agungdar2494Avatar border
TS
agungdar2494
Dari Mahameru, Kembali ke Kalimati
Sebagai penggemar berat Soe Hok Gie, gue juga yang hobi mendaki ini tak lengkap rasanya jika tidak menakhlukkan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru. Terutama puncaknya, yaitu Mahameru. Berawal dari sembilan orang dalam rombongan kami. Tersisa gue, Mustika, Boni, dan Dogma yang masih semangat untuk summit to the top, menggapai puncak Mahameru.





"Akhirnya Guys, kita berhasil nakhlukkin Gunung Para Dewa," teriak gue, berkacak pinggang. 

Memandangi awan, berada dibawah kami. 

I did it, Mom! batinku, mengingat Mami di rumah. 

Di kala muda, Papi melamar Mami gue, juga di puncak Mahameru ini. Well, kalau kalian ngarepin gue bakal ceritain kisah cinta-cintaan.

You'll get none, dude

"Aray, elu masih ada air kagak?" tanya Mustika kepadaku, agaknya dirinya sudah kehabisan persediaan air. 

"Ada sih, punya elu abis?" sahut gue mengonfirmasi.

"Iya nih, bagi dong, dikit aja." Mustika memelas, nampak betul bahwa ia merasa bersalah.

"Ambil aja nih, gue cowok. Secara teori dan keyakinan, fisik gue lebih kuat daripada elo." Jawab gue ke Mustika, sembari mengambil botol minum dari dalam carrier.

"Elu yakin, Ray? Kita setengah-setengah aja ya?" Tanya Mustika lagi, memastikan. 

"Yakin, insyaallah. Elu bakal butuh itu di perjalanan turun nanti." tukasku pelan,  menutup carrier.

Jujur aja guys, waktu itu gue yakin gak yakin terhadap diri gue sendiri. Namun gue amat yakin bahwa Mustika, gak bakal kuat menahan haus diperjalanan turun nanti. Gue? meski sedikit, masih ada harapan untuk bertahan, ketimbang Mustika tentunya. 

Setelah puas mendokumentasikan pesona semesta dari ketinggian 3676 mdpl. Gue, Mustika, Dogma, dan Boni memutuskan untuk turun bersama.

Track Semeru itu berpasir. Susah untuk mengatur turun bersamaan. Oleh sebab itu, urutannya kami sepakati begini. Boni duluan, disusul Mustika, kemudian Dogma, dan terakhir gue. 

Mengajukan diri sebagai yang turun terakhir, jujur saja adalah hal paling nekat dan sok berani yang pernah gue lakukan. Jarak pandang terbatas antara satu hingga tiga meter, track licin berpasir, ditutup kabut. Singkat cerita gue tersesat. Gue gak yakin arah jalan yang gue ambil ini benar atau tidak. 




Duduk, dan istirahat sebentar. Berpikir sejenak diantara serangan panik, lelah dan haus yang gue dera kala itu. Sesekali mencoba memaksimalkan penglihatan, berharap netra menangkap satu saja sosok manusia.

VOILA!

Nampak sesosok pria tak begitu jauh di bawah gue. Mungkin ia juga sedang beristirahat. Nyasar atau tidak, setidaknya nyasar berdua, lebih baik daripada nyasar sendirian. 

"Assalamualaikum, Mas, gue Aray, turun bareng ya? Gue lupa jalan ke camp," Sapaku kepada pria tersebut.

"Iya, ayok bareng. Saya istirahat sebentar, lanjut sekarang?" jawabnya ramah. 

Sedikit aneh, tapi sudahlah. 

Mungkin mas ini sekedar lupa menyebut nama, dan mungkin dia seorang yang sudah biasa dan ahli, maka tak perlu membawa carrier. Batinku.

Kali ini gue memaksa diri untuk fokus. Tak mau lagi tertinggal dan tersesat sendirian. Meski rasa haus begitu mencekat. 

Semoga saja teman-teman yang lain sudah aman berada di camp.  Batinku lagi.

Udara rasanya semakin dingin, Mas yang didepanku ini, hanya diam saja. Mungkin ingin fokus, agar lekas tiba di Camp Kalimati. Baru kusadari, bahwa alam rasanya begitu hening. Tak ada suara sama sekali, selain suara langkah kakiku sendiri dan suara pasir-pasir yang berjatuhan. Mencekam.

Entah berapa lama sudah berlalu, kumpulan tenda sudah mulai tertangkap netra. Aku sudah dekat, sedikit lagi. Tak sampai satu menit rasanya aku memandangi yang lain, Pria yang membersamaiku tadi hilang. 

Lelah, begitu lelah. Rasanya mau pingsan. Tapi tenda sudah dekat, begitu dekat.




Sampai.

Pemandangan tiba-tiba buram, beberapa orang berlari ke arahku. Aku terjatuh, gelap seketika.

***

Suara tangis seorang wanita, membangunkan gue dari "tidur" yang belum tahu berapa lama. Yang jelas langit sudah gelap. 

"Aray, elo dari mana aja? Kita udah lama tiba di camp, elu gak turun-turun juga," celoteh Mustika, tak henti menangis.

"Sekarang jam berapa, dah?" tanya gue ke teman-teman. Semuanya lengkap bersembilan. Syukurlah.

"Sekarang jam delapan malam. Elu hilang selama delapan jam, kita udah mikir yang enggak-enggak," Jelas Dogma.

"Iya, gue nyasar. Untung ada barengan tadi. Mas-mas. Masih ada gak orangnya?" tanya gue lagi ke Dogma, mencari mas-mas yang tadi nolongin. Siapa tau masih disini.

"Gak ada satu orangpun yang turun, sejak jam sepuluh pagi," sahut Mustika, menatap heran. 

***

END


sumber foto : Google
cerita : fiksi



Diubah oleh agungdar2494 03-10-2019 08:18
ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 34 lainnya memberi reputasi
35
3.8K
58
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.