Surobledhek746Avatar border
TS
Surobledhek746
Semut Salimbada, Tragedi Malam di Gunung Wilerang

sumber kaskus

Gw ikutan event Gan/Sist. Semoga aja cerita misteri ini bisa jadi pelajaran buat yang mendaki dan bermalam di puncak gunung yak.


"Bang, sebentar lagi sampai. Ayo semangat," ajak Nita.

"Ikh, kamu enak. Lihat bekal yang aku bawa. Segala ranselmu juga aku yang bawa," gerutu Arman.

Nita senyum centil. Mahasiswi semester tiga ini memang sangat manja.

"Hmm, ntar aku kasih hadiah spesial. Jangan ngambek akh. Kelelahan ada balasannya sayang," bisik Nita membuat dada Arman berdesir.

Teman yang lain cuek saja. Masing-masing asyik dengan celotehnya sendiri-sendiri.

Rombongan itu terdiri dari 6 orang. Tiga pasangan. Memang sangat asyik jika mendaki ke puncak gunung Welirang berpasangan. Walau aroma belerang sedikit menusuk hidung akan tertutup dengan wangi tubuh gadis belianya mereka. Apalagi dengan parfum yang begitu mengundang selera.
Quote:

Hilir mudik para pemanggul belerang tak membuat mereka terganggu. Sebagian hanya melirik heran. Mengapa mahasiswa itu datang ke sini. Padahal tempat ini adalah tempat petani mengambil belerang, pikir mereka.

Hari itu Sabtu, pukul 4 sore lebih sedikit ketika mereka sampai di puncak Welirang. Gunung Welirang terkenal dengan khas belerangnya, terletak di tempat yang sama dengan gunung Arjuno yakni di perbatasan Mojokerto dan Malang.

"Akhirnya sampai juga!" teriakan Doni langsung melepas ransel dan rebahan terlentang kelelahan.

Dina, kekasih Doni kemudian membuka perlengkapan dari ranselnya. Satu persatu di keluarkan.

"Don, sentermu mana? Koq gak ada. Katanya mau bawa dua. Buatku dan buatmu," kata Dina.

Doni tak menyahut, saking capeknya langsung ngorok.

"Ampun!" teriak Dina

"Dasar tukang ngorok. Hari-hari kerjanya tidur saja," lanjutnya.

Quote:

Secara terperinci Dina menyisihkan panci, lampu listrik, sarung tangan, masker yang belum terpakai, penutup kepala, jas hujan, tali temali dan lain-lain. Dina paling dewasa dan berpengalaman pada pendakian. Ia semester tujuh. Sementara Doni, Arman dan yang lainnya adalah semester lima. Nita paling muda, semester tiga.

"Yuk, kita bangun tenda di sini," teriak Arman pada teman-temannya.

Doni yang sempat terlelap bergegas bangun dan ikut dalam pemasangan tenda. Ada tiga tenda yang mereka pasang. Satu tenda untuk sepasang. Gila memang mahasiswa sekarang. Masih pacaran sudah satu tenda. Jika terjadi hal-hal yang tak diingkan bagaimana? Kaya orang barat saja.

Tenda selesai di pasang. Rombongan pun berisiap-siap istirahat. Rencanya esok pagi akan menikmati pemandangan pagi bersama para pemanggul belerang. Mereka akan melakukan penelitan tentang bagaimana kehidupan para pemanggul belerang.

Selesai makan malam, nasi bungkus yang dibeli dalam perjalan tadi mereka pun siap-siap masuk tenda. Namanya juga pacaran. Lebih asyik berduaan dari pada ngobrol bersama rombongan.

Sebentar kemudian hening. Masing-masing asyik dalam tenda. Remang-remang dari luar terlihat samar-samar apa yang terjadi dalam tenda.

Beberapa jam kemudian. Bulan menghilang. Tengah malam.

"Aduh! Aduh! Badanku ada yang mengigit. Tolong-tolong!"

Teriakan dari tenda Arman. Ada yang menggigit Nita. Semua kemudian ke luar dari tenda. Mengejar sumber suara. Tenda dibuka.
Quote:

Alangkah terkejutnya mereka ketika Nita dikeributi semut salimbada. Hampir di seluruh tubuhnya. Demikian juga Arman, dia tak sadarkan diri. Tubuhnya juga dipenuhi oleh semut salimbada.

"Aduh sakit, aduh sakit!" rintih Nita menangis sambil mengibas-ngibaskan gaiters ke seluruh tubuhnya.

Teman-temannya menyelamatkan Arman. Membawa Arman ke luar tenda, melepaskan gigitan semut salimbada yang sangat banyak dari tubuhnya.

Dina, berlari ke dalam tendanya memgambil minyak kayu putih dan air mineral.

"Minggir-minggir, sini kita olesi badannya dengan minyak kayu putih. Kasih minum juga," perintah Dina pada temannya.

Tak lama Arman sadar, menggeliat. Tubuhnya bentol-bentol sangat banyak. Hampir semua bagian tubuhnya bengkak. Sudah duduk. Seperti orang yang sakit dan kebingungan. Bagaimana mungkin digjgit semut tak berasa hingga pingsan.

Nita juga sudah reda tangisannya, sambil mengoleskan minyak kayu putih ke badannya dari bekas gigitan.

"Ayo sekarang kita cari di mana sumber semut salimbada tadi. Jangan-jangan nanti datang lagi. Menyerang kita ketika tertidur," ajak Dina.

Arman dan Nita dibiarkan berselimut sleepingbad duduk berhadapan.

Dengan senter di tangan, arah datang semut salimbada di cari. Mulai dari tenda Arman dan Nita.

"Tuh lihat semutnya berbasir ke arah sana," lirih Dina memberi tahu.

"Jangan laju-laju. Jangan sampai terinjak. Nanti kita kena gigit pula," Doni memperingatkan.

Semakin jauh barisan semut salimbada semakin banyak. Terdengar kresek-kresek dari dedaunan.

"Kita kembali yuk! Aku takut. Tuh lihat semakin banyak," ujar Doni.

"Ikh, laki-laki penakut. Apaan sih," jawab Dina.

Benar, semakin jauh jumlah semut salimbada semakin banyak. Suara kemereseknya kian nyaring. Semakin masuk ke dalam semak-semak tebal mengarah ke tengah hutan.

Grubak! Tiba-tiba Doni terjatuh. Mereka semua terperanjat. Sorot senter menagarah ke wajah Doni. Ternyata Doni kesandung ranting. Cepat-cepat bangun.

"Aduh! Aduh! Sakit! Sakit." Teriak Doni sambil meloncat-loncat dan mengibaskan tangannya.

"Aku kena gigit. Sakit banget!" rintihnya.

Temannya hanya melongo, setengah takut setengah berani.

Akhirnya, setelah semut yang mengigit Doni berhasil dilepaskan dari tubuhnya, mereka melanjutkan perjalanan.

Mereka kini tiba di bawah pohon besar, pangkalnya berlobang besar menganga.

"Ini sarang semutnya," kata Dina.

"Kita apain?" kata temannya.

Dina kemudian mengambil sesuatu dari tas panggulnya. Sebuah bungkusan agak besar. Garam. Ia menaburkan garam ke areal yang mengarah ke tenda mereka.

"Buat apa?"

"Biar semut itu tidak mengarah ke tenda kita lagi. Jadi malam ini kita aman."

Tiba-tiba ada suara gemuruh dari dalam lobang besar. Seperti suara tawon. Semakin lama semakin nyaring. Bulu kuduk beridiri. Mereka saling berpandangan. Tertegung sebentar.

"Lari!!" teriak Dina, lari tunggang langgang dikuti teman-temannya.

Ngos-ngosan, akhirnya sampai ke tenda. Doni tidak ada!

"Doni mana?" tanya Dina.

"Tadi ada di belakangku,"

"Iya, tadi dia lari paling belakang."

" Aduh bagaimana ini?"

"Kita cari yuk."

"Aku takut kembali ke sana."

"Aku juga."

"Terus bagaimana?!"

"Doni! Doni! Doni!" mereka berteriak memanggil Doni.

Tak ada sahutan. Mereka terus berjalan ke arah sarang semut salimbada tadi. Doni tak ada.

"Doni! Doni! Doni!"

"Doni! Doni! Doni!"

Doni dipanggil berkali-kali, tetap tak ada sahutan. Dan mereka terus berjalan kembali ke arah tenda. Di tenda Doni tetap tak ditemukan.

Mereka kembali lagi, mencari dan mencari hingga hampir pagi. Sampai akhirnya mereka berpapasan dengan pencari belerang. Yang memang biasanya sejak subuh sudah berjalan ke puncak untuk memanggul belerang.

"Ada apa, Dik?" sapa Bapak itu.

"Teman kami hilang. Tadi malam kami ketemu semut salimbada. Menggigit teman kami, hingga pingsan. Lalu kami cari sarangnya. Dan ketika ketemu sarangnya, ada suara gemuruh dalam sarang itu. Kami ketakutan. Berlari dan terpisah. Sampai di tenda dia tidak kami temukan," jelas Dina.
Quote:

Bapak pemanggul belerang hanya tersenyum.

"Yuk duduk di sini. Adik-adik tenang saja. Temanmu tak akan apa-apa. Dia sekarang ada dalam tenda. Tertidur pulas," kata Bapap pemanggul belerang.

"Bagaimana mungkin, Pak? Dia malam tadi tidak ada dalam tenda," tanya Dina penasaran.

"Siapa di antara kalian yang suami istri?" tanya Bapak pemanggul.

"Kami mahasiswa, Pak. Belum ada yang menikah. Memangnya ada apa?" tanya Dina.

Teman-teman Dina diam dam memperhatikan saja. Sambil sebentar-sebentar menguap karena ngantuk.

"Siapa di antara kalian yang tadi malam melakukan, maaf, hubungan badan?" Tanya Bapak itu.

Mereka saling bertatapan satu sama lain, lalu menggelengkan kepala.

"Tak mungkin. Pasti ada sepasang di antara kalian yang telah melakukan hubhngan badan. Itu pantangan sekali di sini. Jika tetap terjadi. Maka akan sangat mengerikan kutukannya. Semut salimbada itu hanya peringatan saja," cerita Bapak pemanggul belerang.

Bapak itu kemudian mengambil rokok lalu menyulutnya. Menarik napas dalam pada isapan pertama.

"Bapak kira, siapa pun di antara kalian yang berhubungan badannya seperti suami istri kemudian sama-sama puas maka mungkin saja akan datang macam jadi-jadian atau ular besar. Pasti akan memakan korban. Berarti malam tadi kejadiannya tak sempat hingga separah itu. Makanya hanya semut salimbada yang datang. Sedangkan temanmu yang hilang itu dalam hatinya sangat ingin melakukan hubungan badan, namun belum kesampaian. Makanya dia jua kena akibatnya. Walau tak seberapa," lanjut Bapak itu.

Dina hanya senyum-senyum. Untung saja aku gak mau. Coba saja aku tergoda pasti akan kena batunya.


Udah selesai ceritanya Gan/sist.
Makasih sudah baca hingga akhirnya. Ingat, jangan coba-coba ngapa-ngapain dalam tenda.
Jika tak mau kena batunya. Cendol dan bintang jangan lupa. Salam.
Diubah oleh Surobledhek746 20-09-2019 16:15
zafinsyurga
p0cahontas
pulaukapok
pulaukapok dan 18 lainnya memberi reputasi
19
6.4K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.