lamberianto.
TS
lamberianto.
Pramuka Budi Luhur


Quote:


Quote:

Dari sini kisah berawal, seiring dengan keterlambatan datangnya Budi ke pekan orientasi di hari pertama. Dalam satu kelompok, tentu bukan hanya Budi sendiri. Masih ada aku dan beberapa teman lain di dalamnya. Sementara, ada salah satu dari sekian banyak aturan yang berbunyi, jika salah seorang anggota dari kelompok datang terlambat selama kegiatan, maka selurung anggota kelompok dalam tersebut akan menerima akibatnya yakni berupa sanksi. Adapun sanksinya bermacam-macam, mulai dari sanksi fisik maupun  sanksi mental. Ibarat pepatah yang mengatakan "gara-gara nila setitik rusak susu sebelangak". Berhubung ini baru hari pertama, maka kesalahan Budi bisa dimaafkan dengan catatan dia harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Mendengar akan hal ini, tentu kami sangat senang karena paling tidak kami tidak mengambil posisi push up atau bahkan berlari keliling lapangan atau menebas rumput yang mulai bergerombol menjadi semak belukar. 

Quote:

Di hari kedua, kami sudah mulai dihadapkan dengan kegiatan yang berbau Pramuka setelah di hari pertama hanya berisi dengan pengenalan saja. Baik itu pengenalan antar sesama anggota, antar anggota dan Kakak Pembina, serta pengenalan tata tertib dan aturan yang semestinya kami patuhi. Di hari kedua ini kami diberikan informasi tentang apa itu Pramuka, tentang sejarah, fungsi, prinsip, serta tujuannya. Namun sebelum kegiatan dimulai, seluruh peserta kegiatan diwajibkan untuk melakukan upacara pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih. Dan setelah kegiatan selesai, upacara dilakukan sekali lagi. Jika sebelum acara dimulai upacara mengibarkan bendera, setelah acara selesai upacara dilakukan untuk menurunkan benderanya. 

Aku tidak memusingkan materi yang akan disampaikan di hari kedua ini ataupun tidak pula berkeluh kesah karena harus ikut upacara pengibaran bendera, akan tetapi aku sangat merisaukan dengan tidak adanya Budi di dalam barisan. Kerisauan yang sama yang dirasakan oleh anggota kelompok lain, para anggota kelompok kami. Begitulah yang kami rasakan pada saat acara pembukaan. Ada yang bergumam kesal, ada yang gelisah, ada pula yang cuek seperti diriku. 

Setelah upacara pembukan selesai, Budi bersama seorang Kakak Pembina datang menghampiri barisan kami. Sementara barisan lain sudah bergerak menuju ruangan guna memulai kegiatan sudah dijadwalkan. Kakak Pembina yang datang bersama Budi adalah Pemangku Adat Dewan Ambalan Gudep DIKB JAYA 162, yang menurutku keren juga itu jabatannya. Tambah lagi pembawaannya yang tenang bersahaja. 

Dengan lugas tanpa basa-basi dia berkata kepada kami "ambil posisi". Pada mulanya aku dan anggota kelompok lain sempat bingung juga apa yang beliau maksud, namun semua mendadak paham setelah Budi langsung mengambil posisi push up. Setelah kami siap dengan posisi masing-masing, terdengar suara di telinga kami "satu seri". Sudah barang tentu yang memberi aba-aba itu adalah Kakak Pembina Pemangku Adat tadi, yang dibarengi suara Budi yang keras agar kami semua mendengar. "Mari kawan-kawan, kita push up sepuluh kali dimulai saat saya mulai menghitung dari satu",  demikianlah yang Budi katakan. 

Setelah push up selesai, Kakak Pembina itu pergi dan kami mulai menghampiri Budi. Orang pertama yang datang mendekat Budi adalah ketua kelompok kami, yang meminta kepadanya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi, dan diiyakan oleh anggota kelompok yang lain. Barulah setelah itu kami bergegas menuju ruangan yang telah ditentukan guna mengikuti materi hingga selesai dan akhirnya kami menyelesaikan kegiatan hari ini dengan upacara penutupan. 

Quote:

Sama seperti kemarin, kami memulai kegiatan dengan berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara pengibaran bendera. Hari ketiga ini yang mendapat giliran sebagai petugas upacara adalah Sangga Pendobrak. Dan sama juga dengan hari kedua kemarin, Budi tak nampak di barisan kelompok kami yang membuat suasana yang sudah gerah karena cuaca panas semakin tidak nyaman karena beberapa anggota kelompok yang tadinya kesal mulai kelihatan emosi.
 
Kurang lebih satu jam upacarapun usai. Setelah mendengar aba-aba dari Pantia Sangga Kerja, para peserta yang lainpun bergegas berlarian menuju ruangan guna melanjutkan kegiatan. Berbeda dengan kelompok kami yang masih tetap di lapangan dengan posisi istirahat di tempat menghadap tiang bendera. Kami tetap berdiri karena sadar kami masih melakukan kesalahan. Tak berselang berapa lama datang Budi dan Pemangku Adat mendekat ke barisan kami. Lagi-lagi dia memerintahkan kami untuk mengambil posisi dan yang kemaren hanya satu seri sekarang sudah bertambah menjadi dua seri.

Sang Pemangku Adat mulai menatap kami satu demi satu setelah kami melakukan push up sebanyak dua puluh kali. Sambil memegang pundak Budi dia berkata dengan suara yang keras agar kami semua mendengar "ini peringatan terakhir ya Bud, jika besok kau masih terlambat maka kita akan merubah sanksi  dan bakalan lebih berat lagi".  Kemudian beliau balik kanan dan meninggalkan barisan kami yang wajib melakukan intropeksi sebelum mengikuti kegiatan hari ini. 

Dengan rasa amarah yang meluap ketua kelompok kami langsung mendatangi dan membentak Budi, "kemana saja kau Bud !!"  Kemudian dia lanjutkan teriakannnya dengan lebih keras lagi,
"apa kau tidak memikirkan kami ?!" Sambil menunduk Budi menjawab, "maafkan saya kawan-kawan, jika hari ini saya masih  terlambat. Tapi yakinlah besok lusa saya tak akan mengulanginya lagi, saya janji".  Baru saja Budi selesai mengatakan itu tiba-tiba dari belakangku ada gerakan ayunan tangan yang mengarah ke wajah Budi. Adalah wakil ketua kelompok yang hilang kesabarannya dan berniat untuk memukul Budi. Untung saja gerakan itu diketahui oleh beberapa anggota lain yang dengan sigap menghalau gerakan itu dan segera menjauhkannya dari tempat Budi berdiri. Anggota yang lainnya lagi ada yang coba menenangkan "sabar bro, jika kakak pembina tau, bakal tambah panjang ini urusan". 

Tanpa tau apa yang menyebabkan kericuhan spontan ini usai, kamipun mulai melangkah menuju ruangan yang sudah ditentukan guna mengikuti kegiatan hari ini yaitu penyampaian materi Baris Berbaris. Sebagian dari kami menyimpan dendan dan amarah menuju ruangan karena kelakuan Budi yang selalu saja terlambat datang. 

Quote:

Amanat yang disampaikan oleh Pembina Upacara pembukaan berisikan tentang makna Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka.  Selaku Pembina Upacara di hari keempat ini adalah KamabigusGudep DKIB JAYA 162 yang pada jika tidak dalam kegiatan Pramuka beliau adalah seorang Kepala Sekolah tempat kami berada. Dalam amanatnya pula beliau menekankan kepada seluruh peserta, yang juga sebagai pelajar agar mengaplikasikan Dasa Darma dan Tri Satya dalam keseharian. Lebih jauh lagi beliau lebih menekankan tentang kedisiplinan. 

Mendengar kata disiplin, konsentrasi barisan kamipun mendadak buyar. Yang berada di depan menoleh ke belakang, begitu juga sebaliknya yang berada di belakang barisan menengok ke depan. Hal ini terjadi tak lain dan tak bukan hanya karena satu nama, Budi. Bagaimana tidak, dialah penyebab semua anggota kelompok kami menerima sanksi. Dan keresahan kecemasan semakin menjadi ketika memang Budi tak ada bersama kami. Kali benar-benar meciptakan ekspresi wajah garang yang terpancar di hampir seluruh raut wajah anggota kelompok, meski aku tergolong pribagi yang masa bodo, bahkan bodo amat, mengalami juga tensi darah yang tinggi. 

Berbeda dengan hari sebelumnya, Pemangku Adat datang mendekat ke barisan kami tidak bersama Budi, dia datang sendiri. Tepat berada berhadapan dengan barisan dia memberikan aba-aba "istirahat di tempat grak !" Kemudian dia menyampaikan kepada kami bahwasanya Budi datang terlambat seperti biasanya. Dan disampaikannya pula jikalau Budi sedang berada di sekretariat guna penanganan khusus oleh Panitia dan Pembina Gugep. Hal ini membuat kami bertanya-tanya selanjutnya konsekuensi seperti apa yang kami dapat, serta hukuman seperti apa juga yang mesti Budi pertanggung jawabkan akibat kesalahan yang selalu dibuatnya. 

Ditengah kebimbangan dan kegalauan yang kami rasakan, tiba-tiba terdengar aba-aba lagi 
"tiga seri !!" Spontan kami mengambil posisi push up dan melakukan push up sebanyak tiga puluh kali. Tiga orang anggota kelompok kami, termasuk aku di antaranya, tidak sanggup melakukannya hingga selesai. Sebagai keringanan, jumlah push up yang belum dilakukan dianggap hutang dan dapat dibayar di kesempatan yang lain. Pertanyaan datang dari Pemangku Adat kemudian. "Apakah masih sanggup melanjutkan?" dengan begitu tegas dia bertanya.
"Siap Kak, Sanggup"  jawab kami serentak.
"Baiklah, jika masih sanggup"  demikian jawab kakak pembina.
Sebelum meninggalkan kami, dia memberitahukan kepada semua anggota kelompok jika besok kami mendapat giliran sebagai petugas upacara, baik upacara pengibaran maupun penurunan bendera. Seharusnya yang menjadi petugas bukan kelompok kami, akan tetapi karena ulah Budilah kami harus menyanggupinya. Itu adalah sebentuk hukuman yang harus kami terima dan harus kami jalani. Sedikit melegakan memang, karena sebagian anggota menganggap ini bukanlah hukuman. Meski begitu, tetap saja kami masih menyimpan amarah di dalam dada karena ulah Budi, kami juga harus menanggung akibatnya. 

Kami masih belum bisa bergabung dengan peserta yang lain dikarenakan harus mempersiapkan diri guna menjadi petugas upacara esok hari. Ditengah rapat kecil perihal pembagian tugas, tiba-tiba Budi datang dengan santainya seperti tak ada rasa bersalah di dalam dirinya. Kedatangannya disambut dengan jab kanan dari wakil ketua kelompok. Persis jabnya Manny Pacqiaou yang tanpa hambatan mendarat di pelipis sebelah  kanan wajah Budi. Ya, karena rasa marah sebagian besar anggota kelompoklah hal itu bisa terjadi. Entah kenapa, begitu ingin melancarkan jab yang kedua, refleks aku menepis tangan wakil ketua dan kemudian merangkul tubuhnya dengan erat, sekuat mungkin. Sekali lagi bingung kenapa aku bisa melakukan itu, dan bingung juga kenapa wakil ketua bisa tega dan ingin melampiaskan emosinya hingga puas padahal Budi sudah roboh ke tanah. Mungkin memang aku tak tega melihatnya.

Kami akhirnya pasrah dengan keadaan dan kemungkinan yang bakal terjadi esok hari. Meski kami tugas sudah dibagi, mulai dari pemimpin upacara, pembawa bendera, pembaca agenda upacara, pembaca do'a dan petugas pengucap Dasa Darma (Budi sebagai petugasnya). 

Quote:

Berangkat dari kekacauan di hari keempat, kamipun berada lebih awal di lapangan upacara. Semua anggota sudah siap dengan posisi dan tugasnya masing-masing terkecual Budi. Tiga menit menjelang berlangsungnya upaca pengibaran bendera, Budi belum juga kelihatan. Hampir kehabisan kata-kata, kesabaran yang benar-benar hilang, emosi yang sudah tak bisa lagi dikendalikan mewarnai suasana diantara kami. Untungnya kami sudah mengantisipasi hal ini. Ketua kelompok yang harusnya bertugas menjadi pemimpin upacara menggantikan posisi Budi sebagai pengucap Dasa Darma, sementara wakil ketua kelompok menggantikan posisi ketua kelompok sebagai pemimpin upacara. Aku tetap sebagai pemimpin lagu begitupula petugas yang lain tetap di posisi semula. 

Kami bersyukur karena upacara berlangsung sebagaimana mestinya. Walau ada kekurangan di beberapa bagian, biasalah, di dunia ini tak ada yang sempurna. Kami garis bawahi dan mengingatnya dengan baik masukan kakak pembina pendamping kelompok kami. Kata-kata itu pula yang sedikit banyak bisa meredakan emosi kami terhadap Budi, walau tetap saja kemarahan bisa datang kapan saja apalagi jika mengingat dan melihat wajah Budi. 

Di hari kelima ini, setelah upacara selesai peserta tidak langsung masuk ke ruangan untuk melanjutkan kegiatan karena ada sedikit pengumuman tentang kegiatan penutupan Pekan Orientasi Pramuka. Panitia menyampaikan bahwa Pekan Orientasi Pramuka akan ditutup dengan kegiatan Persami. Itu artinya besok kami akan melakukan perkemahan selama dua hari satu malam yaitu hari sabtu sampai dengan hari minggu. Pada pengumuman itu diutarakan oleh panitia tentang jadwal acara selama perkemahan sabtu-minggu termasuk perlombaan yang sebagian besar telah kami dapat selama lima hari. 

Memang tak seperti hari-hari yang kemarin, di hari kelima ini kami dipulangkan lebih awal dengan tujuan seluruh peserta memiliki waktu yang cukup dalam mempersiapkan diri menghadapi Persami. Ketika aba-aba bubar jalan berkumandang, sebagian besar peserta tidak langsung pulang akan tetapi lebih memilih melakukan musyawarah kecil. Demikian pula dengan kelompok kami yang minus Budi. Walau begitu, kami sudah siap menghadapi segala sesuatunya di kegiatan Persami nanti. 

---

Jum'at malam menjelang Persami mataku begitu susah terpejam. Sudah menjadi kebiasaan memang, jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru hal itu akan mengganggu pikiranku. Aku coba untuk melakukan aktivitas dengan mengecek kembali barang-barang yang dibutuhkan pada saat perkemahan, mulai dari makanan beserta peralatan masaknya, pakaian yang diperlukan, perlengkapan tidur dan perlengkapan mandi,  serta alat tulis-menulis hingga peralatan Pramuka seperti tongkat dan tali bidai.  

Pada saat aku sedang melakukan pengecekan, terdengar pintu diketuk pertanda ada tamu yang datang. Tak lama kemudian ibuku memanggilku dan mengatakan bahwa ada teman yang datang mencari ingin bertemu. Setelah aku keluar kamar dan menuju teras aku mendapati Budi duduk terdiam dengan raut wajah sedih. Dengan perasaan bingung aku bertanya kepadanya, "Budi, ada apa?" Dia tidak menjawab malah melakukan pertanyaan balik kepadaku. "Bolehkah aku ikut Persami besok ?"  Aku menjawab dengan mengangguk tanda mengiyakan yang kemudian direspon oleh Budi dengan ucapan termakasih dan seperti terburu-buru ia lalu pamit untuk pulang.  Aku melongo karena baru kali ini aku menerima tamu, apalagi seorang teman, dengan waktu sesingkat itu. 

Quote:


Setelah serangkaian kegiatan berjalan sesuai dengan yang telah dijadwalkan, tibalah acara puncak yaitu malam keakraban sekaligus malam perpisahan. Seluruh peserta dan para pembina berbaur menjadi satu dalam bentuk lingkaran besar yang mana ditengahnya menyala api unggun. Suasana begitu hangat dimalam itu. Acara yang diisi dengan penampilan karya seni dari setiap kelompok, sesekali kami bernyanyi, tertawa dan bercanda bersama. Adapun acara yang lain diisi dengan pengumuman para pemenang dari berbaagai perlombaan, antara lain lomba cerdas cermat tentang kepramukaan, lomba membaca sandi dan semaphore, lomba baris-berbaris. Selain perlombaan yang ada hubungannya dengan Pramuka, ada juga perlombaan lain seperti lomba memasak, lomba yel-yel dan beberapa jenis perlombaan yang lain.

Semua yang hadir sudah merasa senang dan gembira, demikian pula yang dirasakan olehku dan teman-teman satu kelompok. Bahkan kami merasakan kegembiraan kami bertambah berlipat ganda karena kelompok kami menjadi kelompok terbaik dalam acara Persami. Semua melompat-lompat kegirangan dan berteriak meluapkan kegembiraan mendengar pengumuman yang dibacakan oleh Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan. Ucapan selamatpun dia sampaikan. Tepuk tanganmengiringi kegembiraan yang kami rasakan. Berbeda lagi dengan Budi, dia hanya duduk bersila, berdiam diri dan seperti biasa tanpa ekspresi.

Tak lama berselang, Ketua Panitia meminta salah satu wakil dari kami untuk memberikan pesan dan kesan selama mengikuti kegiatan orientasi. Sontak teman-teman terkejut karena tak mengira akan hal ini. Saling pandang satu sama lain, dan saling tunjukpun terjadi. Hal ini terjadi dalam waktu yang lumayan lama. Beruntung ini acara sukacita, andai saja masih berada dalam kegiatan orientasi, sudah pasti kami mendapat tambahan seri. Dalam keadaan bingung seperti itu, tiba-tiba Budi berdiri dan melangkah maju ke depan ke tempat yang telah disediakan. Tanpa disuruh tapi inisiatifnya sendiri.

Untuk kali ini, teman teman tak ada yang merasa keberatan, tak juga merasa emosi, lagipula tak ada yang memiliki keberanan untuk maju ke depan memberi kesan. Teman-teman juga sadar, bahwa banyak perlombaan yang kami menangkan karena peran Budi yang begitu besar. Hampir seluruh soal dalam perlombaan cerdas cermat dia jawab, sanggup juga membaca sandi dan semaphore dengan benar, dan beberapa perlombaan yang mengutamakan kecerdasan sanggup kami menangkan berkat peran besar seorang Budi walau selama kegiatan dia selalu datang terlambat bahkan pernah tidak datang sama sekali. Kebiasaannya ini bukan rahasia lagi bagi para peserta karena kelompok kami paling sering datang terlambat memasuki ruangan tempat pemberan materi.

Quote:
Diubah oleh lamberianto. 31-08-2019 19:01
pablooaliftinaanasabila
anasabila dan 8 lainnya memberi reputasi
-7
23.2K
880
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.