i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Duduk dengan Polisi, Demonstran: Capek Saya Pak Kena Gas Air Mata


Duduk dengan Polisi, Demonstran: Capek Saya Pak Kena Gas Air Mata

"Ayo yang mau lewat jalannya sebelah kiri," ujar seorang polisi.

Suara.com - Curhat Mahasiswa ke Polisi: Capek Saya Pak Kena Gas Air Mata

Ratusan mahasiswa yang sempat tertahan saat bentrokan terjadi di gerbang bagian belakang DPR RI, samping Lapangan Tembak Senayan, berangsung meninggalkan lokasi, Selasa (24/9/2019) malam. Mereka bubar jalan ke arah Stasiun Palmerah seusai bentrokan mereda.

Pantauan Suara.com di lokasi, mahasiswa sebelumnya mulai berdatangan dari arah Hotel Mulia.

Namun mereka tertahan persisnya di kawasan sebelum lampu merah tempat perlintasan kereta api Stasiun Palmerah.

Mereka tertahan lantaran polisi masih mencoba mukul mundur massa aksi yang melakukan perlawanan dari pinggiran rel.

Pada situasi menunggu tersebut, terlihat sejumlah mahasiswa yang duduk berdampingan dengan polisi tengah beristarahat seusai mengamankan situasi. Dalam kebersamaan tersebut keduanya juga terdengar saling berbincang.

Seorang mahasiswa kemudian mengutarakan ceritanya kepada seorang polisi terkait pengalamannya mengikuti aksi pada hari ini.

Sang demonstrasn mengakui cukup lelah lantara aksi mahasiswa diwarnai kericuhan.

"Capek saya pak kena gas air mata," ujar seorang mahasiswa kepada polisi di depan Puskesmas Kelurahan Gelora, Selasa (24/9/2019).

Kemudian mahasiswa lainnya menanyakan kepada aparat, kapan waktu mereka bisa berjalan pulang mengarah ke Stasiun Palmerah. Setelah menunggu sekitar lima menit, polisi kemudian membolehkan mahasiswa lewat.

"Ayo yang mau lewat jalannya sebelah kiri," ujar seorang polisi.

Bersamaan mereka lewat, pasukan polisi juga ditarik mundur ke gerbang belakang DPR. Polisi balik berjaga di gerbang DPR lantaran massa aksi berhasil dipukul mundur.

Namun selang 30 menit kemudian sekitar pukul 20.35 WIB, massa aksi yang sama kembali membuat kericuhan di pinggir rel pintu perlintasan kereta api depan Stasiun Palmerah.
sumber

☆☆☆☆☆☆☆☆

emoticon-Ngakak

Dalam peristiwa demonstrasi, dibalik aneka macam peristiwa, selalu ada sisi humanisme disana. Warga yang membantu menyiramkan air ke wajah para mahasiswa, warga yang mengirim makanan ke para mahasiswa, maupun warga yang menolong mahasiswa yang terpojok karena kejaran aparat.

Namun jangan pernah membenci aparat. Mereka juga punya keluarga dirumah, yang cemas menunggu takut ayahnya, atau anaknya, turut menjadi korban kebrutalan sebagian mahasiswa.

Jangan dipikir semua mahasiswa punya pola pikir yang sama saat turun kejalan. Ada yang benar-benar tulus membela rakyat. Ada yang memang suka kerusuhan. Bahkan ada yang pamer nyali melawan aparat karena efek minuman keras. Buktinya? Ada mahasiswa UKI yang menjadi terduga penyerangan ke aparat, dan 2 orang mahasiswa tersebut kedapatan membawa minuman keras. Namun bukan berarti semua mahasiswa seperti itu.

Ada juga hal lucu dan koplak dari coretan-coretan hasil tangan para mahasiswa di dinding atau tembok, pagar, dan lain-lain. Termasuk juga tulisan-tulisan di karton yang mereka bawa.

Untuk coretan di tembok, coba perhatikan foto diatas, foto yang menjadikan latar berita ini.
Terbaca? Atau belum? Coba baca lagi.
Sudah? Nah, tulis besar-besar dibawah ya.

Ada yang disayangkan dalam peristiwa demonstrasi ini. Pembakaran dan perusakan fasilitas umum. Ini yang seharusnya bisa dihindari. Andaipun bukan mahasiswa pelakunya, semestinya para mahasiswa bisa menangkap para pelaku ini dan segera menyerahkannya ke pihak aparat. Ini untuk meminimalisir tuduhan bahwa mahasiswa hanya bisa merusak. Disamping itu juga, untuk membuktikan bahwa mahasiswa tetap fokus pada tuntutannya, dan tidak mau didomplengi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Jangan pernah juga menganggap Polisi buruk, TNI bagus. Sebab semuanya punya tugas masing-masing sesuai protap. Konsekwensinya jelas, jika menyalahi aturan dan prosedur, sangsi tegas menanti.

Andai mereka mati dalam tugas, paling cuma dapat kenaikan pangkat luar biasa dengan tag anumerta. Pun andai ada yang cacat permanen karena dianiaya para demonstran, mereka akan cepat terlupakan.

Tapi apakah mereka merengek-rengek merasa didzalimi? Lalu membuat drama panjang? Tidak. Mereka sadar akan konsekwensinya, masuk dalam TNI-POLRI yang dekat dengan kematian. Semua yang bertugas memerangi narkoba, begal, penyelundupan, teroris, separatis, pasti dekat dengan kematian. Dan ini termasuk juga memerangi koruptor yang bisa saja menyewa pelaku pembunuhan atau terror. Itu konsekwensi mereka. Kalau mau aman, nyaman, ya sudah, kerja kantoran saja.

Sisi humanisme antara mahasiswa pelaku demonstrasi yang duduk bersama dengan polisi yang menghalau demonstrasi sebenarnya adalah sisi Indonesia yang sebenarnya, sebab bagaimanapun juga, TNI-POLRI berasal dari rakyat. Dari sipil. Hanya UU yang membedakan hingga mereka legal memegang senjata dan mempergunakan sesuai peraturan yang berlaku.

Setelah semua berakhir, mari dukung penegakan hukum yang adil. Adili para aparat yang bertindak sangat represif diluar batas protap. Adili pula para demonstran baik mahasiswa ataupun pihak yang menyusup yang berlaku anarkis dengan membakar dan merusak fasilitas umum.

Jangan dibiarkan, sebab akan tuman.
Begitu.
Diubah oleh i.am.legend. 24-09-2019 18:03
izzy713
robertkur
tien212700
tien212700 dan 95 lainnya memberi reputasi
94
23.3K
214
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.