cabares.creamAvatar border
TS
cabares.cream
Dear Gio
Dear Gio,
kucing kecilku,
my little Panthera pardus,

senyumku merekah ketika sore itu, Kamis 9 Mei 2019, pandanganku tertuju pada sebuah objek berwarna hitam yang bergerak-gerak menggeliat di antara dedaunan dalam salah satu pot. Chepy, si kucing betina yang kuadopsi dari jalanan komplek, akhirnya melahirkan setelah sekian lama mengandung. Selang beberapa menit kemudian, lahirlah ketiga saudaramu. 


Saat itu juga, aku berjanji pada diriku untuk merawat kalian semua, meski kusadar bahwa untuk itu aku harus mengeluarkan uang lebih banyak setiap bulannya. Namun aku tak sampai hati untuk membiarkan kalian hidup terlunta-lunta seperti banyak kucing kecil di jalanan. Biarlah jatah jajanku berkurang, asalkan hatiku tidak didera rasa bersalah karena menelantarkan kalian.

Sempat bingung dengan masalah nama, akhirnya kakakku punya ide cemerlang. Ia namai kalian sesuai tanggal kelahiran kalian dalam bahasa Italia. Maka jadilah kamu dinamakan Gio, yang artinya "Kamis". Kemudian si bocah pirang yang lahir tepat setelahmu dinamai Novo, artinya "sembilan". Dia adalah satu-satunya jantan di antara kalian berempat. Anak ketiga, si kucing belang tiga warna (yang oleh orang Jawa disebut "telon"), dinamai Mayo, yang berarti "bulan Mei". Terakhir adalah Dino, si kucing putih yang di kepalanya ada sedikit corak hitam pudar. Namanya berarti "sembilan belas" (maksudnya tahun 2019). Dino ini awalnya sempat dikira jantan, dan kami baru menyadari kesalahan itu beberapa bulan kemudian.


Semenjak itu, awal hariku selalu dihiasi pemandangan empat kucing kecil yang menempati pot beton. Tiap kali aku menyapa kalian sembari memberi ibu kalian makan, kalian serempak menatapku dari pot beton itu. Tidak bergerak, hanya mata kalian yang mengikuti setiap gerakanku. Sering aku tersenyum geli melihat keempat muka bego kalian. Kalian adalah senyum pertamaku setiap pagi.


Demikianlah bulan berganti bulan, hingga kalian bukan lagi bayi-bayi kucing. Kalian telah menjelma menjadi anak-anak kucing yang berlarian bercanda-ria di pagi hari, dan bersantai di bawah pohon kemuning peninggalan almarhumah ibuku. Malahan kamu dan Novo sering mencuri-curi masuk rumah melalui celah-celah pagar di lantai dua. Anak tetangga sebelah rumahku, seorang bocah perempuan berusia 8 tahun, rupanya jatuh cinta pada kalian berempat. Namun favoritnya adalah kamu, Gio. 

"She's beautiful...!" serunya suatu ketika. Bocah itu memang sedang senang-senangnya mengoceh dalam bahasa Inggris yang ia pelajari di sekolahnya. Dia memberimu nama "Shadow". Abisnya kamu item sih....


Aku tak ingat sejak kapan kamu jadi suka bermanja-manja denganku. Bukan hal aneh lagi ketika tiba-tiba saja kamu muncul di belakangku dan menggesek-gesekkan wajahmu manja ke kakiku saat aku sedang beraktivitas di dapur, serta mengikuti dengan lincah ke mana pun aku melangkah. Terkadang memang terasa mengganggu karena gerakanku jadi terhambat. Aku takut kamu terinjak. Namun entah kenapa, hati kecilku seolah menyuruhku untuk memuas-muaskan diri bermain-main dengan kamu, sekalipun aku sedang mengerjakan sesuatu.


Dear Gio,
kucing kecilku yang tatapan matanya membuatku gemas,
Kamis lalu, aku mendapatkan tugas ekstra untuk kulakukan sebelum berangkat kantor : menyiapkan liang kuburmu. Bukan tugas yang ringan bagi kedua tanganku yang tak pernah bekerja kasar ini untuk sekadar membuat lubang berukuran mungil, semungil jasadmu yang telah kaku bagaikan kayu. Kupuas-puaskan memandangmu untuk terakhir kali sebelum aku melepasmu untuk selama-lamanya. Hingga tanganku yang lelah mulai bekerja menutup liang itu, aku masih menyempatkan diri untuk menyibak kertas koran yang membungkus wajahmu. Rasanya sungguh sulit percaya. Kamu yang pada hari Minggu lalu masih berlarian lincah kini harus kutimbun dengan tanah, di samping pohon kemuning tempat kamu biasa bermain dan bersantai.

Kerapkali saat aku tengah berada di kantor yang terletak berkilometer jauhnya dari rumah, ada sebersit kerinduan akan kamu, si kucing hitam yang pernah mewarnai hari-hariku. Dan seketika aku akan menghentikan kerjaku. Tak sanggup aku untuk tetap berkonsentrasi pada pekerjaan bila ingatan tentang kamu mulai menari-nari menguasai benak. Ingin rasanya buru-buru pulang dan mengelus-elus kuburmu sembari membiarkan tangisku tumpah. Namun apa daya, aku tak patut melakukan hal itu. Terpaksa aku menahan segala gejolak kerinduan hingga tiba saatnya pulang.

Kamu boleh tidak percaya padaku, Gio. Semenjak kamu pergi, belum pernah kulihat ketiga saudaramu berlarian riang bercanda-ria seperti saat kamu masih ada. Mungkinkah mereka sadar bahwa kamu tak lagi di antara mereka? Mungkinkah mereka juga merasa kehilangan? Aku tak tau apakah kucing juga bisa merasakan duka-cita. Pun aku tak tau apakah si anak tetangga sebelah telah mengetahui kepergianmu. 

Dear Gio,
kucing kecilku,
my little Panthera pardus,
aku kangen manjamu,
aku kangen tatapan lucumu,
aku kangen
kangen
kangen
kangennn
....


Aku percaya bahwa waktu akan mengobati luka dukaku, sebagaimana ia mengobati duka saat aku kehilangan para pendahulumu.

Ternyata kebersamaan kita terbilang singkat. 

Terimakasih atas kesenangan yang kamu kasih ke aku selama hampir lima bulan ini, Gio. Hingga beberapa hari ke depan nampaknya aku masih akan menangisi kepergianmu, meski tanpa airmata.

Dan jauh di dalam hatiku, aku masih melihatmu berlarian lincah bercanda-ria dengan ketiga saudaramu....

vestycide
anasabila
kakekane.cell
kakekane.cell dan 2 lainnya memberi reputasi
3
473
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.