walangjagoAvatar border
TS
walangjago
Hutan Manding Jalur Suwanting



"monggo mas, mbak istirahat dulu di dalam sekalian nanti saya briefing"
Salah satu pengelola BC yang menyebut dirinya Mas Ambon menyambut kedatangan kami.

Gue (Dana), Dewi, Maya, Rudi, Tama, Ardi, Angga, dan Pram kita berdelapan akan mendaki Merbabu via Suwanting. Dari delapan orang dalam rombongan belum ada satupun yang pernah mendaki lewat jalur ini.

Jam 2 siang kita sampai di Desa Suwanting, setelah menempuh perjalanan selama 4 jam dari Jogja. Sungguh waktu yang sangat lama dari waktu normal hanya 2 jam, maklum kita beberapa kali berhenti karena harus menunaikan sholat jumat dan berteduh karena hujan yang tiba - tiba datang.
Setelah beristirahat sebentar, Ardi sama Rudi ngurus simaksi, Maya sama Dewi ke kamar mandi, gue, Angga, Tama, Pram makan di warung depan BC.

"kalau udah pada selesai kumpul dulu, kita briefing sama Mas Ambon" kata Rudi




*****

Beberapa point penting yang disampaikan Mas Ambon ketika briefing
- Estimasi pendakian sampai puncak Trianggulasi 6-7 jam tergantung fisik
- Ucapkan salam di setiap pos atau lembah terutama "Lembah Manding"
- Di hutan manding ada 5x percabangan jalan, lurus dengan jalur ekstrem tapi cepat, atau ambil kanan dengan medan lebih manusiawi
- Ada mata air sebelum pos 3
- Bagi wanita yang sedang berhalangan tidak disarankan untuk mendaki

Point kelima yang bikin gue agak parno, semalem Maya bilang kalau lagi dapet.

--And Story Begin--



Pict from Google

Berangkat dari BC jam 3 sore, hijaunya ladang warga adalah suguhan pertama yang kita nikmati. hanya berjarak 30 menit kita sampai di Pos 1 "Lembah Lempong". Pos 1 ini terletak di tengah hutan pinus. Berhubung adzan ashar sudah terdengar, kita memutuskan untuk berhenti sekaligus menunaikan ibadah sholat ashar.


POS 1 Lembah Lempong

Okee lanjut, kita menyusuri hutan pinus menuju POS 2, butuh waktu 1,5 jam.

"Aduuhhh" Tama yang jalan dibelakang gue tersungkur di tengah jalur
"kenapa?"
"kram" sambil meringis
"duduk dulu dilurusin kakinya, ini gue ada balsem" Maya dengan sigap mengeluarkan balsem dari tasnya dan mengurut kaki Tama
"cocok May jadi tukang urut" goda gue
"hiisshh bantuin kek lepasin tasnya, malah pada diem aja"

Sialnya hujan mulai turun, kita buru - buru keluarin jas hujan sebelum kebasahan.

"Tam, punya loe dimana, gue bantu pakai"
"buka aja carrier-nya, udah gue siapin paling atas"

Hawa dingin mulai menyerang seiring dengan turunnya hujan, sementara Tama masih belum bisa pulih, kita hujan - hujannya di tengah jalur. Nggak ada pohon rimbun untuk berteduh karena sudah cukup jauh meninggalkan pos 1, kita berada di kawasan vegetasi bebas.

Waktu itu jalur Suwanting baru dibuka "kembali" setelah ditutup lama pada tahun 90an. Jadi masih sangat sepi tanpa bertemu satupun pendaki karena kita satu - satunya rombongan yang mendaki pada hari itu.

"gimana Tam? lanjut?" Tanya Rudi
"pelan - pelan ya"

Hujan menemani sepanjang perjalanan menuju pos 2, perlahan kabut mulai turun mengurangi jarak pandang. Jam setengah 6 adzan maghrib terdengar.

"maghrib nih lanjut atau gimana?" kata Rudi yang berjalan paling depan memimpin rombongan
"cari tempat yang agak luas" sahut Angga dari belakang yang bertugas sebagai sweeper.
"Pos 2 kayaknya udah deket, sekalian sholat sama makan"

Lanjut jalan, nggak lama kita sampai di tanah yang cukup untuk menampung 2 buah tenda. Kita langsung melepas jas hujan. Gerimis yang sedari tadi mengiringi mulai menghilang diganti dengan pekatnya kabut. Kita duduk meluruskan kaki yang terasa pegal setelah dihajar dengan jalur yang berlumpur

"Lembah Ngrijan"
"pos 2"
"kayaknya bukan deh" kata Rudi sambil mengeluarkan peta "Pos 2 itu Lembah Mitoh, abis ini baru pos 2"

Menghela nafas menerima kenyataan, rasanya udah jalan jauh tapi belum juga pos 2.

"makan sekarang aja gimana? atau mau nanti sekalian di pos 2?" tanya Dewi

"sekarang aja, nanti kita di pos 2 nggak usah berhenti lama - lama biar nggak kemaleman sampai pos 3" papar Ardi

"setuju, gue juga udah lapar"

"makan teroooosssss"

Kita break di Lembah Ngrijan, makan lalu sholat maghrib. Nggak ada sunset, semua terhalang kabut dan awan mendung. Selesai menunaikan sholat Tama kembali mengalami kram di kakinya. Maklum diantara kita dia yang vakum cukup lama dari kegiatan mendaki, lebih dari setahun dia tidak mendaki pasca menjadi saksi tragedi jatuhnya alm. Erry Yunanto yang jatuh ke kawah Merapi.

"jam setengah 7 mulai jalan ya"

"senter sama headlamp disiapin, udah mulai gelap"

"pos 2 masih jauh nggak ya kira - kira?"

"paling lama 1 jam lagi"

Persiapan tracking malam masing - masing udah pakai headlamp. Rudi kembali memimpin perjalanan, disusul Pram, Dewi, kemudian gue, pas belakang gue ada Tama, belakangnya lagi Maya, Ardi sama Angga jadi swepper di belakang. Kabut masih setia menemani perjalanan, banyak obrolan yang keluar bahkan beberapa kali kita tertawa dengan guyonan receh yang terselip dari setiap obrolan malam itu.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam 9 malam ketika kita sampai di pos 2, artinya kita jalan lebih dari 2 jam. Jauh dari perkiraan, semua terduduk lemas dengan nafas terengah.

"break!!!"

"kok bau busuk ya?" tanya Dewi

mendadak semua menoleh ke arahnya, sebuah pertanyaan yang membuat gue cukup parno. Gue yang duduk disampingnya mencium aroma yang sama, sejujurnya gue udah cium bau busuk sejak tadi lepas dari Lembah Ngrijan, tapi gue diam aja.

"iya nih, apaan ya?"

"carrierloe isi apaan?" tanya gue ke Dewi

"bahan makanan"

"coba bongkar, kerasa banget baunya dari sini"

Kita bongkarcarrier Dewi keluarin isinya satu per satu. Ketemu!! sumber bau tersebut berasal dari 

daging ayam yang membusuk.

"gimana nih? buang?"

"dikubur aja biar baunya hilang"

Akhirnya kita putuskan untuk mengubur saat itu juga. Kabut yang sedari tadi menemani mulai menghilang, dengan mata telanjang kita bisa menyaksikan jutaan bintang di langit malam itu. Merapi juga terlihat samar - samar. Selesai mengubur daging ayam kita foto - foto sebentar buat menghilangkan ketegangan.

"habis ini kita akan masuk ke hutan Manding, ingat kata Mas Ambon tadi, ucapkan salam dan lebih hati - hati"

"berdoa dulu yuk sebelum lanjut"

"bismillahirohmanirohim"

Formasi masih sama, Rudi di depan ditemani Pram buka jalan, Angga sama Ardi sweeper, sisanya di tengah.

"Assalamu'allaikum"

"nyuwun sewu"

"permisi numpang lewat"

Setelah mengucap salam gue ngerasa ada hembusan angin dari arah depan. Angin yang rasanya seperti kalau kita papasan sama objek yang bergerak cepat berlawanan arah. Paham nggak?Mungkin semacam sambutan dari penghuni hutan. Tegang banget suasananya, bahkan awal masuk hutan Manding kita nggak ada ngobrol sama sekali. Semua diam sampai akhirnya kita bertemu sebuah persimpangan.

"Pram cek jalur yang ke kanan? tapi jangan jauh - jauh, gue coba lurus"

"gue sendiri?"

"iya, biar yang lain tunggu disini"

"gila loe Rud, nggak ahh, nggak mau gue" Pram protes

"kanan aja, jauh dikit nggak papa dari pada lurus tapi nyiksa dengkul" Kata Angga dari belakang

"lurus aja biar cepet sampai, udah malem ini looh" Dewi menimpali

"gimana? mau lurus apa melipir ke kanan?" tanya Rudi

"buka deh petanya" kata gue


Dokumentasi Pribadi

Bisa dilihat dari peta, di hutan manding ada 4 simpangan kecil dan 1 simpangan besar yang semuanya melipir ke kanan. Saat itu kita baru sampai di simpangan pertama, setelah melihat peta kita memutuskan untuk memlih jalur kanan. Vegetasi hutan Manding masih sangat rapat, kesan horor hutan ini sangat terasa. Pikiran gue udah agak kacau waktu itu. Rasa takut dan lelah bercampur jadi satu.

"kalian ngerasa bau melati nggak?" tanpa sadar gue menanyakan suatu hal tabu untuk ditanyakan

Dewi yang berjalan di depan gue langsung berhenti dan menoleh, begitu juga Pram dan Rudi.

"Loe kalau ngomong hati - hati Dan" kata Tama

"mau break?" kata Dewi

"lanjut.. jangan kebanyakan berhenti" Ardi menimpali

Sempat berhenti sejenak karena pertanyaan gue tadi, akhirnya kita lanjut jalan. Serius gue mencium bau melati. Anehnya bau tersebut nggak hilang sampai kita bertemu simpangan kedua. Gue pengen menanyakan hal yang sama tapi kali ini gue bisa tahan diri.

"break" kata Pram ketika kita sampai di persimpangan

"ngapain berhenti? Jalan!!" Angga yang jadi sweeper protes

"capek, istirahat sebentar"

"5 menit" katanya lagi

"Dan?" kata Dewi pelan "gue juga cium bau yang sama"

"......."

Malem - malem jalan di tengah hutan kemudian tercium bau melati siapa yang nggak parno?. Cukup baunya aja yang kecium, penghuninya jangan sampai nongol apa ganggu,bisa ribet nanti.

Di persimpangan kedua dan ketiga kita memilih untuk lurus demi mempercepat waktu. Pokoknya pengen cepet keluar dari hutan Manding.

"Masih?" tanya Dewi lagi dengan pelan

"......." gue cuma ngangguk, serius baunya nggak ilang, sumber baunya terasa deket banget.

Beneran deh, jalur Suwanting bukan jalur kaleng - kaleng. Kita nggak lagi jalan, tapi memanjat dan merangkak, mulut bisa ketemu lutut di beberapa titik.

"break" kata Rudi ketika sampai di simpangan ke empat

"berhenti terus kapan sampainya??" Ardi kembali protes

"Ini orang kenapa tiap kali berhenti pasti protes??" gue membatin

"sabar dong, istirahat dulu" Maya duduk bersender di sebuah batang yang tumbang

"yaudah abis ini kita tukeran posisi, gue sama Angga di tengah loe di belakang May"

"kenapa emangnya di belakang?"

"pokoknya jangan kebanyakan berhenti"

Gue yakin ada yang nggak beres. Mungkin karena terlalu fokus dengan jalur, kita nggak sadar kalau waktu itu udah jam 12 malam. Artinya kita udah jalan selama 9 jam termasuk istirahat beberapa kali yang kalau ditotal paling cuma 1,5 jam. Padahal durasi normal pendakian sampai puncak hanya 6-7 Jam. ini udah 9 jam masih di hutan Manding. T_T

Setelah mencoba jalur lurus, kita memutuskan untuk kembali serong ke kanan. Belum lama berjalan, bau melati kembali tercium. Ampun daah, bukannya takut gue malah frustasi, mau sampai kapan "Dia" ngikutin?

"Rud, agak cepet jalannya" kata gue

"kalau mau cepet harusnya tadi jangan lewat sini, lurus aja"

Sebuah jawaban yang membuat gue cukup dongkol, Emang si Rudi itu orangnya ngeselin tapi dia yang paling punya nyali diantara kita makannya dia jalan paling depan.

Sampai di juga simpangan kelima, simpangan terakhir, artinya kita akan segera keluar dari hutan Manding. Karena pengen buru - buru keluar hutan, Kita nggak berhenti sama sekali, lanjut terus 

dengan mempercepat langkah.

"Looh sebentar" Rudi berhenti

"kenapa?" tanya Pram

"ini kok ada simpangan lagi?"

Rudi mengeluarkan peta dari kantongnya "nih di peta cuma ada 5" sambil menunjukkan petanya pada Pram "tadi waktu briefingMas Ambon juga bilang ada 5 simpangan di hutan mending"

"loe yakin?"

"iya, gue hitung tiap kali ketemu simpangan, kita udah lewatin 5x, 3 kali lewat kanan 2 kali lurus"

"mungkin loe salah hitung, lanjut aja kita lewat kanan" kata Pram

Posthinkaja Rudi kelelahan sampai dia salah hitung, kita lanjut jalan lewat jalur sebelah kanan. Bau melati masih menemani... BODO AMAT!! gue lihat temen - temen yang lain, mereka nggak bisa menyembunyikan wajah lelah mereka. Jalan cukup lama, kita ketemu lagi sama persimpangan.

"ini simpangan ke berapa Rud?" tanya Pram

"kalau sama ini 7"

"yakin?"

"yakin, kan tadi kita udah lewat sini" jawabnya dengan enteng

"Nyasar?"

"nggak tau, tapi gue yakin kita udah lewat sini tadi"

"....." semua diam

"kita istirahat dulu aja" kata Maya

"nggak.. lanjut aja, udah hampir jam 1" Angga kembali melancarkan protes ketika Maya mengusulkan untuk istirahat

"iya istirahat dulu aja" kata Dewi

Di tengah hutan manding sekitar jam 1 malam kita merebahkan badan, mengatur nafas dan menenangkan diri.

"May, snack dong"

"makan teroosss.. tambah bulat itu badan"

Diantara kita, Tama yang bertubuh paling tambun. Tapi walaupun begitu hampir semua gunung di Jawa Tengah sudah dia jamah.

"makan dulu gaes, biar nggak tegang" kata Maya sambil mengeluarkan beberapa makanan ringan dari carriernya. 

Tanpa aba - aba langsung kita serbu snack-nya. Mungkin karena rasa lapar yang mulai menyerang, dalam waktu sekejap snack langsung ludes tanpa sisa.

"dah abis nih, ayo lanjut jalan, semangat!!!" kata Maya

"semangat gundulmu

Selesai mengisi perut kita lanjut jalan. SIAL!!! baru beberapa langkah bau melati kembali tercium. 

"sssttt" gue manggil Dewi

"apa?"

"ehh.. nggak jadi"

"bau melati?"

"....." ngangguk

"dari tadi masih dibahas aja kalian ini" Tama yang tau kalau gue masih bahas soal bau melati mencoba mengingatkan.

Capek, ngantuk, takut nggak karuan rasanya, udah jalan jauh kok masih di hutan aja.

"Berhenti dulu" Rudi menghentikan langkahnya "tadi kita udah lewat sini"

"masa sih?" Dewi nggak percaya

"iya, sebelum tadi kita istirahat makan snack kita udah lewat sini"

"gimana nih?"

Semua bingung, entah kita tersesat atau bagaimana gue nggak tau, gue nggak ingat tiap simpangan yang kita lewatin karena nggak ada tandanya. Tapi ini udah lebih dari 5x kita ketemu simpangan padahal di peta cuma ada 5.

"lanjut aja lewat kanan, tapi kita berdoa dulu sebelum jalan" kata Tama

Tama memimpin doa, kita hening cukup lama tanpa suara dan cahaya seadanya. Di tengah keheningan gue nyorotin senter kebawah, (ke arah jalur yang baru aja kita lewati). Terlihat bayangan putih berdiri disamping sebuah pohon, gue pindahin sorot lampu senternya ke tempat lain buat mastiin kalo gue cuma halu,kemudian balik lagi nyorot ke bawah. Anjirr!! nggak salah lagi ini mah pocong. Gue kira cuma halu ternyata beneran, apa mungkin bau melatinya dari pocong?

Setelah berdoa kita lanjut jalan, gue sengaja nggak ngomong sama yang lain soal penampakan yang gue lihat. Nggak lama kita jalan akhirnya ketemu sama mata air yang menandakan kalau kita udah berada di ujung hutan manding dan segera sampai di pos 3. Bersyukur banget, langkah kaki dipercepat supaya bisa beristirahat. Kita sampai di pos 3 jam setengah 3 pagi, artinya kita jalan 11 jam dari durasi normalnya yang hanya 6-7 jam.

*****

"Semalem gue lihat pocong"

"waktu berhenti terakhir itu kan? gue juga lihat kali"

"laah??"

Setelah melewati malam yang menegangkan. Pagi itu kita menikmati sarapan sambil mengobrol ringan. Ternyata Dewi juga ngeliat pocong di hutan manding. Kita baru lanjut summit ke puncak jam 10 pagi, Tapi Ardi, Maya, dan Tama memilih untuk beristirahat di pos 3. 

Alhamdulillah ketika perjalanan turun kita tidak mengalami banyak kendala. Walaupun sempet parno ketika memasuki hutan manding, tapi kita gas aja terus. Turun dari pos 3 jam 5 sore sampai di BC Suwanting jam 11 malam.

Sampai di BC Angga sama Ardi yang biasa jalan di belakang cerita, sepanjang di hutan manding kita di ikutin sosok hitam tinggi besar dari belakang, makannya dia nggak mau break lama - lama. Kemudian Rudi yang jalan di depan sering ngeliat bayangan yang terbang dari pohon ke pohon di beberapa titik di hutan manding. Beruntungnya Maya, Tama sama Pram yang nggak ngelihat apa - apa.

Buat yang mau ke Merbabu lewat jalur Suwanting hati - hati ya...

Quote:


Diubah oleh walangjago 01-10-2019 06:41
sebelahblog
someshitness
zafinsyurga
zafinsyurga dan 16 lainnya memberi reputasi
17
6.2K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.