Kenapa Sih, Indonesia Mesti Pindahkan Ibu Kotanya?

Beranda

...

The Lounge
Kenapa Sih, Indonesia Mesti Pindahkan Ibu Kotanya?

elvici

28-08-2019 11:23

Kenapa Sih, Indonesia Mesti Pindahkan Ibu Kotanya?

Grand Design Pemindahan Ibu Kota, Ibu Kota Baru, Kajian Pemindahan Ibu Kota

Wacana tentang akan pindahnya ibu kota negara Indonesia memang jadi topik perbincangan yang sedang hangat-hangatnya beberapa waktu ini. Yah, namanya kebijakan yang akan memengaruhi wajah sebuah negara besar seperti Indonesia, wajar menuai reaksi dari banyak orang sebagai warga negara, kayak kita-kita ini.

Nah, belakangan nih, media baik cetak maupun televisi santer mengabarkan bahwa di antara tiga pilihan provinsi di Pulau Kalimantan, pilihan sudah mengerucut ke satu provinsi, Kalimantan Timur. Proses pengambilan keputusan itu tentu saja nggak asal comot, pemerintah pasti sudah melakukan kajian mendalam, terutama dalam tiga tahun terakhir.

Terlepas dari pendapat pro dan kontra, mengapa kita nggak mencoba menyorot mengenai sisi kajian pemerintah mengenai mengapa sih ibu kota kita harus pindah, sampe bikin heboh jagad Indonesia yang tercinta ini?

Dari baca sana-sini, saya ajak Gansist untuk menyimak hasil ala saya. Yuk ah, cekidot.

Tingkat urbanisasi tinggi

Sebagai ibu kota yang menjadi pusat pemerintahan, pusat bisnis dan tempat perputaran ekonomi yang tinggi, maka Jakarta selama ini merupakan magnet bagi penduduk daerah di luar Jawa untuk mencoba peruntungan nasib. Jadilah pertumbuhan urbanisasi sangat tinggi, mulanya sih hanya terkonsentrasi di Jakarta hingga Jakarta masuk ranking 9 Kota Terpadat di Dunia (sumber: World Economic Forum, 2017), tetapi sekarang sudah sampai merambah wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur), Gansist.

Kemacetan dan commuting time tinggi

Tentu saja dengan banyaknya penduduk yang berdomisili di satu wilayah itu, berimbas pada tingginya tingkat kemacetan lalu lintas. Indeks kemacetan di Jakarta itu peringkat ketujuh dari 403 kota yang disurvei di 56 negara.
Kemacetan erat kaitannya dengan commuting time atau waktu yang diperlukan untuk satu kali trip pergi atau satu putaran pergi-pulang. Menempuh lalu lintas Jakarta, diperhitungkan 2-3 jam per trip pergi atau 4-5 jam per satu putaran pergi-pulang. Saya merasakan sendiri setiap kali berdinas ke Jakarta, untuk berkoordinasi antar Kementerian/Lembaga menjadi tidak efektif karena sebagian besar waktu saya malah terbuang di jalan raya, berjibaku mengejar jam kantor dengan harus membaur dalam kemacetan. Duh, deg-degan terus sepanjang jalan. Gimana enggak, hari dinas terbatas, jam kantor kementerian yang dituju juga terbatas. Kalo saya telat dan urusan nggak kelar, otomatis saya harus menambah biaya akomodasi per hari keterlambatan. Belum lagi setelah selesai urusan kerja, mesti kejar-kejaran lagi sama jadwal penerbangan kembali ke daerah. Kalau ketinggalan pesawat akibat macet, bikin kesel sampe nggak bisa nahan air mata.

Pencemaran udara dan sungai

Ya ampun, berdasarkan Air Quality Index Value (Data AirVisual, Agustus 2019), kualitas udara di Jakarta berada pada ranking 1 sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Di dunia loh, Gansist. Saya ngeri membayangkan menghirup udara kota yang sering saya kunjungi sudah seburuk itu. Gimana dengan Gansist yang memang bekerja dan berdomisili di sana, ya?

Lalu, padatnya penduduk akibat urbanisasi yang enggak terkendali telah menimbulkan kantung-kantung pemukiman kumuh karena kemampuan kota overloaddalam melayani masyarakat untuk mengakses layanan penyediaan air minum, sanitasi, sistem pengelolaan air limbah dan persampahan hingga drainase pemukiman. Imbasnya ke sungai-sungai kota, Gansist. Kualitas air sungai di Jakarta dilaporkan 96% tercemar berat. Lalu, di mana kelayakan masyarakat untuk bisa hidup dengan sehat dan nyaman?

Potensi ancaman gempa di Jakarta

Aktivitas ekonomi dan pemerintahan bisa saja terganggu bahkan lumpuh jika Jakarta dilanda kerusakan akibat gempa. Sebagai ibu kota negara, kendala itu akan berpengaruh sangat besar ke seluruh wilayah di Indonesia. Termasuk daerah di mana Agan dan Sis sekarang berada.

Kajian potensi ini dipetakan dalam gambar berikut, ya Gansist.

Quote:

Wilayah Jakarta terancam oleh aktivitas Gunung Api Krakatau dan Gunung Gede, dan potensi gempa-tsunami Megathrust Selatan Jawa Barat dan Selat Sunda, gempa darat Sesar Baribis, Sesar Lembang dan Sesar Cimandiri.

Mengapa ibu kota harus pindah ke luar Jawa?

Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk tertinggi, yaitu 56,56% dari total jumlah penduduk Indonesia, sementara daerah-daerah lain memiliki jumlah penduduk sangat rendah yaitu di bawah 10%, kecuali Pulau Sumatra.

Hal-hal yang sudah diutarakan di atas menguatkan alasan mengapa ibu kota harus pindah ke luar Jawa. Tindakan ini dinilai dapat memecah konsentrasi kepadatan penduduk dan meminimalisir masalah-masalah seperti konversi lahan hijau menjadi permukiman, dan krisis ketersediaan air di Pulau Jawa terutama DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Terus, kemana harus dipindahkan?

Ya, berangkat dari konsep logika saya yang sederhana bahwa ibu kota akan menjadi pusat dari aktivitas kenegaraan dan pemerintahan, pusat aktivitas bisnis dan perputaran ekonomi, maka lokasi strategis dari negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, paling idealnya berada pada wilayah tengah Indonesia.

Quote:

Di wilayah yang diberi tanda, didapatlah potongan provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan.

Loh, ternyata wilayah tengah Indonesia itu kan banyak, ada beberapa provinsi malahan.

Bahwa mengapa akhirnya mengerucut pada dua kabupaten, yaitu sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, tentu ada kriteria penentuan lokasinya. Insyaallah kita akan bahas lagi di thread selanjutnya, ya.

Yang jelas, mengenai grand design pemindahan ibu kota negara Indonesia, sepanjang itu adalah untuk menuju Indonesia yang lebih maju, dan demi menyongsong wajah baru Indonesia Emas, saya sih memercayakan dan setuju saja dengan keputusan akhirnya.

Referensi dan sumber foto:

Menteri PPN, Kepala Bapennas. Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara. Paparan Kepala Bappenas dalam Acara Youth Talks 20 Agustus 2019. Jakarta: Bappenas.
Dani Prabowo
Jokowiinstagram

Diubah oleh elvici 28-08-2019 11:30