nuyinsAvatar border
TS
nuyins
Diantara Dingin Ranu Kumbolo


"Jangan lupa minggu depan sehabis ujian semester kita berangkat". Sukrok kakak tingkatku yang juga senior di organisasi pecinta alam mengingatkan agenda pendakian gunung Semeru. "Iya ingat Krok, Yudi juga sudah aku ingatkan karena dia mau ikut kalau aku turut juga". Sahutku sambil berjalan bersama menuju sekretariat. Di dalam ruangan yang tidak begitu luas itu sudah banyak teman-teman yang berkumpul membahas rencana pendakian gunung Semeru. Aku segera bergabung dan mencatat apa saja keperluan yang harus dibawa. "Mas Yudi apa jadi ikut mbak Rin?". Tanya Yuni sambil bergeser mendekatiku. "Insyaallah jadi Yun, mumpung ada kesempatan" sahutku. Yudi adalah teman satu jurusan yang juga anggota organisasi pecinta alam di kampusku. "Berapa jumlah yang ikut Yun?" Aku balik bertanya. "Entah mbak masih belum tahu, mungkin mas Sukrok yang tahu" balas Yuni. Setelah ketua rombongan yang bernama mas Dwi mengakhiri meeting, aku segera bergegas pulang ke rumah kost. 

Seminggu kemudian, tepat jam 7 pagi aku sudah sampai di sekretariat, di sana teman-teman sudah banyak yang datang. Yuni pun sudah duduk manis sambil makan pisang goreng yang dibelinya di warung depan kampus.“Ninis belum datang ya, kok belum kelihatan”. Tanyaku pada Yuni sambil meraih bungkusan berisi pisang goreng. “Bentar lagi dia pasti datang  mbak”. Balas Yuni. Benar juga, tak lama kemudian Ninis datang bersama Darwono. Lengkap sudah rombongan pendakian gunung Semeru liburan Desember ini. Rombongan terdiri dari 3 orang cewek dan 7 orang cowok.

Sekitar jam 8 pagi rombongan berangkat menuju Tumpang , dilanjutkan ke desa Ranu Pani dengan menggunakan kendaraan Jeep . Pada tahun 90an waktu yang dibutuhkan menuju desa Ranu Pani dari Tumpang sekitar 5 jam. Dengan menggunakan kendaraan jenis jeep dan kondisi jalan yang bebatuan yang membuat perjalanan semakin lama. Apalagi pada musim hujan jalanan menjadi licin dan berbahaya. Sebelum ashar kami  sampai di desa Ranu Pani. Setelah beristirahat sejenak di basecamp lalu melanjutkan perjalanan. Tidak  lupa berpose di tepi danau yang dikenal dengan sebutan Ranu Pani.  

Dok. Pribadi, 1990

Udara mulai terasa dingin, cacing di dalam perutku mulai menari-nari. “Di depan ada warung kita makan dulu”. Sukrok memberi tahu, seakan dia tahu bahwa perutku sudah keroncongan. Di warung tersebut tidak ada menu lain selain nasi kare. Aku membayangkan seperti masakan ibuku, kare azat yang lezat. Walhasil setelah suapan pertama berhasil mendarat di mulutku,  rasanya aneh. Entah bagaimana akhirnya habis juga nasi tersebut. 

Butuh waktu sekitar 5 jam untuk mencapai basecamp yang terletak di dekat  Ranu Kumbolo. Selama perjalanan diwarnai canda tawa yang tidak terlalu keras, karena kami harus hati-hati dalam berucap. Sukrok selalu menghibur dengan cerita-cerita lucunya. Selama perjalanan mulai dar naik sampai turun kami tak bertemu dengan pendaki lain. Basecamp hanya ditempati rombongan kami. Ketika memasuki kawasan Ranu Kumbolo perasaanku tidak enak. Hari mulai gelap keindahan Ranu Kumbolo tertutup oleh gelapnya malam. Yang ada hanya suara khas hewan hutan. Udara dingin mulai menusuk kulit. “Yud perasaanku tidak enak, ada apa nih”. Aku mencoba mencari tahu dan bertanya pada Yudi. “Gakada apa-apa, memangnya kenapa kamu”. Sahutnya sambil tersenyum sepertinya dia tahu apa yang kupikirkan. Kupandangi sekiling danau, begitu sunyi, di depan sudah nampak basecamp tempat kami menginap. Mas Dwi membuka pintu basecamp. “Kita bermalam disini, besok pagi-pagi melanjutkan pendakian”. Ujarnya. Tak berapa lama Sukrok sibuk bikin mie instan, sedangkan yang lain mulai mengeluarkan sleepingbag untuk menahan dingin. “Krok, sebelum kita berangkat Meme cerita kalau sempat ketakutan saat di basecamp ini, apa iya, bukankah tahun kemarin kamu ikut juga”. Tanyaku pada Sukrok yang sibuk merebus mie. “Makan nihmie rebus biar tubuhmu hangat”. Sahut Sukrok sengaja mengalihkan pertanyaanku. Dari sudut ruangan ku perhatikan Yudi hanya diam memandangku. Aku mengerti itu isyarat untukku agar tidak banyak tanya. Diantara teman-temanku Yudi lah orang yang paling peka dengan hal-hal yang diluar kemampuan orang biasa.

 Udara semakin dingin aku merapatkan badanku di sebelah Yuni yang sudah merebahkan badannya. Suara hewan-hewan hutan bersahutan membentuk irama yang kurasa semakin menakutkan. Kudengar Mas Dwi becakap-cakap pelan dengan Sukrok. Sepertinya menyuruh Sukrok untuk memastikan jendela terkunci. Malam semakin larut, aku mulai terlelap. Tiba-tiba kami semua dikagetkan oleh jendela yang terbuka dengan keras. “Brak!” Angin berhembus memasuki ruangan. “Hai, siapa di luar”, teriak Darwono yang tidurnya tepat di bawah jendela. Hening tak ada suara di luar, hanya deru angin menyeruak masuk lewat jendela yang terbuka dan membuat badan semakin dingin. Darwono segera bangkit dari tidurnya cepat-cepat menutup jendela kembali. Aku semakin merapatkan badanku ke punggung Yuni. Dia sama sepertiku ada rasa was-was. Kulirik Yudi hanya diam acuh saja. Akhirnya kami kembali tidur melupakan kejadian barusan.

Belum lama aku terlelap kudengar suara kaki berjalan sangat halus di belakangku. Aku tidak berani menoleh, suara langkah kaki terhenti diantara dengkuran teman-teman yang sudah pulas. Tak lama langkah kaki terdengar lagi semakin menjauh, aku mencoba memberanikan diri dan membalikkan badanku. Kulihat diantara gelap ruangan sosok tubuh memandang keluar basecamp. Tiba-tiba sosok  bertubuh agak pendek itu membalikkan badan mendekatiku, dia tahu aku melihatnya. “Kau dengar suara itu?” Tanya sosok tersebut yang ternyata Sukrok. “Suara apa, dari tadi aku hanya mendengar langkah kaki kamu”. Sahutku sambil bangkit dari tidurku. Kupandangi sekitar ruangan, teman-teman tidur nyenyak. “Ada suara cewek menangis di luar”. Kata Sukrok sambil mencari lampu senter di dalam ransel miliknya. “Aku mau keluar dulu siapa tahu ada pendaki yang tersesat”, ujarnya sambil membuka pintu sebelum aku sempat menjawab. Aku heran karena dari tadi tidak ada suara orang menangis, yang kudengar hanya suara jengkerik memecah keheningan malam.

Cepat-cepat kubangunkan Yudi yang sedang pulas dengan posisi melungker menahan dingin.“Bangun Yud, barusan Sukrok keluar, dia bilang ada yang menangis di luar sana”. Dengan sedikit melompat Yudi segera bangkit dari tidurnya dan membangunkan beberapa teman cowok serta segera menyusul Sukrok. Dia bilang bahaya keluar dari basecamp malam-malam.

Sementara itu Sukrok yang mempunyai julukan Mac Giver karena suka menolong dan selalu bisa memecahkan kesulitan terus berjalan mengitari basecamp. Dia berusaha mencari dari mana asal suara perempuan menangis. Suara itu seolah ada disekitar basecamp. Sukrok mulai mengitari basecamp tetapi suara itu semakin menjauh ke arah danau. Kemudian dia mendekati  danau pelan-pelan. Diantara gelapnya malam dia seperti melihat ada sosok wanita duduk bersimpuh di tepi danau. Tiba-tiba Sukrok dikejutkan dengan pundaknya yang disentuh mas Dwi. Sukrok segera membalikkan badan membelakangi danau dan di a melihat teman-teman sudah berada di depannya. “Ngapain kamu disini, ayo segera masuk basecamp”. Kata mas Dwi sambil menyeret tangan Sukrok. Sepertinya dia mau mengatakan sesuatu pada teman-teman dan menunjuk ke arah danau tetapi perempuan itu sudah tidak tampak lagi.

Esok hari kami terlambat bangun gara-gara kejadian malam itu. Setelah memasak mie instan kami segera melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan aku coba bertanya pada Yudi tentang apa yang terjadi tadi malam, kenapa Sukrok mendengar suara tangis seorang perempuan. Ternyata Yudi mengiyakan, dia bilang juga mendengar suara itu  dan menghilang saat banyak orang yang mendekat ke arah Sukrok. “Untung saja kita segera mencari Sukrok, kalau enggak mungkin dia bisa tidak kembali”. Ujar Yudi sambil menyibakkan ranting yang menghalang di depannya. Merinding juga mendengarnya. Akhirnya kami sepakat apapun yang terjadi, apapun yang didengar, anggota rombongan harus diberi tahu dan tidak ditangani sendiri. Selama perjalanan harus selalu bersama tidak boleh ada yang mendahului. Singkat cerita pendakian kami sukses sampai di puncak dan kembali ke kampus dengan selamat.

Dok. Pribadi, 1990

Agan dan sista, cerita ini adalah pengalaman pribadi tetapi tidak semuanya benar ada penambahan dan pengurangan dari kejadian sesungguhnya. Hal ini untuk kepentingan penulisan dan jalan cerita semakin hidup. 

Jangan lupa emoticon-Cendol Gan
Diubah oleh nuyins 27-09-2019 03:15
sebelahblog
zafinsyurga
4iinch
4iinch dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.6K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.