AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Dulu Negara Ini Gunakan Uang Sebagai Tisu, Kini Sangat Melarat



Nauru adalah sebuah negara kepulauan yang dulunya dikenal dengan nama Pulau Pleasant. Negara berbentuk Republik dengan luas wilayah sekitar 21 km persegi, dan jumlah penduduk sekitar 11 ribu jiwa menurut sensos penduduk tahun 2018 ini, dulunya adalah negara yang sangat kaya dan makmur.

Hal itu disebabkan negara ini termasuk negara terkecil di Pasifik Selatan, dan negara bagian ketiga terkecil menurut wilayah di dunia, yang punya potensi alam yang sangat melimpah.

Selain itu, negara kepulauan ini juga terkenal dengan keindahan alamnya. Sumber kekayaan negara ini adalah adanya deposit fosfat, yang terkandung hampir pada semua gunung-gunung yang ada di sana.


Nauru di masa lalu

Saat itu, Pulau Nauru dapat menghasilkan miliaran dolar dari tambang fosfat yang menjadi bahan baku pembuatan pupuk. Maka dari hasil tambang inilah rakyat Nauru dapat hidup sangat berlebihan, sehingga banyak penduduknya yang mampu membeli mobil mewah semacam Lamborgini, bepergian ke Hawai, Guam, sampai Singapore.

Akibat mudahnya memperleh uang, maka kebanyakan warganya juga mulai suka hidup berfoya-foya, menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang mubazir.

Sebagai contohnya nih, saking banyaknya punya uang, sebagian warga tak sungkan-sungkan menjadikan lebaran uang kertas sebagai tisu toilet. Selain itu, saat berbelanja, mereka tak pernah meminta uang kembaliannya.

Kemakmuran itu dapat mereka nikmati sejak tahun 1970-an, hingga tahun 1990-an, dan tak sedikit pun mereka berpikir tentang investasi. Mungkin mereka berpikir, tuh ladang uang masih banyak tersedia, tanpa membayangkan bahwa suatu saat bukit pun akan runtuh jika terus menerus dikerok.

Namun sejak memasuki awal tahun 2000, Nauru dianeksasi dan diklaim sebagai koloni oleh Kekaisaran Jerman, karena mereka menemukan deposit fosfat yang banyak terdapat di sana.

Karena itu, akhirnya negara ini dijadikan areal tambang terbuka dan dieksploitasi oleh kekuatan kolonial asing. Dan pada akhirnya, kondisi alamnya semakin rusak, persediaan fosfat semakin menipis, dan rakyatnya mulai banyak yang menjadi pengangguran.

Kini, Nauru hanya menyisakan gurun tandus dengan puncak batu kapur bergerigi yang menutupi hingga 80 persen pulau. Keindahan alam yang dulu tampak seperti hamparan emas, sekarang terlihat hanyalah hamparan kapur dari gunung-gunung yang hancur lebur, di tengah kemiskinan yang kian melilit leher setiap warganya.


Nauru di masa kini

Yah, seolah warga Nauru kini seolah telah menerima karma atas keserakahan dan kepongahannya di masa lalu. Jika dulu menggunakan uang untuk tisu toilet, maka sekarang mungkin harus mengambil upah sebagai penggali / penyedot WC dulu baru bisa dapat uang.

Sebagai perbandingan, di zaman Nabi Yusuf, sang Raja memerintahkan rakyatnya untuk berhemat dan banyak-banyak menabung serta menyimpan bahan makanan saat kondisi negara makmur, sebagai antisipasi jika terjadi musim paceklik. Maka ketika hal itu terjadi, masyarakat masih bisa hidup tenteram dari investasi yang mereka simpan saat enonomi baik di masa sebelumnya.
*****
Begitulah, jika sebuah negara berfoya-foya dan tidak menyukuri nikmat kekayaan alam yang diberikan Tuhan, dan tidak memikirkan masa depan yang belum tentu akan sama dengan masa yang sedang dijalani.(*) {No.456}
*****
Ref 1, Ref 2.
Diubah oleh Aboeyy 29-09-2019 04:33
Gresta
ceuhetty
sebelahblog
sebelahblog dan 39 lainnya memberi reputasi
38
18.6K
171
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.