ts4l4saAvatar border
TS
ts4l4sa
Indonesia akan Dipecah Jadi 5 Negara oleh Barat, diawali dari Papua 2019?
Indonesia akan Dipecah Jadi 5 Negara oleh Barat
17 Februari 2016 20:15

Ada scenario yang terselubung, mengerikan mari kita simak.. Papua… RI bisa jadi dianggap penghalang. Jika tak ada aral melintang, kemerdekaan Papua akan dikondisikan terwujud paling lama 2019. Bisa lebih cepat Des 2015 atau 2016 tergantung sikon Jakarta.

Hendropriono selaku tokoh Intelijen terkemuka RI, pada prinsipnya menghendaki referendum nasional jika Papua ingin merdeka. Pernyataan Hendroprioyono yang memihak scenario Barat itu berulangkali dimuat media sbg tanggapan thdp solusi tuntutan Papua merdeka yg marak di dunia internasional.

Australia sbg salah satu negara tetangga terdekat, dimana OPM punya akses thdp pemerintahnya, sdh siap mendukung kemerdekaan Papua. Salah satu bentuk kesiapan Australia mewujudkan Papua Merdeka adalah pemberian izin kepada AS utk menambah pasukan AS di Darwin, Australia.

Pasukan militer AS di Darwin semula hanya 250 personil sekarang sdh belasan ribu prajurit yg didominasi US Marine sbg persiapan Papua Merdeka. Pernyataan Menlu AS, pasukan US di Darwin akan ditingkatkan jadi 67 ribu personil pada 2019 yad. Terdiri dari USAF, US Navy dan US Marine.

Masa depan RI adalah Papua yang masih tetap dalam NKRI. Pulau Jawa yang diramalkan akan tenggelam… serta Papua yang dimerdekakan oleh Barat itu lah prediksi ttg NKRI dlm 5 thn mendatang jika rakyat RI lengah. Kemerdekaan Papua bukan kondisi final. Akan diikuti dgn kemerdekaan Aceh yg didukung Turki, RRC dan Eropa (Swedia, Norwegia, dst,).

Turki dan Swedia sdh komit mendukung kemerdekaan Aceh. Komitmen ini terkait jasa Aceh cq. Zaini Abdullah membantu konflik Swedia-Turki. Turki mendukung kemerdekaan Aceh juga terkait romantisme kejayaan negara Islam masa lalu, Turki dan Aceh, yg akan diwujudkan kembali.


RRC sdh disepakati akan mendapat konsesi sbg kontraktor utama eksplorasi Migas di Seumelu yg cadangannya 358 miliar barel, terbesar di dunia. Kemerdekaan Papua akan diikuti oleh kemerdekaan Aceh. Rencana ini sdh disepakati Gub Aceh – PM Australia di Canberra medio 2014 lalu. NKRI bubar..!

Bubarnya NKRI dan munculnya 5-6 negara baru di eks RI sesuai dgn tujuan “Clinton Programm’ 1998 lalu. Selama Partai Demokrat berkuasa, RI diobok2.

Negara ASEAN menerapkan standar ganda. Di satu pihak secara resmi menolak diinsintergasi RI tapi dibelakang setuju. Hal ini biasa dlm dunia diplomatik.
NKRI yg besar- serta kuat akan menjadi ancaman bagi negara-negara ASEAN lain. Mereka ingin RI lemah dan terpecah belah. Namun jgn sampai terjadi gejolak kawasan.

Memecah Indonesia jadi 5-6 negara merdeka tanpa gejolak adalah PR besar RRC, AS, Eropa, Australia, Israel dan Asean. Apakah berhasil ?

Apakah konspirasi global berhasil memecah RI menjadi 5-6 negara baru yg berdaulat tanpa terjerumus dlm gejolak politik dan militer berdarah-darah? Ataukah RI akan terpecah belah meniru nasib negara-negara Balkan dgn gejolak politik militer dan korban jatuh hampir 1 juta jiwa mati sia-sia?

Jangan sampai Balkanisasi terjadi di Indonesia. Kuncinya : sikap Presiden, TNI dan rakyat RI.

Satu-satunya pilar kekuatan RI yang masih solid adalah TNI. Pilar utama Indonesia yg lain adalah ummat Islam. Tapi Islam NKRI sdh mulai dihancurkan dan dipecah belah, dan diharapkan Barat berantakan. Tak solid lagi. Sementara rakyat di NKRI sdh tak jelas patriotisme dan nasionalismenya. Mati bersama ideologi Pancasila akibat reformasi kebablasan & media setan. Karakter bangsa Indonesia kini berntakan amburadul. Rakyat NKRI banyak yang sesungguhnya menuhankan materialisme, hedonisme dan liberalisme.

Otak rakyat NKRI sdh dicuci habis oleh media setan dan karakter bangsa pancasilais agamis sdh dibunuh bersama dgn pembunuhan Pancasila.

Sadarlah rakyat Indonesia Bangkitlah rakyat indonesia Ibu Pertiwi terancam dimatikan Barat.
Mari kita kobarkan dan kita gaungkan “NKRI HARGA MATI”dan NKRI harus dipertahankan.
http://www.posmetro.info/2016/02/heb...ah-jadi-5.html


Ancaman Asing:
Cerai Beraikan Indonesia

IndonesianReview.com -- Ancaman disintegrasi bagi Indonesia bagai hantu yang selalu bergentayangan. Benarkah ini grand strategy bangsa lain yang takut akan kebangkitan Nusantara seperti di zaman Majapahit.

Indonesia saat ini adalah negara majemuk terbesar di dunia yang masih utuh dan berdaulat. Di Indonesia terdapat ratusan suku bangsa, yang masing-masing memiliki adat istiadat dan bahasa sendiri. Kedaulatan ini tak lepas dari Sumpah Pemuda, yang hingga saat ini masih menjadi faktor utama persatuan Indonesia. Sumpah ini adalah ikrar bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; Berbangsa satu, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Ikrar seperti itu tak dimiliki oleh Uni Soviet sehingga negara superkuat ini tak memiliki bahasa persatuan. Hal serupa juga terjadi di salah satu negara Balkan yaitu Yugoslavia padahal kemerdekan negara ini dicapai melalui banjir darah dan air mata. Demikian hebatnya perjuangan rakyat Yugoslavia sehingga sanggup mengusir tentara Nazi Jerman pada 4 Juli 1941.

Kemudian pada tanggal 29 September 1943, pemimpin perjuangan bersenjata Yugoslavia Josip Bros Tito membentuk “Anti Facist Council for the National Liberation of Yugoslavia”, yang kemudian dijadikan hari kemerdekaan Yugoslavia. Setelah itu, pada 1944 terbentuk 6 negara bagian Republik Sosialis Yugoslavia: Serbia, Montenegro, Croatia, Macedonia, Slovenia dan Bosnia Harzegovina.

Setelah Tito meninggal, pertentangan etnis mulai nampak, terutama pada akhir tahun 80’an ketika terjadikrisis ekonomi. Beberapa negara bagian kemudian bahkan ingin merdeka. Krisis politik pun memuncak, dan partai komunis yang saat itu berkuasa terpecah. Krisis politik ini, setelah melewati beberapa perang saudara, berakhir dengan bubarnya Yugoslavia pada 1992.

Perpecahan Yugoslavia inilah, yang disaat kejatuhan rezim Orde Baru, memunculkan skenario tentang balkanisasi Indonesia. Skenario ini adalah wujud pesimisme bahwa Indonesia tak akan sanggup keluar dari kekacauan yang demikian hebat menjelang dan setelah runtuhnya rezim Orde Baru.

Rand Corporation, salah satu think tank pemerintahan Bill Clinton, pernah punya skenario bahwa Indonesia akan pecah menjadi 8 negara: Papua, Aceh, Timor Raya, Kalimantan Timur, Bali, Riau, Ambon dan sisanya masih bernama Indonesia.

Indikator Operasi Penggalangan Cerai Beraikan Indonesia

Skenario tersebut memang logis mengingat kondisi politik dan ekonomi kita yang sangat kacau akibat kriris ekonomi 1998. Indonesia saat itu berpotensi jadi negara gagal. Ini karena Indonesia juga sedang menghadapi separatis Aceh, dan Papua. Ditambah lagi dengan konflik SARA di sejumlah daerah seperti di Ambon, dan Kalimantan Tengah. Konflik yang bersifat vertikal dan horizontal itulah yang memperkuat asumsi bahwa cara mudah menghancurkan Indonesia adalah dengan devide et impera alias pecah-belah dan jajah.

Beberapa kalangan Intelijen mengatakan, strategi tersebut didalangi oleh pihak asing melalui operasi penggalangan yang bertujuan menghancurkan Indonesia. Teori penggalangan adalah tahapan adu-domba, sebelum memasuki tahapan konsolidasi, dan diakhiri dengan eksploitasi.

Dikupas dari teori penggalangan tersebut, beberapa daerah masih menunjukkan indikasi skenario Balkanisasi. Di Aceh misalnya, seperatisme secara ideologi masih berlanjut. Di sana para tokoh GAM, yang kini mendominasi arena politik, selalu mengobarkan semangat Bangsa Aceh untuk mengingatkan bahwa mereka seungguhnya berada di bawah penjajahan Indonesia. Pengingatan ini sengaja terus dikobarkan agar ketidaksenangan pada suku Jawa, yang sudah sejak zaman Belanda, tinggal di Aceh, selalu terpelihara.

Lantas bagaimana mengaitkan peranan asing dalam tahap konsolidasi dalam sebuah operasi Intelijen. Sangat jelas bahwa perjanjian damai antara pemerintah RI dengan GAM tidak lepas dari peranan Jusuf Kalla dan dr. Farid. Kedua tokoh ini memiliki kawan akrab bernama Juha Cristensen, warga Swedia yang lama berdomisili di Makasar dan lancar berbahasa Indonesia.

Juha Cristensen inilah yang kemudian menghubungkan Pemerintah Indonesia dengan pimpinan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Swedia. Muara dari tahapan konsolidasi ini adalah penandatanganan MOU Helsinki pada 15Agustus 2005 silam.

Setelah tahapan konsolidasi, pihak asing kembali berperan pada tahap eksploitasi, yaitu dengan membuat kausal MOU Helsinki yang sangat merugikan Indonesia dimana Aceh diberi status otonomi khusus; memiliki UU pemerintahan sendiri; memiliki wali Nanggroe, yang setara dengan raja semasa kejayaan Aceh Darussalam; dan Aceh memiliki bendera dan lambang sendiri seperti di Yugoslavia sebelum pecah.

Kemudian bagaimana dengan Papua? Ternyata skenario pemisahannya hampir serupa dengan Aceh. Yaitu dimulai dengan menjadikan Papua sebagai daerah otonomi khusus. Posisi otonomi khusus ini terlebih dahulu diawali tahapan adu domba agar orang Papua selalu merasa dianak-tirikan karena bukan berasal dari rumpun melayu melainkan Austronesia.

Juga diciptakan kondisi ketidakamanan di wilayah Papua melalui rangkaian kejadian penembakan oleh OTK terhadap TNI, Polri maupun masyarakat biasa. Kejadian terakhir terjadi pada 8 Desember 2014 di Paniai. Situasi inilah yang akan dijadikan alasan intervensi asing, khususnya Amerika Serikat dan sekutunya.

Kejadian Paniai ini sudah memicu permintaan PBB agar pemerintah Indonesia memfasilitasi tim investigasi independen untuk mengusut tragedi penembakan di Paniai adalah salah satu bentuk intervensi halus. Pasalnya, PBB tidak akan pernah steril dari kepentingan negara-negara besar, termasuk dari AS dan sekutunya. Masuknya Intervensi asing ini adalah merupakan tahapan eksploitasi, yang menciptakan sasaran antara yaitu Internasionalisasi masalah Papua dan berujung pada sasaran utama lain.

Selanjutnya bagaimana dengan wilayah lain yang pernah mengalami konflik horizontal dan rasa saling benci belum hilang sepenuhnya tapi mengendap di bawah permukaan. Dalam konteks ini pembantaian terhadap orang Madura oleh Dayak di Kalimantan Tengah, atau perang Kristen-Islam di Ambon adalah yang paling relevan.

Lantas bagiamana dengan Bali, yang mulai disergap oleh kebencian terhadap orang Jawa akibat dampak sejarah keruntuhan Majapahit. Atau ketidakpuasan orang Riau pada pemerintah pusat karena merasa diperlakukan tidak adil pembagian jatah rezeki minyak bumi.

Dengan kompleksnya permasalahan yang kita hadapi, wajar saja jika Balkanisasi Indonesia masih menjadi perhatian pihak Barat, dan menjadi ancaman terhadap keutuhan Indonesia. Sejumlah pengamat asing pernah mengemukakan bahwa Balkanisasi Indonesia bisa terjadi karena semakin kuatnya dorongan sejumlah daerahseperti Aceh dan Papua untuk memisahkan diri.

Waspada Balkanisasi

Pada tahun 2016, bukan tidak mungkin skenario Balkanisasi dapat menjadi salah satu proyek politik luar negeri AS, terutama jika Hillary Clinton berhasil memenangkan pemilu presiden AS. Patut dicatat, rekomendasi Balkanisasi Nusantara yang pernah dirilis oleh Rand Corporation adalah skenario yang diusulkan di masa pemerintahan Bill Clinton. Dengan gaya politik luar negeri yang hampir sama, bukan tidak mungkin skenario Balkanisasi akan diadopsi oleh Hillary Clinton.

Eskalasi ketegangan di Papua bisa mengawali skenario besar perpecahan Indonesia. Bukan tidak mungkin eskalasi di Papua akan semakin berdarah-darah sehingga membuka peluang bagi Barat untuk melakukan invervensi. Bila akhirnya Papua lepas, bukan tidak mungkin akan disusul Aceh, Ambon, Kalimantan bagian Timur, Timor Raya, Riau dan Bali.
http://indonesianreview.com/m-ahnas/...ikan-indonesia


Panglima TNI Sebut Negara Asing Sudah Menyusup ke Indonesia, Begini Teknisnya
9 hari lalu


Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo saat meberikan sambutan pada Munas ke-2 Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi),, Jum'at 12 Pebruari 2016 lalu.

Bekasi – Saat berkesempatan mengisi Munas ke-2 Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, geografis Indonesia yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun dan kekayaan alamnya, yang sumber energi, sumber pangan dan sumber air bersih akan menjadi incaran kepentingan nasional negara-negara asing. Hal itu terbukti saat ini negara asing sudah mulai menyusup sendi-sendi kehidupan bangsa.

“Banyak cara yang dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia, salah satu cara yaitu dengan membuat Proxy War. Saat ini sudah terasa adanya Proxy War dan kita harus waspadai karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Caranya dengan menguasai media di Indonesia dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai dan penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan,” jelas panglima TNI itu pada Jum’at (12/02) sebagaimana laporan Kiblat.net di lokasi.

Sementara itu terkait pergeseran peta konflik dunia pada masa depan, Gatot menyampaikan prediksi bahwa seiring dengan habisnya sumber energi fosil, maka konflik masa depan akan bermotif penguasaan sumber pangan, air bersih dan energi hayati yang semuanya berada satu lokasi yaitu di daerah ekuator.

“Agar Indonesia ke depan tidak memburuk karena kehabisan sumber energi hayati, pangan, sumber air, maka harus adanya revolusi mental. Sehingga pentingnya peran para dai sebagai pemersatu dan menyiapkan mental bangsa sejak dini,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa di masa yang akan datang bangsa Indonesia menghadapi ancaman yang berat, yaitu membludaknya jumlah penduduk dunia dimana saat ini jumlah penduduk dunia sudah mencapai 7 miliar jiwa. Padahal menurut penelitian, idealnya bumi ini hanya mampu menghidupi 3-4 miliar penduduk.

“Dengan semakin membludaknya jumlah pertumbuhan penduduk dan habisnya cadangan energi minyak bumi pada tahun 2043, maka akan menyebabkan krisis pangan dunia,” lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Panglima TNI memberikan penekanan bahwa ancaman ke depan yang semakin nyata tersebut perlu diantisipasi sejak dini, yaitu mengharapkan peran para dai sebagai pemersatu dan menyiapkan mental bangsa.

Ia mengingatkan semua elemen agar memahami ancaman bangsa ke depan, sebagai warning bagi kita semua. “Yang ditakuti oleh negara-negara lain itu bukan tentaranya tapi rakyatnya, karena apabila rakyatnya bersatu maka akan menjadi kekuatan yang besar bagi suatu negara,” pungkasnya.
http://www.kiblat.net/2016/02/13/pan...ini-teknisnya/

------------------------------

Upaya BARAT ntuk terus mendominasi Nusantara itu tak akan pernah pupus, hanya berubah bentuk aja dari masa ke masa. Sementara ini, anak-anak muda di negeri ini lagi diracuni wabah LGBT, lengkap dengan provokasinya yang cukup menyita perhatian semua elemen masyarakat di negeri ini. Itu tentunya membuat cukup waktu bagi mereka untuk mematangkan situasi, menuju perpecahan antar anak bangsa. Dari dulu, strategi BARAT di dalam menguasai Nusantara itu nggak pernah berubah, sejak zaman VOC di abad 17 dulu, yaitu politik 'devide et impera'. Sekarang saja mereka lebih canggih, memakai perantara pihak ketiga, yang disebut "proxy war" .... memanfaatkan anak-anak bangsa yang alay dan tak sadar menjadi pion-pion hidup kepentingan mereka. Alamak!

emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh ts4l4sa 22-02-2016 00:26
ygustiana
theiamillis90
foreverrose
foreverrose dan 5 lainnya memberi reputasi
6
209.6K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.