Hai Gan Sist! Semua pasti tahu bahwa tingkat partisipasi rakyat Indonesia dalam hal event olahraga sangat luar biasa dan tak perlu diragukan lagi. Terbukti setiap ada pertandingan sepak bola misalnya seluruh suporter akan selalu memadati stadion. Hal ini juga berlaku ketika timnas Indonesia bermain di luar negeri. Gemuruh yel-yel mendukung Indonesia pasti terdengar. Bukti lainnya bahwa rakyat Indonesia cinta olahraga ialah saat Asian Games diselenggarakan di Jakarta-Palembang pada tahun 2018 lalu. Antusiasme warga berkode +62 ini sangat luar biasa. Hampir setiap cabang olahraga yang dipertandingkan, nyanyian dukungan Indonesia terus terdengar.



Tapi, sangat disayangkan prestasi Indonesia di level internasional masih belum juga memuaskan hasrat para suporter. Tentu hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi setiap instansi sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pendukung setia. Ditambah lagi kekisruhan di dalam tubuh internal organisasi pusat adalah menjadi pemicu terhambatnya olahraga menjadi maju. Sebut saja konflik antara PSSI dan Menpora yang menyebabkan PSSI dihukum oleh FIFA, atau antara KPAI dan PB Djarum sebagai pionir kaderisasi dunia bulu tangkis Indonesia. Belum lagi ulah suporter fanatik yang tingkah lakunya kerap kali membuat rugi.



Apakah olahraga Indonesia akan mampu menuai prestasi? Tentu kemungkinan itu masih terbuka lebar. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yakni :



1. Edukasi Suporter
Ini sangat penting. Memberikan edukasi, pendidikan, pembinaan bagi suporter mestilah dilakukan. Agar mereka mengetahui batas-batas sikap, perbuatan yang bisa merugikan olahraga Indonesia. Fanatik tentu saja boleh. Keadaan ini tak bisa dipungkiri, jiwa nasionalis yang mendarah daging adalah salah satu faktor utama. Namun, di dalam sebuah pertandingan tentu akan ada yang menang dan kalah. Semestinya suporter memiliki pemikiran yang panjang, bersikap dewasa jika hasil pertandingan tidak sesuai ekspekstasi. Edukasi suporter menjadi salah satu solusi tepat untuk kemajuan olahraga nasional.




2. Revolusi Instansi
Tentu langkah ekstrem ini harus berani diambil. Organisasi olahraga yang sudah terjangkiti kepentingan-kepentingan, yang tak lagi memegang kode etik, yang sudah jauh niatnya dari visi-misi mesti diubah total kepengurusannya. Tak apa harus memulai dari awal, daripada terus berjalan dengan langkah yang tak pasti bahkan mendekati kehancuran. Sebuah organisasi wajib bersih dari hal-hal yang dianggap dapat merusak tubuh organisasi itu sendiri. Seandainya hal ini bisa dilaksanakan kemungkinan prestasi akan selalu hadir di negeri ini.



3. Ketatnya Pembinaan Atlit
Proses kaderisasi harus terus dilakukan secara berkala dan konsisten. Pembinaan atlit juga mesti semaksimal mungkin. Baik dari segi fisik dan mental harus dibangun. Agar kelak terciptalah atlit-atlit yang mampu berdikari, kuat, dan membanggakan.



4. Stop KKN
Peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme tentu sangat terbuka. Mereka yang memegang adikuasa dalam sebuah organisasi biasanya akan dengan mudah melakukan praktik-praktik haram tersebut. Akan menjadi sangat buruk jika dunia olahraga telah dimasuki virus satu ini. Maka dari itu, hukum yang memayunginya juga mestilah kuat.



Keyakian akan olahraga nasional kelak bisa maju, dan mampu berbicara di dunia internasional teruslah dipupuk. Sebab negeri ini punya sejarah yang memukau dalam segi olahraga. Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia pernah menjadi salah satu konstetan di ajang piala dunia walau masih bernama Hindia-Belanda. Kita juga mampu menjadi raja bulu tangkis dunia. Artinya harapan untuk kembali menuai prestasi gemilang masih tetap hidup.

Sumber : opini pribadi.