nyunwie
TS
nyunwie
Merenung Dalam Olah(drama)raga Indonesia


Pertama kau merasa seperti mau mati. Kemudian kau merasa terlahir kembali




Ribut-ribut mafia sepak bola, lalu rivalitas antar supporter klub sepak bola di Indonesia yang saking panasnya hingga kerap menelan tumbal nyawa, bobroknya prestasi timnas sepak bola Indonesia, hingga carut marutnya liga sepak bola yang ada di Indonesia. Rasanya isu-isu tersebut bisa menggambarkan bagaimana kondisi kepengurusan olahraga di Indonesia. Dan ini hanya isu-isu dari satu cabang olahraga, kenyataanya masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang serupa atau mungkin lebih pelik yang ada di cabang olahraga lainnya yang ada di Negeri kita tercinta, Indonesia. Belum lagi, baru-baru ini berita tentang ditetapkannya Menteri Pemuda Dan Olahraga sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Pantaslah kita; sebagai orang awam, bertanya "Ada apa dengan Olahraga di Indonesia?"




Ada banyak kaca mata untuk menjawab pertanyaan ada apa dengan olahraga di Negeri ini. Sebagai orang awam, kita (terlebih khusus saya) pasti akan menyalahkan kondisi olahraga di Negeri ini kepada Induk Kepengurusan setiap cabang olahraga; menyalahkan PSSI saat kondisi sepak bola Negeri ini jauh dari prestasi; menyalahkan KONI yang tidak becus mengawasi kinerja induk-induk organisasi kepengurusan cabor; menyalahkan Pemerintah yang tidak serius memperhatikan sektor olahraga Negeri ini. Ya, saya sebagai orang awam menyalahkan hingga tonggak kepemimpinan tertinggi (Presiden). Mengingat anggaran dana yang disediakan Pemerintah untuk olahraga secara keseluruhan; untuk semua cabang olahraga, tidak sampai 1% dari total anggaran dana belaja Negara. Tentu sebagai orang awam, saya mengatakan itu masih sangat sedikit untuk membuat olahraga di Indonesia berdiri di atas puncak prestasi tertinggi dunia.

Dari minimnya dana yang dikucurkan pemerintah untuk sektor olahraga dan sesuai dengan PP NO. 18 Tahun 2007 tentang pendanaan keolahragaan. Sumber dana keolahragaan didapat dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan sumber dana lainnya. Adanya sumber dana pihak ketiga (sumber dana yang bukan dari Pemerintah) ini menurut saya pribadi sangat rawan menjadi "lahan basah" untuk para elit yang mengurusi keolahragaan di Indonesia bermain drama; memperkaya diri sendiri; menyelewengkan dana; korupsi. Yang bisa jadi berdampak pada tidak berjalannya pembibitan serta pembinaan masing-masing cabang olahraga sehingga berdampak pada stagnannya prestasi olahraga Indonesia; di saat negara-negara lain sedang memberi konsen lebih pada sektor pertumbuhan prestasi olahraganya; yang membuat pada akhirnya olahraga di Indonesia terkesan bergerak mundur. Hal ini bisa jadi bukan sebuah keresahan saya pribadi saja, mengingat berita terbaru saat ini yang mengatakan kalau Kemenpora kita (yang baru saja mengundurkan diri) sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka dana hiba KONI dari Pemerintah.



Credit by okezone.com

Tapi itu sekali lagi hanya pendapat saya pribadi sebagai orang awam atas segala hal. Yang selalu berekspetasi Indonesia selalu berada di atas puncak tertinggi prestasi dalam kancah persaingan tingkat dunia. Yang selalu menyalahkan apa pun kondisi yang menyangkut negeri ini (termasuk olahraga) yang tidak sesuai ekspetasi saya sebagai warga negara kepada Pemerintah. Namun setelah merenungkan banyak hal. Saya justru dipertanyakan beberapa hal: "Pantaskah Pemerintah disalahkan karena memberikan anggaran yang minim untuk keolahragaan?".

Memang anggaran untuk keolahragaan dari Pemerintah sangat kecil, yang bahkan tidak sampai 1% dari total anggaran belanja Negara. Tapi apakah saya sudah berhenti berteriak soal pangan yang harganya terus melambung? Atau pembangunan yang masih belum merata? Atau pendidikan yang kualitasnya belum bisa saya juga banggakan? Atau, apakah saya sudah berhenti berteriak soal transportasi publik yang rasa-rasanya masih sulit untuk berpergian nyaman dari satu daerah kedaerah yang lain tanpa mengeluarkan kocek lebih untuk kenyamanan? Sepertinya saya harus jujur mengatakan. Kalau nanti saya pasti akan berteriak jika ada hal lain yang jauh lebih penting yang harus dikurangi konsennya hanya untuk menebus satu kata: "Prestasi Olahraga". Maksud saya, untuk apa saya mendulang banyak emas dalam olimpiade sementara di waktu yang bersamaan ada orang-orang yang meringis kelaparan; memenangkan pertandingan dengan Negara lain sedangkan kalah dalam mensejahterahkan rakyatnya sendiri menurut saya pribadi adalah sebuah kekalahan telak dalam memenangi pertarungan melawan gengsi diri sendiri.

Lalu jika sudah seperti ini. Siapakah yang harus disalahkan atas kondisi keolahragaan di negeri ini? Pemerintah, kah? Atau ekspetasi saya pada keolahragaan Indonesia? 

Sepertinya untuk menjawab pertanyaan yang tidak mudah ini dibutuhkan tingkat kejujuran saya yang luar biasa tinggi tentang apa yang saya butuhkan dan apa yang inginkan sebagai warga Negara Indonesia.



Credit by detik.com


Masalah pendaan juga menjadi masalah yang tidak bisa dianggap masalah yang simpel. Pendanaan keolahragaan dalam PP NO. 18 Tahun 2007 pasal 6 ayat 1 hingga 2, selain rawan diselewengkan/disalahgunakan. Pendaan yang dimaksud dalam ayat tersebut menurut saya pribadi seperti menabur gula di atas meja. Satu sisi Pemerintah membutuhkan semut untuk mengangkat gula, di lain sisi banyak pihak yang tidak menginginkan semut berada di atas mejanya. Namun jika salah-salah menabur gula di atas meja, semut pun tidak datang yang hanya membuat gula akan melebur menjadi noda.

Tentu bukan hal yang sulit mencari pendanaan dari masyarakat untuk cabang-cabang olahraga favorit di Negeri ini. Seperti yang saya tahu selama ini cabang olahraga bulu tangkis entah sudah sejak kapan banyak menerima bantuan dari luar pemerintahan mulai dari pembibitan, pembinaan sampai pengembangan prestasi para atlet hingga kerap menyelamatkam wajah olahraga Indonesia dalam ranah kompetisi tertinggi olahraga dunia. Namun dalam perjalanannya seperti yang juga kita tahu belakangan ini ada pihak yang menentang dan menganggap semua itu hanya sebuah pengkamuflasean promosi dari sebuah merek dagang. Dari kasus ini sebenarnya saya menarik kesimpulan kalau masih ada kebelum jujuran tentang apa yang Bangsa ini inginkan dan Bangsa ini butuhkan. Kembali lagi itu semua terjadi karena adanya regulasi-regulasi dan peraturan di Negeri ini yang masih abu-abu atau saling tumpang tindih. Jadi selama para elit Negeri ini masih gemar membuat peraturan yang abu-abu jangan harap masalah-masalah seperti ini tidak terulang dikemudian hari. Dan solusi pertama yang harus dilakukan guna membangun olahraga Indonesia lebih maju rasanya harus dimulai terlebih dahulu dari membangun sikap para Pejabat Negeri ini agar lebih tegas dan tidak berorientasi pada kantungnya sendiri.

Itu dari salah satu cabang favorit dan yang berprestasi. Lain hal jika kita dihadapkan dengan cabang-cabang olahraga lain yang kurang mendapat minat di hati para penduduk Negeri ini. Mencari pendanaan di luar pendanaan dari Pemerintah itu rasanya seperti mencari orang baik yang tidak masalah uangnya hilang untuk hal yang belum tentu menguntungkan dia dalam hal apa pun. Seperti mencari donatur yang hanya bisa dibalas dengan kalimat "semoga Tuhan yang balas". Saya tidak bilang itu adalah hal yang buruk atau hal yang mustahil sekali pun. Saya yakin dari setiap cabang olahraga pasti memiliki sumber dana lain dari luar Pemerintahan untuk membiayain segala kegiatan dan pengembangan prestasinya. Tapi tentu tidak akan sama jumlahnya jika kita membandingkan antara cabang olahraga favorit dan cabang olahraga non favorit. Sedangkan kebutuhan akan dana tetap akan sama besarnya antar setiap cabang olahraga.



Credit by beritagar.id


Pendanaan dari luar Pemerintahan juga syarat kepentingan bisnis. Kita tidak bisa menutup mata atau pura-pura tidak melihat jika sebuah Perusahaan baik statusnya milik Pemerintah atau swasta pasti mengejar satu tujuan yaitu keuntungan dari setiap aktifitasnya (lebih-lebih menyangkut uang). Rasanya saya sulit mengacuhkan curiga kalau sebuah perusahaan memberikan dana segar untuk salah satu cabang olahraga tanpa mengambil keuntungan dari uang yang dikeluarkan itu.

Sebenarnya sah-sah saja jika dalam pelaksanaannya mengikuti regulasi dan peraturan yang ada. Dan saya rasa jika memang itu menjadi suatu keadaan win-win solution semua hal itu boleh saja atau bahkan baik untuk dilakukan; Dalam kasus ini sebuah perusahaan memberikan dana untuk salah satu cabang olahraga untuk kepentingan pengembangan cabang olahraga tersebut dan cabang olahraga tersebut menjadi sarana pengembangan sebuah brand dari perusahaan tersebut. Saya rasa itu masih dalam konteks kewajaran.

Namun, yang dikhawatirkan adalah jika ada perjanjian-perjanjian terselubung dalam pemberiaan dana dari pihak non pemerintah yang melanggar regulasi dan peraturan yang ada sehingga membuat suatu pertandingan olahraga yang syarat akan makna sportifitas menjadi suatu kegiatan entertaining yang syarat akan drama dan kepentingan pribadi di dalamnya. Seperti menggunakan embel rivalitas sebagai media promosi besar-besaran atau bahkan pihak pemberi dana masuk terlalu dalam hingga mengatur skema jalannya pertandingan; membuat sebuah ranah kompetitif olahraga menjadi kontestasi olahdrama. Yang pada akhirnya menggeser makna industri olahraga yang tercantum dalam PP 18 tahun 2007 menjadi industri hiburan layaknya sebuah drama hiburan yang telah diatur skenarionya sejak awal.

Berkaca pada kasus-kasus mafia sepakbola yang (bahkan tidak hanya) ada di Indonesia, sepertinya wajar saja jika kita terlebih khusus saya khawatir jika jalan ditempatnya keolahragaan di Negeri ini (terlebih khusus sepak bola) adalah skenario yang telah diatur sebelumnya guna memberi keuntungan pihak-pihak yang hanya mementingkan isi kantong pribadinya saja atau pemberi dana di luar pemerintah untuk kelangsungan bisnisnya.



Credit by medium.com

Dari semua yang telah dan/atau diduga terjadi, bukan berarti masalah dalam olahraga di Negeri ini tidak bisa teratasi. Saya peecaya jika tidak mungkin suatu gembok tidak dilengkapi dengan sebuah kunci; tidak ada suatu permasalahan yang tidak ada solusi. Jika suatu masalah tidak ada jalan keluarnya, tentu itu bukan suatu masalah. Namun untuk menemukan jalan keluar dari sebuah masalah pastinya kita harus mengetahui dengan jelas akar permasalahan yang terjadi. Jangan sampai apa yang kita usulkan sebagai solusi adalah sebuah cara pengabaian dari masalah yang sebenarnya terjadi. Untuk itu pentingnya mendalami suatu permasalahan yang terjadi hingga kita semua bisa teratasi dan dikemudian hari permasalahan yang timbul dalam keolahragaan Negeri ini tidaklah berkutat pada masalah-masalah yang seperti terus berulang pada lingkaran yang itu-itu saja; kepengurusan yang bobrok; korupsi; komersialisasi cabang olahraga.

Menurut saya pribadi, hari ini adalah kesempatan yang tepat untuk kita semua menyatukan visi dan misi serta kacamata kita tentang bagaimana nasib olahraga di Indonesia di kemudian hari. Akankah olahraga kita dibawa/digiring untuk keperluan hiburan semata, atau menjadikan olahraga sebagai salah satu wajah kebanggan Indonesia di mata dunia. Renungkanlah dalam hati yang jujur tanpa sedikitpun kenaifan dan kemunafikan. Sejatinya kita akan mengerti bahwa tidak ada harapan untuk generasi saat ini. Berilah edukasi pada adik, anak, cucu kita tentang bagaimana bangganya mengibarkan Merah Putih di tiang tertinggi dunia. Biarlah kita mati hari ini, tapi jangan biarkan mati kita sia-sia dengan mewarisi kemunafikan dalam diri kita. Matilah dengan memberikan tongkat estafet kejujuran harap kita pada generasi selanjutnya hingga mereka nanti melahirkan kembali olahraga di Negeri ini dengan segala kejujuran untuk meraih prestasi bukan pundi-pundi.


Demikian thread saya kali ini, mohon maaf jika ada salah-salah kata yang saya tulis dalam thread ini. Sampai bertemu di thread saya yang lainnya. Saya TS tampan idaman emak-emak kekinian, pamit!
emoticon-Coolemoticon-Cool emoticon-Cool

Salam olahraga
Ciao!!
emoticon-Bola




Sumber: opini pribadi, PP NO. 18 Tahun 2007
Gambar: Ini, ini, ini, dan [URL=https://www.google.com/amp/s/S E N S O Ramp/p/14d1c44380cd]ini[/URL].

sebelahbloginfinitesoulzafinsyurga
zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
407
2
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.