Sobat.Gurun
TS
Sobat.Gurun
Fadli Zon Sudah Duduk di Kursi Empuk MPR Saat Demo Mahasiswa '98
2019/09/29 17:35:52 WIB
Demonstran Jadi Elite?

Fadli Zon Sudah Duduk di Kursi Empuk MPR Saat Demo Mahasiswa '98

Danu Damarjati - detikNews






Jakarta - Seiring demonstrasi mahasiswa belakangan ini, di media sosial beredar foto lawas politikus nasional saat masih muda dulu. Foto Fadli Zon muda, misalnya, dia tampak berorasi menggunakan pelantang suara.

Saat era reformasi 1998, Fadli Zon bukan lagi mahasiswa, melainkan sudah duduk menjadi anggota Dewan. Di pengujung masa pemerintahan Orde Baru, Fadli Zon adalah anggota MPR dari utusan golongan pemuda (1997-1999). Tentu tak sembarang orang bisa duduk di kursi MPR, yang tentu saja empuk busanya.

Baca juga: Parodi tentang Demonstran 1998: Aku yang Dulu Bukanlah yang Sekarang

Di era Orde Baru, MPR bukan hanya lembaga tinggi negara melainkan lembaga tertinggi negara. Pakar hukum tata negara Refly Harun menyebut saat itu MPR hanya menjadi alat legitimasi melanggengkan kekuasaan Presiden Soeharto. Utusan golongan di MPR tidak dipilih rakyat lewat pemilu, tetapi ditunjuk. Dalam praktiknya, kata ahli, penunjukan ini sangat bergantung pada diskresi Soeharto.

Dalam salah satu cuitannya dengan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, Fadli Zon menjelaskan bahwa dia memang sudah menjadi anggota MPR saat mahasiswa demo 1998. Awalnya, Fadli menyatakan aktivis '98 sudah menunaikan tugas sejarahnya'. Kemudian Yunarto menimpali dengan pertanyaan, apakah dulu Fadli mendukung reformasi?

"Thn 1998 sy anggota MPR RI, bukan mahasiswa lg," cuit Fadli menjawab pertanyaan di Twitter saat itu.








Fadli lahir di Jakarta, 1 Juni 1971. Dia dulu adalah mahasiswa program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI) lulusan 1997. Selanjutnya, dia menjadi anggota MPR saat umurnya 26 tahun.

Soal posisi politik Fadli saat era reformasi, Andree Fellard, lewat buku 'The End of Innocence?', menjelaskan bahwa Fadli berada pada golongan kelompok Islam saat fajar reformasi terbit. Pada 21 Mei, Presiden Soeharto lengser. Dia digantikan oleh BJ Habibie. Sehari setelah Soeharto lengser, mahasiswa masih berdemo di gedung DPR/MPR karena tidak setuju BJ Habibie menjadi Presiden.

Baca juga: Ray Rangkuti Rasakan Semangat '98 di Aksi Mahasiswa di Berbagai Kota

Demo menolak Habibie itu ditentang oleh demo tandingan pro-Habibie dari kalangan kelompok Islam. Massa pro-Habibie datang dalam jumlah besar setelah salat Jumat, mereka membawa spanduk 'Reformasi Konstitusional', dan plakat yang menyatakan pihak yang menentang Habibie berarti bertentangan dengan Islam.

"Mayoritas aktivis Islamis yang dekat dengan rezim Soeharto adalah: Ahmad Sumargono dari KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam); Fadli Zon, intelektual muda yang dekat dengan Prabowo; Toto Tasmara, pebisnis yang dekat dengan Tommy Soeharto; dan Eggy Sujana dari CIDES. Sepertinya DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) dan KISDI punya peran penting dalam demonstrasi (pro-Habibie) ini," tulis Fellard. Fadli juga merupakan Ketua Departemen Luar Negeri KISDI.

Baca juga: Universitas Trisakti dari Gerakan Reformasi 1998 ke Mahasiswa Bergerak 2019

Sejak awal '90-an, Soeharto memang dekat dengan kelompok Islam. Noorhaidi dalam buku 'Laskar Jihad' menjelaskan, Soeharto pada saat itu mencoba menguatkan dukungan dengan cara memanfaatkan sentimen primordial.









Selain itu, Fadli Zon, saat reformasi aktif di Institute for Policy Studies (IPS) berkantor di Jl Suwiryo 6 Menteng, Jakarta Pusat. IPS juga diawaki oleh Amir Santoso dan Dien Syamsuddin. IPS menghasilkan suatu teori bahwa krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh persekongkolan jahat kekuatan pihak-pihak dari luar negeri.

"Dalam sebuah pertemuan dengan kelompoknya, Prabowo membagikan buku kecil yang menjelaskan bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia masalah-masalah lainnya adalah hasil dari persekongkolan nasionalis sekuler dan Jesuit ekstremis dengan bantuan CIA, Mossad, Vatikan, dan Tionghoa. Teori konspirasi ini dibuat oleh Institute for Policy Studies (IPS) yang didukung Prabowo, dipimpin Amir Santoso, M Dien Syamsuddin, dan M Fadli Zon," tulis Noorhaidi mengutip Robert W Hefner.

Soal IPS ini, Fadli Zon juga pernah mengunggah foto lewat Twitter-nya. Dalam diskusi IPS pada April 1998, Fahri Hamzah ada di dalamnya. Saat itu sedang digelar diskusi bersama para Ketua BEM tentang 'Agenda Reformasi Politik'. Dalam foto lawas itu, Fadli Zon nampak berkemeja dan berdasi.

Baca juga: Fadli Zon-Fahri Hamzah Kompak Sejak Era Orba, Ini Buktinya

Selanjutnya, Fadli Zon pernah berada di Partai Bulan Bintang (PBB). Belakangan dia menjadi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, partai pimpinan Prabowo Subianto.

Itu dulu. Kini Fadli bukan lagi anggota MPR, melainkan Wakil Ketua DPR. Fadli diangkat sebagai Wakil Ketua DPR pada 2 Oktober 2014.

Fadli Zon terakhir menyetor Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 2018. Total harta kekayaannya tercatat Rp 31.163.175.292,00. Jumlah ini menunjukkan peningkatan ketimbang total harta kekayaannya yang tercantum pada LHKPN 2014, yakni Rp 29.828.004.823,00.






https://news.detik.com/berita/d-4726...mahasiswa-98/3



Gw Kirain Mahasiswa Demonstran Pro Reformasi 1998.... Ternyata Antek ORBA....

emoticon-Ngakak emoticon-Ngakak emoticon-Ngakak
Diubah oleh Sobat.Gurun 29-09-2019 11:21
handa 23roninthirsttien212700
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
4.5K
21
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.