opabaniAvatar border
TS
opabani
Tolong Aku ...!

Sumber gambar: PicsArt



Kring ... Kring ....

Bunyi ponsel memecah sepiku, segera kuangkat tanpa pikir panjang.

"Halo ...!" seruku.

"Tolong aku, Mas!" pekiknya, lantas ia matikan ponselnya.

"Gila, nih orang!" gumamku kesal.

Pagi itu aku agak telat ke kantor, maklum aku juga seorang penulis lepas, jadi kalau malam sering begadang menyelesaikan naskah-naskahku.

"Jo! Sudah dengar tentang Anita?" tanya Amran teman sekantorku.

"Anita, siapa?" timpalku acuh.

Temanku tak jadi menjawab, pak Bos kami keburu memanggilnya, ah sudahlah, lagi pula siapa Anita saja aku tak tahu.


Sumber gambar : PicsArt

Kring...kring..., ponselku berbunyi tepat di jam yang sama, pukul 00:30. Aku angkat segera.

"Halo...!" seruku penasaran dengan nomer tak bertuan ini.

"Tolong aku, Mas!" pekiknya.

"Kamu, siapa?" tanyaku memastikan.

"Anita!" pet, ia memutuskan sambungan teleponnya.

"Ini orang apa-apaan, sih!" gumamku kesal.

Aku lanjutkan lagi menulis sebuah artikel yang akan aku kirim ke salah satu koran nasional, tiba-tiba aku teringat ucapan Amran tentang Anita, what!!! Pekikku tertahan. Anita?

Pagi itu aku langsung menghampiri Amran, nama itu membuatku penasaran.

"Mran! Jelasin siapa Anita?" tanyaku dengan wajah gelisah.

"Oh, kemarin aku belum sempat menjelaskan, ya?"

"Udah deh, jelasin sekarang!" pintaku.

"Gini, Jo! Anita adalah korban mutilasi, yang jasadnya belum di temukan, ia kadang menelpon ke nomer siapa saja, untuk minta di carikan jasadnya!" tutur temanku, sambil kulirik tangannya yang kelihatan merinding itu.

"Kamu tidak bohong?" cecarku.

"Terserah! Minggu lalu saudaraku di terrornya!" timpalnya.

Malam ini aku harap-harap cemas, menunggu telpon dari perempuan misterius itu, kubangunkan istriku untuk menemaniku, setelah kuceritakan dia juga penasaran.

Tepat di jam 00:30 persis seperti malam sebelumnya, ponselku berdering, aku dan istriku saling tatap kebingungan.

"Gimana ini, Ma?" ujarku bingung.

"Jangan diangkat, Mas! Aku ngeri ah!" pekik istriku.

"Ya, aku juga bingung." bisiku padanya.

Kami sepakat tak mengangkat telpon dari Anita, wanita misterius itu.

"Sudah, Mas. Mendingan kita ikut mendoakannya, biar tubuhnya cepat di satukan." bisik istriku.

Aku segera mematikan ponselku, dan kami sepakat salat tahajut bersama, untuk ikut mendoakan Anita, agar segala urusannya di dunia selesai dan tenang di alam ruh.


NB: Ini hanya kisah fiksi belaka, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


29/09/2016 ~
indahmami
Enisutri
someshitness
someshitness dan 15 lainnya memberi reputasi
16
6.5K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.