapi kepopuleran seorang Reindra ternyata tidak selamanya orang tahu, setidaknya oleh satu orang wanita yang membatasi hidupnya dengan hiruk pikuk dunia entertainment.

***

"Kenapa ini macet sekali? Ada apa sih?" gerutu Dara dalam taksi.

"Apakah ada kecelakaan lalu lintas di depan?" Nia menambahkan. Supir taksi yang mengantar mereka melirik ke kaca spion melihat dua orang wanita yang nampaknya sudah sangat kelelahan.
"Jam berapa sekarang?" tanya Dara pada Nia.

Nia memandang wajah sahabatnya yang terlihat gelisah, Nia menghela nafas, nampaknya Dara masih menunggu seseorang.

"Jam sembilan malam. Apakah kau masih menunggu kedatangan Joseph dari Jakarta? Oh, ya ampun, dia belum pasti menyusul kita ke sini," kata Nia, karena dari siang di pantai kuta, Dara tidak bisa berhenti menanyakan Joseph. Membuat Nia merasa liburannya terganggu.

"Aku yakin Joseph akan menyusul kita ke sini. Dia tidak mungkin melewatkan outing kita ke Bali," kata Dara optimis. Nia menghela nafas sambil menatap sahabatnya dengan prihatin, cinta terpendamnya kepada Joseph semakin menghawatirkan, padahal dari pengamatannya nampaknya cinta terpendam Dara kepada Joseph hanya akan berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Karena yang ia tahu di hati Joseph sudah ada Naila, karyawan baru di kantornya. Nia yakin Dara tahu itu, tapi Dara mencoba untuk menutup mata dan telinga.

"Ya semoga saja Joseph menyusul kita ke sini," sahut Nia mencoba menenangkan Dara. Dara mengangguk mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Joseph akan datang menyusulnya ke Bali.

"Pak, apakah bapak tahu di depan ada apa? Kok tumben macet sekali di sini. Biasanya di jalan imam bonjol ini tidak terlalu macet," tanya Dara.

"Wah kurang tahu tuh, tapi nampaknya bukan ada kecelakaan." Kata supir taksi.

Tiba-tiba Nia melihat ada segerombol wanita muda memegang poster Rei yang melintas di samping taksinya.

"Oh benar, aku tahu kenapa di sini macet. Sekarang ada konsernya Reindra. Wah, beruntung sekali, Dara ayo kita turun di sini, kita lihat konsernya Reindra dulu baru kita pulang ke hotel. Kali saja ada tiket yang tersisa," seru Nia semangat.

"Reindra? Reindra siapa?" tanya Dara dengan wajah polos. Nia menganga tidak percaya.

"Ya ampun Dara, mana mungkin ada orang yang tidak tahu Reindra. Aku curiga kau alien, di negara ini semua orang tahu dia, kau seperti hidup di dunia lain saja. Bekerja sebagai seorang teller bank juga harus tahu dunia hiburan, tahu!"

"Aku tidak tertarik," sahut Dara santai.

"Oh, ayolah! Temani aku saja, aku ngefans sekali sama Reindra." Nia merengek seperti anak kecil sambil menarik-narik lengan baju Dara.

"Ya ampun, kau benar-benar merepotkan, baiklah-baiklah, tapi kau saja yang masuk ya, aku tunggu di luar."

Nia menggigit bibir sambil berpikir, lalu tak lama kemudian Nia setuju. Sahabatnya itu memang dari dulu sangat susah untuk diajak bersenang-senang. Lihatlah, sekarang sudah zamannya smartphone tapi Dara masih menggunakan ponsel zaman nenek moyang. Dara tidak tertarik dengan sosial media dan dunia hiburan, yang ia tahu hanya bekerja dan cinta bertepuk sebelah tangannya kepada Joseph. Tapi akhirnya Nia tahu kenapa Dara menjadi seperti itu karena pengaruh dari lingkungan keluarganya. Didikan kedua orang tuanya lah yang membuatnya seperti itu. Dunia hiburan, hura-hura, tidak diperbolehkan oleh orang tuanya yang super ketat terhadap pergaulan terutama kepada Dara sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, dan Nia yakin Dara menyukai Joseph juga tanpa diketahui oleh orang tuanya, kalau saja orang tua Dara tahu, pasti Joseph akan dipanggil untuk menghadap orang tuanya, dan setelah itu sesuatu yang mengejutkan pasti terjadi.

***

Dara dan Nia keluar dari taksi dan berjalan kaki menuju gedung tempat konsernya Rei. Lalulintas benar-benar macet. Dara jadi penasaran seperti apa penyanyi itu sampai membuat jalanan Imam Bonjol ini tersendat.

Mereka sampai di depan gedung, Nia berhasil mendapatkan satu tiket, tadinya Dara juga penasaran dan ingin masuk melihat selebriti itu, tapi tiket hanya tersisa satu. Di belakang mereka juga masih banyak orang yang tidak kebagian tiket, akhirnya mereka pergi dengan kecewa.

Dara membiarkan Nia masuk, dan ia menunggu di luar, Dara menunggu di kafe yang ada di lobi gedung tempat konsernya Reindra, ia melihat poster raksasa Reindra yang dipajang di sana. Di atas foto itu ada tulisan besar-besar 'Satu Dekade Untukmu'.

"Ternyata itu yang namanya Reindra," gumamnya sendiri. Segerombol wanita terlihat sedang asik berfoto di samping poster raksasa, mereka sangat mengagumi ketampanan sang penyanyi.

Kaki penyanyi itu menjuntai panjang di balut dengan celana denim dengan model casual dan kaus putih dibalut dengan jas hitam dengan kancing yang dibiarkan terbuka. Di gambar, penyanyi itu tersenyum dengan manis. Mata sipitnya, alis tebalnya, dan hidung mancungnya, terlukis di atas wajahnya yang tampan. Mungkin karena itu dia mempunyai banyak penggemar terutama wanita. Tapi aneh, Dara tidak menyukainya.

Saat ia sedang asik mengamati wajah selebriti itu, tiba-tiba ada telepon. Matanya terbelalak ketika melihat sebaris nama yang tertera di layar ponselnya. Joseph. Tangannya sedikit gemetar karena dadanya berdegup kencang. Oh ya Tuhan, apakah Joseph sudah ada di sini? Dia mencariku dari itu dia telepon.

"Ha_"

"Dara, maafkan aku sepertinya aku tidak bisa ke Bali menyusulmu dan teman-teman yang lain, karena besok aku harus ke puncak dengan Naila, maafkan aku ya."

"Oh, begitu. I_iya tidak apa-apa." Cetus Dara sekuat tenaga menahan sedih.

"Hm, dan satu lagi, kau jangan menungguku. Jangan lagi menungguku untuk melihatmu, kau tahu maksudku? Karena aku tidak bisa melihatmu lebih dari seorang teman." Klik. Terdengar suara telepon ditutup, bahkan Dara belum selesai mengucapkan 'halo' Joseph sudah terlebih dulu berkata sesuatu yang sangat menohok jantungnya. Tangan Dara terkulai lemas ke atas meja. Apakah ini sebuah penolakan?
'Jangan menungguku untuk melihatmu.' Joseph, kau jahat sekali, batin Dara sedih.

Apakah mulai sekarang ia harus berpikir realistis? Dari dulu memang Joseph tidak sedikitpun menaruh perhatian padanya walaupun dirinya sudah ratusan kali memberi signal bahwa ia punya perasaan khusus pada laki-laki itu. Memang ini sedikit memalukan, tapi Dara menyukainya. Sungguh sangat menyukainya.
Walaupun Nia sudah menyinggung tentang kedekatan Joseph dan Naila, tapi sekuat tenaga Dara menutup mata dan telinga. Ia tidak mau melihat kenyataan. Karena ia masih berusaha yakin bahwa satu hari nanti Joseph akan menyukainya.

Tapi malam ini suara Joseph berhasil menusuk jantungnya, mencabik-cabik tanpa ampun dengan ucapannya 'Jangan lagi menungguku untuk melihatmu, kau tahu maksudku? Karena aku tidak bisa melihatmu lebih dari seorang teman,' Bahkan dia tidak minta maaf setelah mengucapkan itu.

Pembicaraan ini tidak lebih dari satu menit, tapi dampaknya tidak akan hilang bahkan sampai ribuan menit.

Pertahanan Dara runtuh juga, ia menangis terisak-isak sendirian di lobi gedung. Sekarang ia merasa dirinya sangat menyedihkan. Sudah berapa kali ia seperti ini? di zaman sekolah dulu Zaky menolaknya, lalu waktu kuliah Dani menolaknya juga. Dan sekarang ketika ia sudah bekerja, Joseph pun menolaknya. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Ataukah dirinya terkena kutukan atau semacamnya? Dan sepertinya memang begitu. Padahal Dara memiliki wajah yang cantik, kepribadiannya pun lumayan baik, dan satu lagi yang terpenting, Dara adalah wanita yang cerdas. Apakah semua lelaki itu tidak bisa melihat semua kelebihan itu?

Dara melirik jam tangannya, baru setengah jam Nia masuk ke dalam. Masih banyak waktu hingga konser itu berakhir. Sepertinya Dara butuh sesuatu yang bisa menjernihkan pikiran. Lalu kakinya menuntun ke satu tempat yang akan merubah keseluruhan scenario kehidupannya.

***

Dara duduk sendiri di bangku tinggi di depan sebuah bar kecil yang ada di hotel tempat konser. Bar itu tidak terlalu ramai hanya ada beberapa pengunjung. Lampu jingga, merah dan hijau menjadi penerangan utama bar yang gelap itu. Dara duduk tepat di bawah lampu berwarna jingga.

"Sepertinya minuman ini akan menolongku melupakan sejanak kesedihan ini," ujar Dara sambil mengangkat gelas kecil berisi minuman warna kuning keemasan. Lalu ia meneguk minuman keras itu sekaligus habis. Tidak apa sekali-sekali aku meminum ini, mumpung aku jauh dari rumah, pikirnya.

Akhirnya Dara terus meminum keras itu hingga habis dua botol.
Sekarang ia mulai merasa pusing dan perutnya mual, pandangannya pun mulai kabur. Dara mabuk.

"Hei, beri aku sebotol lagi!" seru Dara pada bartender.

"Maaf nona, tapi sepertinya kau sudah mabuk," kata bartender itu.

"Heh! Apa kau menolakku? Astaga, bahkan pelayan juga menolakku sekarang," seru Dara sudah mulai melantur.

"Ada apa dengan semua ini? kenapa semua orang menolakku? Apa yang salah denganku!" teriak Dara, hingga semua mata pengunjung di dekatnya melototinya. Dara tidak peduli.

"Nona kau sudah mabuk, bagaimana kau bisa minum lagi?" cetus orang di samping Dara.

"Aagghh Brengsek, semuanya brengsek!" teriak Dara semakin brutal. Sekarang dirinya menjadi tontonan orang-orang di sana.

"Dasar gila."

"Kasihan sekali dia, cantik-cantik tapi menyedihkan."

"Mungkin dia baru putus dengan pacarnya."

"Sepertinya dia baru dipecat dari pekerjaannya."

Berbagai komentar orang-orang di sana sambil menatap Dara dengan prihatin. Dara bangkit dari duduknya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya begitu saja di meja bar lalu pergi dari sana dengan sumpah serapah, langkahnya sempoyongan hingga menabrak meja beberapa kali.

***

Setelah dua jam, konserpun berakhir. Sekarang giliran Nia yang kebingungan mencari Dara kemana-mana tanpa hasil.

Di belakang panggung, nampak Rei sedang meneguk sebotol air mineral. Semua orang memberi selamat padanya karena konser di Bali malam ini berlangsung sukses. Sekarang Rei bisa bernafas lega, sepertinya ia perlu merayakan kesuksesan ini, setidaknya dengan minum-minum sedikit.

"Tidak boleh!" seru Nino. Manager Rei.

"Ayolah ... ini Bali, Man. Kita bersenang-senang dulu sebelum pulang ke Jakarta, oke?"

Nino mendengus. Artisnya ini memang sulit untuk dilarang. Nino terdiam sambil berpikir. Selama seminggu ini Rei mempersiapkan konsernya di Bali tanpa lelah, Rei sudah bekerja keras siang dan malam. Tidak ada salahnya kalau ia membolehkan Rei untuk bersenang-senang sebentar.

"Baiklah. Kau mau ke mana?" kata Nino akhirnya.

Rei langsung tersenyum lebar dengan mata berbinar penuh semangat.

"Ini sudah malam jadi tidak mungkin untuk pergi ke pantai. Bagaimana kalau kita ke bar saja?"

"Bar? Baiklah, ayo kita ke sana."

***

Sekarang artis dan manager itu tengah duduk berdampingan di depan meja bar menikmati corona sambil berbincang-bincang dengan santai.

"Besok sebelum pulang, akan ada wartawan infotainment yang akan wawancara tentang konsermu di sini. Jadi aku pastikan kau harus bangun sebelum jam delapan pagi. Mengerti!" tutur Nino penuh dengan penekanan, karena yang ia tahu Rei adalah salah satu spesies yang susah sekali bangun pagi.

"Iya-iya aku tahu. Kau sudah mengatakan itu padaku lebih dari sepuluh kali," sahut Rei agak sebal.
"Baguslah kalau kau tahu," kata Nino lalu meneguk lagi corona nya. Saat tangan Nino meletakan gelas ke atas meja, bersamaan dengan itu ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponsel di saku celananya.

"Siapa?" tanya Rei. Kening Nino berkerut antara heran dan sedikit terkejut melihat siapa yang meneleponnya.

"Pak Robi, ada apa, ya? Sebentar Rei."
Nino berdeham pelan sebelum menerima telepon.

"Halo, iya pak," sahut Nino.
"........"
"Saya di luar dengan Rei, ada apa pak?" Rei menatap managernya dengan penasaran.
"........"
"Astaga, saya lupa pak. Maaf-maaf, baiklah saya ke sana sekarang juga," ujar Nino lalu menutup telepon. Ia memasukan kembali ponselnya ke saku celana dengan buru-buru, lalu ia bangkit.

"Ada apa?" tanya Rei.

"Aku lupa, besok Pak Robi mau ke Singapore seminggu, sekarang dia mau membicarakan soal konsermu di Lombok."

"Loh, bukankah itu sudah beres?"

"Entahlah, sepertinya ada yang ia lupakan. Aku ke hotel dulu kalau begitu," sahut Nino lalu pergi.

"Apakah aku tidak perlu ikut?" tanya Rei sedikit berteriak karena Nino sudah lima langkah di depannya. Nino berbalik lalu berkata.

"Tidak usah, aku saja. Ingat Rei, kau jangan minum terlalu banyak. Kau itu tidak kuat minum banyak. Kalau kau sampai mabuk semuanya bisa kacau. Mengerti?"

"Sip." Rei mengangkat ibu jarinya. Nino tersenyum sebelum ia pergi, Rei juga tersenyum menatap punggung managernya hingga menghilang keluar. Ia bersumpah tidak ada manager sebaik dia.

Nino adalah type orang yang selalu bekerja keras. Masalah apapun selalu ia tangani dengan baik. Itu sesuai dengan moto hidupnya dia, "Tidak ada masalah yang tidak bisa aku selesaikan, karena aku Nino Adrian."

Selain sebagai manager, Nino juga sudah seperti sahabat dan teman curhat yang baik. Usianya tiga tahun lebih tua dari Rei, karena jarak umur yang tidak terlalu jauh itulah yang membuat mereka nyaman satu sama lain.

Setelah Nino pergi, Rei kembali menikmati minumannya. Rei merasakan tetes demi tetes mililiter corona itu membasahi tenggorokannya, ia merasa dunianya sekarang benar-benar indah.

Konsernya sukses, dan otomatis pundi-pundi rupiahnya di rekening menambah. Dan bukan hanya itu saja yang membuatnya senang, adalah karena sekarang Nadine menyusulnya ke Bali. Tentu saja itu sembunyi-sembunyi dari media. Publik tidak boleh tahu sekarang ia sudah punya pacar.

Nadine sendiri pulang dari Mellbourne untuk liburan semester, dan sebelum ke Jakarta Nadine ke Bali dulu untuk menemui Rei. Mungkin kah sekarang Nadine sudah sampai dan menunggunya di kamar hotel Rei tempat janjian mereka?

Ponselnya dari sore tidak aktif mungkin Nadine masih di dalam pesawat, pikir Rei.

Rei kembali mencoba menghubungi Nadine, tapi ponsel gadis itu masih belum aktif. Tanpa sadar Rei terus meneguk minuman itu karena cemas. Akhirnya apa yang ditakutkan Nino terjadi. Rei mulai mabuk.

Rei terus menghubungi Nadine seperti orang kesurupan, tapi untung asistennya menyusul Rei ke bar, lalu membawa Rei ke kamar hotel.

***

Nia masih kelimpungan mencari Dara ke mana-mana, Nia sudah mencari ke seluruh tempat Reindra konser, tapi tidak ada.

"Apakah ia sudah pulang duluan?"
Nia mencoba berkali-kali menghubungi sahabatnya berharap sekarang ponselnya aktif tapi masih belum aktif juga. Nia mencoba menghubungi temannya yang lain, berharap tiba-tiba Dara ada dengan mereka. Tapi masih belum ada hasil.

Dara menghilang!!!

Nia jongkok di depan gedung dengan frustasi. Lalu tak lama kemudian ada Iwan menemuinya.
"Nia, Dara sudah ketemu?" tanya Iwan cemas. Nia menghela nafas berat.

"Belum." Jawabnya lesu.

"Bagaimana ceritanya Dara sampai menghilang?"

"Ceritanya setelah kita dari pantai, aku dan Dara jalan-jalan dulu untuk membeli oleh-oleh, terus kita terjebak macet di sini ternyata ada konsernya Reindra. Aku nonton konser dulu dan Dara tidak kebagian tiket, lalu katanya dia akan menungguku di sini, tapi setelah itu entah di mana dia sekarang."

"Gawat nih, tadi juga aku sudah cek ke kamarnya tapi dia belum pulang. Bangun lah, kita cari Dara sama-sama."

***

Iban, asisten Rei memapah Rei yang mabuk ke kamar hotel dengan kesusahan sampai tidak bisa untuk menyalakan lampu ruangan, karena ukuran tubuh Rei lebih besar dua kali lipat dari ukuran tubuhnya.

Iban menjatuhkan Rei ke tempat tidur. Setelah itu ia kembali ke luar tanpa curiga apapun bahwa sebenarnya tadi ada sesuatu yang ganjil di tempat tidur.

***

Bersambung.....
Nanti lanjut bab 2 😉😉😉

Bagian 2

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d19568083cfe0a
Diubah oleh daffoazhar 30-09-2019 02:36
PanglimaTidur
KnightDruid
someshitness
someshitness dan 11 lainnya memberi reputasi
12
20.3K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread•41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.