pcjamesAvatar border
TS
pcjames
Malapetaka, Mencekam, Semeru !


"Nak, tolong dengar ayah dan ibu. Jangan pergi ke gunung itu nak. Kami punya firasat tak enak".

"Udahlah bu, jangan seenaknya menghalangi rencana ku lagi. Aku hanya ingin berlibur bukan berbuat kriminal ! "


Itulah percakapan terakhir yang ku rasakan sebelum tragedi ini. Kini aku hanya bisa menyesal karena tidak mendengar ujaran kedua orang tua ku. Bersyukur, nyawaku yang terancam bisa diselamatkan. Namun tetap ada bekas luka trauma yang sangat mendalam tertancap dalam pikiran dan batinku.

Namaku Bram, aku merupakan seorang pemuda berusia 18 Tahun. Aku baru saja menyelesaikan pendidikan ku sebagai seorang siswa SMA. Sebelum menghadapi masa perkuliahan, aku dan teman temanku merencanakan sebuah trip. Yap, kami hendak mendaki gunung Semeru, di daerah Kabupaten Malang. Saat itu aku sudah membulatkan niatku untuk mendaki gunung. Disetujui atau tidak, aku tetap jalan karena aku sudah jengah dengan sikap orang tua ku yang sedikit sedikit melarang ku, padahal aku sudah dewasa. Dan yap, mereka melarangku tapi ku tetap berjalan.

Dari kota Batu, aku, dan tiga sahabatku Leon, Marvin, dan Arsya berangkat diantar menggunakan mobil milik kakak Leon sampai di Daerah Semeru. Sesampainya disana, kami menikmati keindahan dan kesejukkan sejenak. Kami juga sempat makan dulu sebelum melakukan pendakian. Jujur saja, kami bukanlah anak pecinta alam yang sudah fasih dalam menaklukan gunung. Tapi kami hanya coba coba untuk melakukan eksplorasi untuk pertama kalinya. Dan ini adalah kesalahan pertama kami.


Kami pun memulai pendakian dari langkah demi langkah. Sepanjang perjalanan kami selalu bercakap cakap untuk menghilangkan rasa pegal yang selalu timbul. Namun layaknya anak anak laki laki remaja, ucapan kami selalu tak terjaga, padahal kami sedang berada di gunung yang sebelumnya kita tak pernah jajaki. Namun, kami bersikap bodo amat karena menganggap tak ada apa apa yang terjadi.


Mulai dari jalanan bertanah, jalanan terjal, jalanan berbatu, hutan, tanjakan, turunan, genangan air hujan kita coba lewati. Langit sudah mulai merubah aura nya. Matahari sudah mau terbenam dan kami juga sudah cukup kelelahan. Tak tau hendak berbuat apa, kami pun menemukan bahwa kami sudah berada di daerah yang cukup rata. Kami pun memutuskan untuk memasang tenda di sana. 

Kami membawa dua tenda. Aku memasang tenda ku bersama Leon dan Marvin memasang tenda nya bersama Arsya. Kami memasang tenda kami berhadapan. Api unggun pun kami pasang untuk menghangatkan diri kami. Dan kami memakan bekal yang kami bawa sambil saling bercengkrama.


" Udah ngerasa cape banget belum nih dude ? " ujarku pada teman teman ku

" Pegel bener sih Bram, untung nemu tempat rata nih." ujar Arsya

" Iya, kalo kagak ya udah pada tepar di gunung ini gak jelas nih kita." ujar Marvin

" Btw asik juga ya ternyata naik gunung, baru pertama kali sih. Banyak mitos tapi kagak ada yang muncul aneh aneh nih haha." ceplos Leon

" Iye nih dari tadi kita ngomong sembarangan tapi santuy santuy aja bro." ujarku

Kami pun saling menertawakan mitos mitos yang kami anggap omong kosong tanpa rasa sopan. Dan itulah kesalahan kedua kami. Cuaca pun semakin dingin menusuk dan suasana pun semakin terasa gelap. Aku merasakannya, tapi teman temanku tidak. Mereka masih bergurau dengan candaan jorok dan kasar khas anak laki laki.


Aku pun merasa gelisah sendirian tanpa memberitahu teman temanku dulu. Aku pun tergerak mengecek smartphone ku dan jelas tak ada sinyal yang tersedia. Tak bisa berkomunikasi dengan siapapun. Dan disaat itu juga aku tersadar sesuatu hal.

"Bram, kok keliatannya lu gelisah amat sih ?" Ujar Leon

"Iya, tiba tiba berubah gini komuknye." ujar Marvin

"Iya... gue tiba tiba kepikiran...." ujar gue

"Kepikiran apa Bram, jadi ikut nervous gue." ujar Arsya

"Bro, kalian tadi inget ga kita ikutin rute apa ? " tanya gue

"Hah rute, rute yang mana ? " ujar Marvin

"Yang di peta vin, kita ikutin rute yang ada kan ? " tegas gue bertanya

Leon pun langsung berlari ke tendanya untuk mencari peta nya. Ia pun juga terlihat panik.

"Nih petanya, coba cek bareng bareng." ujar Leon secara ngos ngosan

Aku pun yang juga melihat peta tersebut sangat kebingungan.

"Ini, jalur yang kita awal lewatin, harusnya kita ada di titik di barat ini." ujar Marvin

"Tapi kita sekarang bukan di titik yang harusnya kita berada" ujar Arsya

"Gila, kita beneran nyasar nih. Kayaknya pas jalan kita sempet asal jalan lupain rute yang seharusnya ! " ujar gue

Kami pun semuanya cukup kepanikan. Langit sudah sangat sangat gelap. Karena kepanikan juga kami merasa suasana semakin mencekam. Lalu Leon pun angkat bicara untuk sedikit menenangkan kami.

"Yasudah, menurut gua kita coba istirahat dulu. Besok coba kita cari jalan yang benar. Karena udah gelap gini, gak mungkin kita paksain buat nyari jalan. Yang ada kita bakal bener bener hilang." ujar Leon

Dengan kondisi yang masih panik, kami pun mencoba untuk tenang dan tidur di tenda masing masing. Leon pun mencoba untuk tidur dan akupun mencobanya. Sepanjang tidurku, aku benar benar tak bisa tidur. 

Hingga semuanya menjadi gelap. 

Aku berada di dalam suasana yang sangat gelap dan mencekam. Banyak suara suara yang mengejar ku. Aku pun berlari dalam kegelapan dengan keadaan yang sudah sangat letih, namun ku tak bisa berhenti. Hingga ku merasa tubuhku terbanting ke suatu tanah yang sedikit berbatu. 


Aku pun berteriak " An*******ng " ! Dengan spontan karena ku merasa sangat takut dan letih. Aku terbangun di suatu tempat yang sangat gelap, namun langitnya masih terlihat. Namun aku tak berada di tenda, bahkan aku tak bisa melihat ada tenda di sana. 

"Sial, kayaknya gue sleepwalking." ujarku

Aku pun merasa karena ku gusar aku pun berjalan tanpa kesadaran hingga tergelincir hingga tempat ini. Namun semua ketakutan itu belum usai, aku tetap teriak teriak mengucapkan serapah dan memanggil temanku.

Aku pun mencoba berlari tanpa arah yang jelas karena ketakutanku.

" LEON !!!! MARVIN !!!!! ARSYA !!!! " aku pun sekuat tenaga mencoba memanggil teman temanku, tapi tak ada balasan apapun.

"B******n ! Semuanya pada dimana, gue sendirian ! " semua teriakan dan serapah ku tak ada hasilnya."

Semakin banyak ku berteriak, semakin banyak ketakutan yang datang dan semakin aneh arah yang ku tuju. Hingga aku yang berlari seperti dikejar polisi tersandung dan merasakan ada yang menacap pada kaki ku. Aku tak bisa melihat dengan jelas, tapi dari rabaan dan baunya aku tahu bahwa kakiku berdarah dan aku sangat kesulitan untuk berjalan. Aku hanya bisa terkapar dan menangis serta terdiam di sana.


Di situpun aku sadar, bahwa semua serapah yang dari awal ku ucapkan ternyata benar benar membawa dampak buruk. Kini aku hanya bisa terpaku dengan ketakutan tanpa ada seorang pun yang membantu ku. Aku juga terpikir kalau teman teman ku semuanya terpisah dan sama sama tersesat ke tempat yang mengerikan seperti ku akibat semua serapah yang kami ucapkan. Aku pun sangat menyesal karena telah membantah orang tua ku. Mungkin mereka kini sangat khawatir dengan keadaan ku. Dan mungkin, aku kini hilang dan tak bisa bertemu orang tua ku lagi. Darah masih mengalir, luka semakin besar, dan aku semakin lemas. Namun aku masih tersadar.



Hingga pagi hari, aku pun yang masih terkapar mencoba untuk bangun. Aku hanya bisa berpasrah, menemukan jalan pulang, kembali bersama teman temanku dan bertemu orang tua ku. Langkah demi langkah ku coba untuk beranjak. Sembari berteriak memanggil teman teman ku, aku mendengar suara yang cukup familiar. Yap ! Suara Arsya. Aku pun langsung bergegas ke sumber suara dan menemukan Arsya yang juga sudah lusuh dan berkeringat disana.

" Sya ! " teriakku

" Bram ! Syukur kita bisa ketemu, gue kira lu gak selamat." ujar Arsya

" Iya sya, sekarang Leon dan Marvin dimana ? " ujarku

" Gue juga gak tau, gue tiba tiba udah di tempat yang gak jelas dan gue bener bener ketakutan." ucap Arsya

" Gue juga sya, gue tiba tiba udah terjebak dan gak tau ada dimana." ucapku

" Yaudah, yang penting kita selamat dan ayo kita cari Leon dan Marvin ! " Ucap Arsya

Akhirnya dengan kondisi luka luka kami mencari Marvin dan Leon. Hingga kami mendengar suara yang juga familiar. Suara Leon yang juga menjerit butuh pertolongan.Kami pun menuju sumber suara dan bergegas menemukan mereka.

"Leon ! Marvin ! " ujar ku dan Arsya

"Kalian kemana ? Kalian engga apa apa ? " ujar Leon

"Kita berdua terjebak di tempat yang gak jelas banget, untung aja kita selamat." ujar gue

"Marvin kenapa Leon? " tanya Arsya

"Gue juga gak tau, dia dari gue bangun udah bengong dan melotot aja. Gue takut banget."




Melihat itu, kami pun mencoba beberapa kali membaca doa, sempat tak ada respon, akhirnya Marvin pun tertidur dan pingsan. Setelah itu, kami pun bergegas mencari jalan pulang sembari memapah Marvin yang tak sadarkan diri. Hutan demi hutan kami lalui, kami juga bertertiak untuk mendapatkan bantuan orang lain yang mungkin juga pendaki lain. Akhirnya kami menemukan pendaki lain yang baru turun gunung dan membantu kami kembali ke kaki gunung. Kami pun sangat kelelahan namun juga bersyukur bisa selamat dan kembali ke tempat semula.

Akhirnya, kami kembali dijemput dan kembali ke rumah masing masing, sementara Marvin akan dijemput orang tuanya di rumah Leon. Aku pun masih merasakan trauma yang mendalam. Aku menyesal telah melanggar aturan alam ini. Dan aku bertemu orang tua ku dengan keadaan luka, meminta maaf sebesar besarnya. Dan dengan ini, aku berjanji untuk tak pernah melanggar perintah mereka...


ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.7K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.