i.am.legend.
TS
i.am.legend.
Sekjen Ditahan, PA 212: Kami Ajak Umat Ketuk Pintu Langit



Sekjen Ditahan, PA 212: Kami Ajak Umat Ketuk Pintu Langit

Jakarta - Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif meminta umat Islam mengetuk pintu langit agar Allah SWT menyelamatkan bangsa Indonesia dari kezaliman. Hal itu disampaikan seusai penangkapan Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar.

"Mengajak umat Islam, ulama, tokoh, emak-emak, pengacara, buruh, mahasiswa, dan lainnya untuk mengetuk pintu langit agar Allah menyelamatkan bangsa Indonesia dan menghancurkan segala kezaliman di negeri ini," kata Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif di Sekretariat DPP PA 212, Condet, Jakarta Timur, Rabu (9/10/2019).

Soal penahanan Bernard, PA 212 akan mengawal dan memberi bantuan hukum. Setidaknya ada 100 pengacara yang akan mendampingi kasus hukum Bernard terkait relawan Jokowi, Ninoy Karundeng.

"DPP PA 212 akan melakukan perlawanan dan bantuan hukum dengan menyiapkan 100 pengacara untuk Ustaz Bernard Abdul Jabbar dan aktivis DKM Al-Falah Pejompongan," jelasnya.

Dia juga mengimbau umat Islam agar tidak terprovokasi dengan rencana dan dugaan provokasi untuk menggembosi gerakan keadilan melawan kezaliman.

"Terutama Alumni 212 untuk tidak terpengaruh dengan segala rencana dan dugaan provokasi oleh pihak-pihak tertentu untuk menggembosi gerakan perjuangan," ujarnya.
(idn/fjp)
sumber

☆☆☆☆☆☆☆☆
Tok tok tok... (suara pintu diketuk jam 2 malam).
Krieeeeeet..... (suara pintu terbuka yang engselnya karat).
"Pak Bambang ada?" kata seseorang yang memakai topi kupluk, sarungan.
"Situ siapa?" tanya pemilik rumah.
"Tetangga gang ujung." Jawab si pengetuk pintu sambil membuka tutup mukanya yang tertutup kupluk.
"Kamu? Mau ngapain malam-malam kesini?" Tanya pemilik rumah dengan tampang bete. Kayaknya dia lagi nanggung didalam. Entah nanggung apa.
"Siapa Pah? Ayo cepetan dong. Nanggung nih Mamah." Suara dari dalam gak udah-udahnya mendesah.
"Anu Pak. Saya numpang ke WC. Kebelet." Kata orang didepannya.
"Lu pikir ini WC umum!" Kata pemilik rumah menghardik.
Brak!!!! Pintu ditutup keras.
Brot!!! Suara dari belakang badan orang yang ngetuk pintu tadi juga bersuara keras, dan basah...

(Ini bukan episode mengetuk pintu langit, tetapi episode tetangga mengetuk pintu tetangga untuk numpang BAB sesuai arahan Pemprov DKI Jakarta.)

□□□□□□□□□

Pintu langit, jelas bukan pintu tetangga. Pemiliknya juga bukan tetangga, tetapi Pemilik langit. Seperti kita ketahui, yang namanya pemilik, pasti punya hak prerogatif untuk membuka pintu kepada siapa yang diterima, dan menutupnya kepada yang tidak diterima.

Narasi mengetuk pintu langit yang disuarakan kumpulan orang-orang di Pe'A 212 bukanlah hal yang baru. Bukan kali ini saja. Berbulan-bulan yang lalu bahkan pernah ada perempuan dengan suaranya yang meraung-raung bagai srigala betina yang kelaparan, dengan gaya yang lebay, berusaha mengetuk pintu langit, bahkan mengancam Pemiliknya. Apakah yang diancam mengabulkan?
Gak!
Jika mau, Pemilik langit bisa saja mencabut nyawa si perempuan yang mengancam-Nya. Mencabut perlahan-lahan nyawanya hingga kepedihan bisa ia rasakan sepedih sapi betina dikuliti hidup-hidup. Nyatanya tidak. Pemilik langit yang pintu-Nya diketuk dengan kasar dan memaksa, hanya tidak mengabulkan permintaan si perempuan jalang ini.

Dan sekarang pintu langit mau diketuk lagi?

Silakan. Tapi Pemiliknya pasti lebih tahu apa-apa yang ada dihati manusia, sebab manusia adalah ciptaan-Nya. Dan tak ada ciptaan itu lebih pintar dari yang mencipta.

Seorang manusia yang dianggap besar oleh sebuah kelompok, tidak serta merta dianggap besar oleh kelompok lain, bahkan mungkin oleh sebagian besar orang. Bisa jadi dia dianggap berjasa, berguna, terhormat, dan segudang kehebatan lain yang disematkan padanya, tapi bagi orang lain dia nothing, bukan siapa-siapa, tak dianggap, bahkan dianggap hina dan jadi bahan tertawaan.

Jadi kalau nama ummat dibawa, nama mahasiswa, buruh, dan lain-lain dibawa, mungkin mereka menjawab : "Siapa elu?"

Kelompok Pe'A 212 adalah kelompok manusia kurang kerjaan, buzzer terorganisir terang-terangan yang terdepak karena tidak bisa menyelamatkan tuannya. Cuma 1 yang berhasil dan bercokol di ibukota Jakarta. Selebihnya boncos.

Buzzer ini jelas punya kelebihan, karena secara sepihak merasa sebagai pemilik surga, bisa mengeluarkan sertifikat untuk bekal ke surga, mengiming-imingi orang lain dengan tempat di surga hanya dengan menyumbang pilpres. Para penjual agama dan ayat ini selalu menjual nama ummat Islam dalam narasinya, seolah-olah ummat Islam tunduk pada titahnya, perintahnya, kemauannya. Merekalah perusak sebenar-benarnya agama dari dalam. Menghinakan sebuah agama menjadi agama yang bisa diperjualbelikan untuk acara apapun juga, kepentingan apapun juga.

Bicara bukti dan fakta, pihak kepolisian bergerak hanya berdasarkan fakta di lapangan, bukan asumsi semata. Jadi kalau belum apa-apa Pe'A 212 sudah menyusun narasi sangat luas dan berat, takutnya nanti menanggung malu. Itu kalau memang masih punya rasa malu.

Ini mirip dengan seseorang kaskuser dengan id penom. Dia bilang ganjaran buat korban sudah tepat karena menyebar petnah. Ditanya petnahnya seperti apa, dia jawab seperti di laptop korban. Ditanya lagi koq tau ada petnah di laptop, tau dari mana? Dijawab lagi, kalau gak ada petnah, gak mungkin dianiaya. Disitu TS sedih. Kebayang gimana wajah kaskuser ini, berapa usianya. Pasti jauh beda sama orang-orang di kelompok Pe'A 212, tapi logikanya sama. Sama-sama koplak.

Ketuklah pintu langit.
Tapi kalau gak dibukain, jangan main ancam.
Bisa jadi Pemilik langit tak berkenan, sebab Dia Maha Tahu segalanya, termasuk hati siapa-siapa yang mengetuk pintu-Nya.

Demikian.

Diubah oleh i.am.legend. 09-10-2019 09:47
tamadate6deferclownnona212
nona212 dan 46 lainnya memberi reputasi
47
8.8K
167
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.