Beberapa hari lalu anggota DPR dari fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan sempat menjadi perbincangan warganet karena tindakannya saat di acara Mata Najwa yang dinilai kasar terhadap guru besar Profesor Dr. Emil Salim.

Saat itu sikap Arteria meledak-ledak ketika Emil mengatakan bahwa ada kewajiban KPK untuk menyampaikan laporannya, yang salah satunya disampaikan ke DPR. Namun Arteria membantahnya. Arteria juga sempat menunjuk-nunjuk ke arah Emil dan juga mengatakannya sesat.

Dalam sesi perdebatannya dengan Emil Salim, Arteria sempat memanggil orang yang berada dalam studio Mata Najwa sambil menunjukan bukti-bukti yang dibawanya. Kemudian tim Mata Najwa memeriksa siapa dan juga latar belakang dari orang yang dipanggil Arteria tersebut.

Setelah ditelusuri oleh Narasi Newsroom, berikut hasil temuannya..



Melansir dari akun Instagram resmi Narasi Newsroom, ditemukan fakta bahwa orang yang dipanggil Arteria Dahlan saat di Mata Najwa adalah pria bernama Madun yang merupakan Ketua LSM Gerakan Penyelamat Harta Negara. Walaupun kini ia memimpin suatu organisasi LSM, namun pada 2014 lalu Madun pernah masuk penjara selama 1 tahun 8 bulan karena mengaku sebagai anggota KPK. Saat itu ia terbukti menipu dan memeras pejabat Kementerian PDT.

Setelah bebas, Madun kini rajin melaporkan KPK ke Kepolisian dan Kejaksaan. Ia mengaku masih kesal dan dendam pada KPK. Dalam wawancaranya dengan Narasi TV, Madun menyebut walaupun ia sakit hati, disisi lain memang banyak masalah dalam tubuh KPK. Ia ingin semua laporan korupsi miliknya ditindaklanjuti oleh KPK. Ia mengklaim mempunyai bukti dugaan korupsi 10 triliun rupiah di berbagai Kementerian dan Lembaga.

Bukti-bukti yang dimiliki Madun tersebut ia kumpulkan dari anggaran iklan di berbagai instaansi pemerintah. Menurutnya Pemerintah tak perlu mengiklankan programnya. Walaupun cukup ngotot dengan pembuktiannya, Madun mengaku bahwa ia tak punya bukti yang lengkap. Termasuk berapa kerugian negara dari tudingan yang dilaporkannya.

Kembali pada saat momen Arteria Dahlan memanggilnya di program Mata Najwa, Madun juga mengaku bahwa setelah dipelajari Arteria ia juga tidak begitu paham dengan dokumen yang ditunjuk-tunjukkan oleh Arteria tersebut. Walaupun ia mengaku bahwa dokumen yang dibawa Arteria saat di Mata Najwa adalah darinya sendiri.