• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Sebelum Tewas Gantung Diri, Bocah SD Sempat Tulis Surat (Benarkah?)

Surobledhek746Avatar border
TS
Surobledhek746
Sebelum Tewas Gantung Diri, Bocah SD Sempat Tulis Surat (Benarkah?)

Sumber: Srcenshoot laman Suarajateng.id

Selamat datang di Tread Gw lagi Gan/Sist. Semoga senang ya.

Quote:

Coba kita bayangkan, anak 12 tahun mampu menulis surat dengan tata aturan yang mudah dibaca. Enak dimengerti. Anak kelas 6 SD. Sudah mampu menyampaikan isi hati dengan bahasa yang demikian jelas dan tertata rapi. Kita bandingkan dengan anak kelas 9 SMP, bahkan ketika tidak masuk sekolah saja kemudian menulis surat ketidak hadiran masih menggunakan bahasa yang sulit dimengerti.

Kadang-kadang malah ketoka sudah kelas 12 SMA siswa diminta membuat kalimat sebuah keinginan. Susunan kata yang diharapkan tak kunjung sesuai dengan perintah yang diberikan.

Jika benar, bahwa ternyata anak itu menulis sendiri berarti tiingkat kecerdasan anak itu di atas rata-rata. Juga ketika dalam cerita di surat itu dinyatakan bahwa jika "tidak mengenal" sepertinya kehadiran anak itu dalam keluarga tersebut tidak diharapkan. Sehingga anak merasa terbuang.

Sebuah pernyataan dari hati yang paling dalam.dari bentuk perlawanan ketidak berdayaan. Apalagi anak laki-laki. Berbeda dengan anak perempuan yang memiliki perasaan lebih halus. Sehingga ketika akan menyampaikan perasaannya lebih fasih ketimbang perasaan laki-laki.

Terlepas benar atau tidak tulisan itu dari anak tersebut. Atau peristiwa itu murni bunuh diri atau pembunuhan, sebuah pembelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa sekecil apa pun anak, mereka ternyata punya perasaan dan perlu mendapat perhatian. Layaknya anak lain yang memiliki kedua ibu bapak kandung.

Perceraian orang tua, apa pun penyebabnya langsung maupun tidak langsung akan menggangu dan mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang ditinggalkan. Baik kemudian memiliki ayah tiri mau pun ibu tiri. Di mana pun, pada posisi apa pun, orang tua kandung tetap menjadi yang terbaik.

Kondisi ekonomi yang sulit kadang menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalan. Benar memang, anak hanya jadi konsumtif. Dia tidak bisa menghasilkan apa-apa. Jika terbelit susah dan sengsara, tak sedikit kemudian yang menjadikan anak sebagai korban.

Apalagi sekarang, dengan semakin sulitnya lapangan pekerjaan. Semakin susahnya penghidupan denganharga yang kian mahal. Kurang terjangkau, anak tetap ingin jajan dan belanja seperti biasa. Akhirnya kekesalan demi kekesalan mampu menjadikan orang dewasa disekitarnya gelap mata.

Oleh karena itu, marilah kita bagi yang memiliki sedikit kelebihan pendapatan berbagi dengan tetangga. Anak tetangga yang masih sekolah. Percayalah, dengan berbagi tak akan mengurangi harta kita. Malah dapat jaminan harya dan kehidupan kita akan bertambah dan kian membaik.

Demikian sekedar perenungan. Semoga kejadian di sekitar kita menjadi pelajaran kepada yang lainnya. Semoga bermanfaat


sumber
ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.1K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.