InaSendry
TS
InaSendry
Tumbal Dedemit Blank 75 Semeru


Cerita ini adalah rekaan penulis belaka. Tidak ada maksud lain, selain hanya untuk dinikmati sebagai hiburan semata.


Tulang-tulangku terasa remuk. Di depan puncak Mahameru masih beberapa kilometer lagi.

"Istirahat sebentar, Ton, Bud. Gak kuat, nih." Kuletakkan carier di tanah.

"Kita bisa tertinggal dari rombongan, Ri," sergah Toni.

"Swear, deh, udah gak kuat aku," keluhku memelas.

Toni dan Budi saling berpandangan. Aku paham dengan kekhawatiran mereka, terpisah dari rombongan resikonya berbahaya, kami bisa
tersesat. Namun, napas dan tenagaku sudah terkuras habis. Apalagi persediaan airku ternyata sudah habis. Aku sudah tak kuat berkata lagi, hanya memandang keduanya dengan sorot mata memohon.

"Ya sudah. Kita istirahat sebentar sambil menunggu kalau-kalau ada rombongan lain di belakang."


ilustrasi

Aku tersenyum tanda terima kasih atas pengertian Budi. Ia menyodorkan tutup botol berisi air kepadaku. Ya, meski tenggorokan masih terasa panas, aku paham jika kami harus menghemat air.

Tak lama kami duduk-duduk melepas lelah, datang tiga orang pendaki. Mereka menyapa dan menghampiri kami. Tiga orang lelaki itu mengaku sebagai warga desa di sekitar kaki gunung. Setelah ngobrol beberapa saat, mereka mengajak kami melanjutkan pendakian bersama. Budi segera menyambut tawaran itu. Aku dan Toni pun mengiyakan, lagi pula rasanya sudah cukup melepaskan lelah setelah istirahat tadi.

Perjalanan dilanjutkan. Berbeda dengan saat awal-awal mendaki tadi, kali ini langkah kakiku terasa ringan. Seolah berjalan di tanah datar. Tak sekalipun penat kurasakan, badan ini bahkan merasa segar bugar. Begitu juga Budi dan Tomi, mereka tampak semringah. Namun, anehnya selama perjalanan tiga orang warga itu tak berbicara sepatah kata pun. Kami mendaki dalam diam. Tak berapa lama kemudian, di depan sudah tampak rombongan kami. Tak kusangka aku, Toni dan Budi bisa menyusul mereka secepat ini. Padahal kami telah beberapa jam istirahat tadi.

Setelah berjalan selama beberapa jam, sampai juga kami di puncak gunung. Lega rasanya bisa menaklukkan tantangan untuk diri sendiri. Pemandangan matahari terbit sudah selayaknya kami nikmati setelah bersusah payah menempuh perjalanan jauh. Kesempatan ini tak kusia-siakan. Kuabadikan pemandangan indah ini dengan kamera yang kubawa dari rumah.


ilustrasi

Setelah mendapatkan banyak obyek foto, aku teringat dengan warga desa yang naik bersama kami tadi. Namun, sekian lama mencari, aku tak bisa menemukan mereka. Sungguh aneh, para pendaki yang berhasil mencapai puncak saat ini hanya puluhan orang. Dan tiga warga desa tadi tak satu pun ada di antara mereka.

"Ton, kamu lihat tiga orang yang bersama kita tadi?"

Pandangan Toni menyapu ke sekeliling. Ia menggeleng. " Kok gak kelihatan mereka ya, Ri?"

"Makanya ... bukannya tadi mereka berjalan di depanmu?"

Toni menggerakkan kedua bahunya. "Entahlah, Ri."

Meski terasa sedikit janggal, aku tetap melanjutkan mencari dan membidik obyek untuk difoto. Hingga akhirnya ketua rombongan memutuskan untuk turun. Maka aku dan kawan-kawan pun berjalan meninggalkan puncak gunung tertinggi di pulau Jawa ini.

Perjalanan menuruni puncak gunung lancar tak ada kendala. Hingga rombonganku sampai di blank 75. Hamparan pasir di depan mata kuabadikan lagi dengan kameraku.


ilustrasi

Mendadak kabut turun menutupi pandangan. Membuat sedikit panik karena daerah ini cukup banyak memakan korban, seperti yang diceritakan dalam surat kabar.

Kunyalakan senter untuk menembus padangan. Namun, tetap sia-sia. Beberapa menit aku diam tak melanjutkan langkah. Bisa berbahaya karena di sekitar daerah ini ada jurang dengan kedalaman 75 meter. Resikonya saat ini aku kehilangan jejak rombongan, termasuk Budi dan Toni.

Lama kelamaan rasa gelisah muncul dalam benak. Bagaimana jika aku tersesat atau tertinggal sendiri di sini? Jurang yang ada di sekitar tempat ini pun aku tidak paham ada di sebelah mana. Pikiran semakin kalut, tapi aku juga tak mau gegabah untuk melanjutkan langkah. Sambil bersimpuh di atas pasir, kuangkat tangan memohon kepada Yang Kuasa. Jika umurku berakhir di tempat ini .... Ah, aku tidak mau membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja menimpa.

Di tengah kegelisahan, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Mereka adalah tiga orang warga desa tadi. Entah bagaimana caranya mereka mendadak sudah berada di sisiku.

"Tenang, Mas. Mari turun bersama kami," ujar salah seorang di antara mereka.

Entah kenapa dalam hatiku berkata agar menolak ajakan mereka. Aku merasakan sesuatu yang mengancam keselamatanku. Entah apa itu? Aku diam saja, tidak menjawab ajakan mereka.

"Ayo, Mas, nanti kami antarkan ke pos terdekat dari sini."

"Iya, Mas, dari pada tertinggal rombongan lagi," timpal yang lainnya.

Kutanggapi dengan senyum dan gelengan kepala. Beberapa kali mereka meyakinkanku, dan rasa was-was ini kian menyesakkan dada. Mungkin mereka merasa kesal, lalu berlalu begitu saja dariku menembus pekatnya kabut. Semetara aku terus melafalkan doa-doa perlindungan dan keselamatan.

Doaku terkabul. Perlahan-lahan kabut menipis lalu menghilang. Rupa-rupanya teman-teman rombonganku pun sedang duduk tak jauh dari tempatku.

"Ayo berkumpul dulu, Teman-teman," intruksi pemimpin rombongan.

"Aaaaaa ... ada mayat!"

Salah seorang teman rombonganku menunjuk-nunjuk ke arah jurang. Dengan langkah hati-hati kami mendekati tubir yang ia tunjuk.

Baju itu ... baju yang dikenakan oleh orang yang terjatuh itu, persis seperti yang dipakai ... ah, semoga saja bukan.

"Ar ... Ari, itu ... itu ...." Budi menunjuk-nunjuk ke arah korban.

"Toni ...?" sahutku dibalas Budi dengan anggukan.

"Tadi ... tadi aku bersama dia. Lalu ... lalu tiga orang warga tadi memaksaku dan Toni mengikuti mereka, tapi aku menolak. Sedang Toni ... dia mengikuti mereka," jelas Budi tergagap.

Jadi ... jadi cerita itu benar. Bahwa saat kabut turun, ada seseorang yang seolah berjalan di depan pendaki, lalu bukannya menolong mencari jalan keluar, tapi malah menjerumuskan ke dalam jurang.

Beberapa hari setelah kejadian itu, tim SAR tidak berhasil mengevakuasi jasad Toni, dikarenakan sulitnya mencapai dasar jurang tempat ia terjatuh.

Penulis: Ina Sendry
Diubah oleh InaSendry 30-09-2019 15:29
someshitnesszafinsyurga4iinch
4iinch dan 30 lainnya memberi reputasi
31
11K
198
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.3KThread80.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.