rosemallowAvatar border
TS
rosemallow
PELET PERAWAN [KISAH NYATA]



Langit sedikit mendung sore itu, air hujan sudah selesai membasahi tanah. Aku berjalan perlahan menghindari genangan-genangan air yang terlihat seolah-olah jebakan ranjau yang tak boleh aku injak. Dengan membawa mangkuk berisi sayur diatas kedua tanganku aku bersenandung riang berjalan menuju rumah uwakku.

Sore itu sehabis hujan, ibu menyuruhku mengantarkan sayur ke rumah uwakku yang jaraknya tidak terlalu jauh aku hanya melewati kebun saja. Aku menatap sekeliling begitu sepi, mungkin Karena hujan jadi orang-orang enggan untuk keluar rumah.

Daerah tempat tinggalku adalah sebuah perkampungan di selatan pulau jawa sebelah barat. Disini aku tumbuh dan bermain dengan saudara-saudaraku. Jarak antar rumah masih berjauhan belum ramai rumah-rumah.
Waktu itu tahun 2007. Aku masih berumur 11 tahun.

Aku masih terus berjalan dengan pelan, karena aku takut menumpahkan sayur yang didalam mangkuk ini. Terlebih ibu akan lebih marah jika pakaianku sampai kotor terkena cipratan lumpur dan genangan air.
Tak lama aku sudah sampai di gerbang rumah uwakku.

Rumah ini adalah rumah terbesar kala itu disekitar kampung, rumah yang berpagar tinggi dan isi rumah yang luas dibandingkan dengan rumah disekitarnya.

Orangpun segan sebenarnya dengan keluarga uwakku ini karena Uwak laki-lakiku adalah seorang Guru yang dikenal banyak orang dan istrinya yaitu uwak perempuanku mempunyai paras yang cantik meskipun sudah mulai berumur.

Aku pun masuk ke halaman depan rumah uwak, saatku akan memanggil “UWWW…. “
Aku terkaget setengah mati ketika melihat seorang wanita berambut panjang hitam bergelombang berdiri didekat tanaman melati yang cukup tinggi, ia memandangi bunga-bunga itu membelakangiku. Aku tertegun menyipitkan mataku…

“aduh si teteh… kirain teh siapa?” ucapku
“kenapa atuh dek, kaget nyah?!” jawab ia tertawa kecil

LITA, …
Namanya lita, kakak sepupu perempuanku yang kala itu sudah lulus sekolah menengah atas. Parasnya sangat cantik nan jelita, badannya yang mungil dengan wajah ayu serta rambut panjang hitamnya seolah membuat wajah kecilnya semakin membuatnya lebih imut. Aku rasa wajah cantiknya ia dapatkan dari ibunya.

Litapun menjadi primadona di kampung ini, banyak laki-laki yang ingin sekali menjalin cinta dengannya. Tapi itu bukan perkara mudah, lita bukan gadis yang mudah untuk membuka hatinya kepada sembarang pria. Dia sangat berhati-hati untuk memilih teman kencan kala itu. Aku sering menjadi objek curhatannya karena aku lebih sering menghabiskan waktuku di rumah uwak jika sepulang sekolah. Aku sering menginap juga. Umurku 6 tahun lebih muda dari Lita.

“Bawa naon dek?” (bawa apa dek?)
“ieu sayur ti mamah, dititah dikasih ka uwak”
(Ini sayur dari mamah, disuruh dikasih ke uwak)
Setelah itu akupun masuk bersama lita ke dalam rumahnya, dan menemui uwak perempuanku. Didalam sana terlihat uwakku duduk sambil memegang gelas dilengan kirinya dengan selimut memeluk tubuhnya yang sedari tadi terlihat menggigil.
Ternyata uwak sedang sakit, ia baru saja selesai meminum obatnya dan bergegas akan pergi beristirahat kembali. Saat bangun dari duduknya ia melihatku datang dan langsung memanggilku.

“maneh bawa naon dek?” (kamu bawa apa dek?)
“ini wak, aku bawa sayur ti mama!” ucapku
“aduh, ngerepotin bibi atuh ya… “ jawab uwak sembari menahan batuk

“hehe enyaa gapapa wak, saur mama uwak teh lagi sakit nyah?” ( hehe iya gapapa wak, kata mama uwak lagi sakit ya?)

“enya kasep” (Iya ganteng) jawab uwak

Setelah itu lita mengambil mangkuk yang sedari tadi diatas telapak tanganku dan pergi ke dapur.

Aku melihat sekeliling sembari duduk menikmati camilan yang ada dimeja ruang tamu rumah itu, aku pun mulai berjalan menuju ruangan yang biasa digunakan bermain game ketika aku berada dirumah uwak.

“A Okta teu aya dirumah ya teh?” ( A Okta ga ada dirumah ya teh?) teriakku didepan pintu ruangan itu
“nya, teu aya. Nuju maen diluar kayanya!” ( iya , ga ada. Lagi maen diluar kayanya) jawab Lita dari arah dapur

Okta, adalah adik Lita yang umurnya lebih tua dariku 4 tahun. Kami sering menghabiskan waktu dengan bermain game disini. Niatku hari itu ingin bermain game dengan Okta, jadi aku putuskan untuk bermain sendiri saja.
Waktu menunjukkan, Pkl. 18:30, aduh belum shalat maghrib pikirku. Aku langsung bergegas mengambil air wudhu ke kamar mandi.

Tiba-tiba pintu rumah uwak diketuk dengan keras dan memanggil nama uwak perempuanku, aku tersentak kaget dan langsung pergi ke kamar uwak perempuanku.

“Wak.. uwakk… bangun, diluar aya nu manggil-manggil” ( wak, uwak. Bangun, diluar ada yang memanggil) kataku sembari menggoyang-goyangkan badan uwak ku yang sedari tadi terbaring lemas.

Lita yang sepertinya mendengar suara itu juga lekas berlari menuju pintu depan rumah.
BINGUNG!?

Lita melihat kerumanan orang menggotong seseorang yang tidak lain adalah bapaknya, yakni uwak laki-lakiku. Disitu terdengar teriakan Lita yang membuatku langsung berlari ke arah luar rumah dan meninggalkan uwak perempuanku yang masih belum terbangun.

“Bapaaaaakkkkkk” teriak lita dengan kaki yang bergetar hebat.

Aku melihat uwak laki-lakiku tergolek tak berdaya, terlihat sangat lemah dan pucat. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan uwakku itu. Lita hanya menarik-narik kerah kaosku sembari menangis sejadi-jadinya.
“Innalilahi wainnailaihiroji’un” Ucap salah satu pemuda

Aku tidak menghiraukan perkataan pemuda itu, dan langsung mempersilahkan para warga yang menggotong uwakku untuk masuk ke dalam rumah.
Aku hanya menatap kosong melihat uwakku terbujur.

“Pak Yadi, sudah meninggal neng” Ucap salah satu warga
Petir seperti menyambar Lita, dia menjerit-jerit tidak karuan menangis hebat tanpa menghiraukan orang-orang yang disekitarnya.

Aku hanya bisa terdiam tanpa sepatah katapun, ku pegangi lita yang sedari tadi meronta-ronta. Aku hanya memandangi saja, hingga petirpun mengeluarkan suaranya dengan keras, air langitpun menghujam tanah dengan lirih membasahinya tampak mengerti dengan kesedihan yang lita rasakan.
Decit suara ranjang Dari arah kamar uwakku terdengar lirih, iwak Perempuanku terlihat gontai berjalan pelan dengan wajah yang sudah bercucuran airmata. Ia melangkah dengan gemetar dan kemudian terjatuh pingsan.

"Bapaaaakkk...."

Suara keras menggema dari arah luar bercampur dengan suara derasnya suara hujan, Seorang anak lelaki basah kuyup memaksa menembus kerumunan warga yang sedari tadi berdatangan.
Okta tak kalah histeris melihat bapaknya sudah tak lagi bernyawa, tangisannya tak kalah hebat. Aku tak sanggup lagi memandangi moment buruk seperti ini, hingga kujatuhkan air mata dan memeluk lita.
Uwakku seperti bapak kandungku sendiri. Aku tidak bisa melupakan kebaikannya kepadaku. Tak lama semua saudaraku pun berdatangan termasuk kedua orangtuaku.


Esok hari...
Kami memakamkan uwak di pemakaman pribadi keluarga kami yang letaknya di halaman rumahku, bapakku mempunyai rumah dengan halaman yang lumayan luas sekaligus pemakaman pribadi yang hanya diisi oleh keluarga kami saja. Kakek, Nenek, sepupuku, Kakak laki-lakiku sudah terlebih dahulu menempati pemakaman itu, sekarang uwak laki-lakiku yang sangat aku hormati menempati tempat itu pula.

Aku memandangi proses pemakaman itu dari depan rumahku, terlihat banyak sekali kerumunan warga yang memadati halaman rumahku, terlihat Iwak Perempuanku, Lita dan Okta berdiri menangisi kepergiannya, meskipun tangisannya tidak sehebat kemarin malam, tapi aku bisa merasakan kesedihan yang amat dalam dari mereka.

Dalam lirih lantunan adzan, dua ibu-ibu mengatakan sesuatu

"Kasian nyah pak Yadi sama keluarganya" (kasian ya Pak yadi sama keluarganya)

"Enya, cenah mah kena serangan jantung nyah pas ngelayat kerumah pak Amin" ( Iya, katanya kena serangan jantung ya pas ngelayat kerumah pak amin)

"Leres Bu, tapi cenah ya inimah, katanya si almarhum pak Yadi teh becanda nyobain tidur diatas kain samping yg diatas kain kapannya almarhum pak Amin" (bener bu, tapi katanya ya inimah, katanya si almarhum pak yadi becanda mencoba tidur diatas kain yang diatasnya kain kapan almarhum pak amin)

"Astaghfirullah, masa iya Bu?"
"Nya muhun, kata Nu lain itu juga" ( Iya bener, kata orang itu juga)

Aku yang mendengar itupun, hanya bisa terdiam dan memandang lirih ketika tanah mulai dimasukan ke liang lahat tanda akan mengakhiri pemakaman ini.

Bersambung...
PELET PERAWAN PART 2

PELET PERAWAN [AKHIR]
Diubah oleh rosemallow 26-09-2019 12:22
doelviev
minakjinggo007
3.maldini
3.maldini dan 32 lainnya memberi reputasi
33
33.2K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.