brina313Avatar border
TS
brina313
Misteri Gunung Oyama dan Mitos Suara Burung Gagak


Gunung Oyama dan Mitos Suara Burung Gagak


Quote:


Ini kisahku. Kisah nyata yang kualami di Negeri Sakura. Sebuah tempat ke dua setelah Korea yang dulu sangat ingin kukunjungi. Entah setan apa yang merasukiku, hingga aku begitu antusias untuk pergi ke Jepang.

Kenalkan, namaku Mugni. Biasa dipanggil Ugi. Bulan ini adalah menginjak aku satu tahun di sini. Aku lulus ikutan program magang ke Jepang, untungnya di sekolah, aku gak bodoh-bodoh amat! Aku bersama keempat temanku berencana untuk muncak ke sebuah gunung yang ada di Jepang. Tidak akan kuberitahu kamu, dimanakah letak sesungguhnya gunung itu.

Kami berlima sudah sepakat akan memulai perjalanan dengan naik kereta terlebih dahulu. Segala persiapan pun sudah matang. Mulai dari tas, sepatu yang sengaja kubeli khusus untuk memory muncak kali ini.

Sebenarnya jika di Indonesia, muncak adalah hal yang biasa. Tapi di Jepang, ini adalah pengalaman pertama.

"Gi, jangan lupa ya bawa segala perlengkapannya! Gue pastiin di sana bakalan jadi momen yang luar biasa. Sekalian ngerayain satu tahunnya kita di sini, Bro!" ucap Fadhil padaku, Fadhil masih asyik mengecek apa saja yang kiranya kurang untuk pendakian.

"Jangan lupa bawa pembalut, Bro" tanpa tendeng aling-aling, kuberitahu mereka.

"Gila lu? Buat apaan pembalut?" tanya Izhar polos sambil berjalan menuju kamarku.

Di Jepang, kita tinggal di satu mess namun beda kamar. Kami bisa setiap saat saling kunjung ke kamar teman.

"Lu kek gak pernah muncak aja, sih? Pembalut ya buat ngebalut pundak lu biar kagak sakit. Bukan buat cewek mens aja kali bos" sebotol sprite mendarat di tenggorokan Izhar.

"Oh iya gua ngerti"

Segala persiapan sudah matang. Kami hendak memulai perjalanan menuju Gunung Ooyama.

Nama gunung yang asing. Entah akan ada apa di sana. Dengan bermodalkan google maps. Aku, Izhar, fadhil, Fariz dan Yoga mulai melakukan perjalanan.

***
"Wah, bener nih kita bakalan naik kereta dulu?" tanya Yoga yang paling plin-plan di antara kami.

"Iya, menurut google maps, kita perlu naik kereta atau bus untuk bisa sampai di lokasi pendakian. Tapi terserah kalian sih mau naik apa juga, yang penting smpe aja gua mah" timpal Fadhil. Sementara aku sibuk dengan gawai, memastikan jalur mana yang bisa dilewati dengan mudah dan cepat.

"Rencananya kita bakalan ngecamp di sana. Pokoknya jangan sampai gak jadi! Gua udah ngarep banget, Coy." kataku tak sabar ingin segera sampai di tempat tujuan.

"Gua juga udah gak sabar pengen segera update buat si doi yang ada di Indo. Gua mau pamer sama temen yang lain, kalo gua udh pernah muncak di sini. Wah keren banget deh gua, haha"

Emang, semenjak kakiku menginjak negeri sakura ini, di sini banyak menawarkan pemandangan yang luar biasa. Tak salah jika ingin segera membuat kenangan di akun medsos seperti Facebook, Instagram, Twitter apalagi Kaskus, yang sekalinya nulis bisa dapet banyak bayaran. Menyenangkan!

"Lu ngapain dari tadi?" tanya Izhar.

"Kagak, kagak ngapa-ngapain bro!" kataku memastikan bahwa semua baik-baik saja.

"Boong bat lu, dari tadi lu ngelamun bae. Ngapa cah?"

"Kagak, gua kagak napa-napa, asli dah!" ucapku yang tambah gak enak diperhatin terus sama si bocah-bocah tengil ini.

Tak lama dari perdebatan yang tak berujung. Timbulah keputusan kita akan naik bus saja. Selain murah, pun bisa kita jangkau cepat di siang ini.

Perjalanan dari tempat tinggalku menuju ke terminal adalah kurang lebih 2jam. Dimulai pukul 1 siang, kita sampai sekitar pukul 2 siang.

"Akhirnya sampai juga. Tapi aneh ya, kenapa di bus jurusan ini sepi amat? Gak banyak penumpang kek umumnya bus lain?" tanyaku penasaran.

"Ya kebetulan aja kali Gi, ngapain juga dipikirin" Yoga menenangkanku.

Entah apa yang merasukiku, etdah nyanyi ya? Aku jadi gak enak hati terus, soalnya banyak yang ganjal. Pertama, bus yang aku tumpangi kosong, ke dua nanti deh aku cerita lagi.

**
Kami sampai di sebuah jalan, di mana kita perlu hati-hati melewatinya. Berbekal google maps yang sudah kami kuasai, kami memberanikan diri untuk melewati setiap langkahnya.

Benar-benar tidak ada guide seperti di area pos-pos pendakian di Indonesia. Dan, tidak ada satu orang pun yang bisa kami tanyai. Suara jangkrik mewakili perasaanku saat itu. Hening, tak ada percakapan di antara kami.

Perjalanan kanan dan kiri dipenuhi dengan pohon-pohon menjulang tinggi. Sebentar lagi akan magrib.

"Yog, gimana kalo kita sholat magrib dulu di sini. Gak enak pas lagi waktunya sholat gini kita malah jalan mulu. Mending kita solat dulu !" ajakku padanya.

"Gak usah solat dulu napa. Kita kan udah dalam perjalanan, bisa dicicil solatnya ntar juga." timpal Fadhil sekenanya.

"Gua cape, Yog." keluh Izhar yang paling gendut diantara berlima.

Gimana gak cape. Perjalanan ini sungguh curam. Tidak seperti biasanya. Securam apapun saat di Indo, pasti selalu bisa kuselesaikan. Ini sudah jam 9 malam. Tiga jam berlalu, tapi belum juga sampai.

"Gua cape, Dil. Kita istirahat dulu di sini. Asli gua gak kuat lagi nanjak. Ngapa dak nemu-nemu ini camp nya di mana?"

Inilah deritanya tak mau bertanya sama siapa pun.

Aku masih tetap beridiri. Sedangkan si Izhar yang paling gendut, dia duduk di atas batu. Perasaan lelah tak terobati meski sudah menghabiskan dua botol minum besar. Entah sampai kapan ini akan berakhir.

"Perasaan gue gak enak, kita mending gak usah lanjutin perjalanannya. Kita gak nyampe-nyampe dari tadi" aku mulai putus asa. Tadinya aku bersikeras ingin segera sampai. Tapi setelah semua ini terjadi. Aku tak mau lagi.

"yelah lu kok nyerah gitu sih? Semangat dong!" Yoga menyemangatiku dengan menepuk nepuk punggungku.

Tiba-tiba, aku mencium bau amis yang luar biasa. Seperti darah yang masih segar. Sungguh lekat di hidungku.

"Lu kenapa, Gi?" tanya Yoga.

"Lu nyium bau aneh gak sih?

"Kagak. Bau apaan?"

"Lu coba lebih peka lagi."

"Gila. Bau banget baik! Katanya kalo kita mencium bau kayak gini. Artinya ada dedemit di deket kita." ucap Izhar sok tahu.

"Woy lu kalo ngomong jangan sembarangan"

Tetiba mata kita berlima saling berpandangan. Suara burung elang di atas kami terdengar begitu jelas. Rasanya aku ingin berlari sekencang-kencangnya.

Memang ini salah kami yang sok jago pengen nanjak. Setelah perdebatan yang cukup sengit. Sebab tempat camp yang dituju ternyata tidak juga ditemukan.

Kami pun memutuskan untuk pulang semuanya. Konon kalo mendengar suara burung elang atau burung gagak di malam hari, tandanya akan ada orang yang mati. Sangat menakutkan.

Turun gunung terasa amat cepat sebab tak memikirkan apapun. Hanya ketakutan yang ada dalam dada. Setelah sampai di jalan raya ada orang dalam bus bertanya pada kami.

Mereka bertepuk tangan mendengar cerita kami. Ternyata Gunung Oyama itu bukanlah gunung untuk pendakian. Tidak ada seorang pun warga Jepang yang berani naik ke gunung tersebut. Sebab terkenal keangkerannya. Dan tepuk tangan mereka tujukan kepada kami yang mereka anggap sangat berani.

Quote:


Bersyukur kepada Tuhan yang telah melindungi kita semua.

-End
someshitness
4iinch
nona212
nona212 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
6.3K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.