AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
'Dendam Politik' Seorang Jenderal, Membatu Sampai Mati



Habibie, adalah Presiden RI yang ketiga, ‘mewarisi’ sisa kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden sebelumnya. Kelak, ‘jabatan warisan’ inilah yang diduga kuat sebagai penyebab membatunya 'dendam politik’ keluarga Soeharto terhadap Habibie, sampai mati.
*****

Siapakah Soeharto dan siapa Habibie?

Soeharto lahir di Yogyakarta tahun 1921 dan wafat di 2008 dalam usia 86 tahun. Sedangkan Habibie lahir di Sulsel tahun 1936, dan wafat pada 2019 dalam usia 83 tahun.

Dilihat dari tahun lahir, jelas Habibie lebih muda 15 tahun dari Soeharto. Meski demikian, Habibie sudah mengenal Soeharto sejak beliau masih anak-anak, berkat kedekatan Soeharto dengan ayahnya. Dan kelak, kedekatan ini pula yang membuat Soeharto menjadikan Habibie sebagai ‘anak emas’ pada masa pemerintahannya.

Namun sangat disayangkan, pada akhirnya kedekatan ini harus dipisahkan oleh ‘dendam politik’ hingga keduanya meninggal dunia.
*****

Ayah Habibie, Alwi Abdul Djalil Habibie, adalah seorang ulama, sekaligus Kepala Dinas Pertanian di Parepare, Sulawesi Selatan pada masanya. Beliau meninggal dunia pada 3 September 1950 di Makassar, ketika shalat Isya, mengimami Soeharto, dalam sujud terakhir.

Saat itu, Soeharto bertugas sebagai pimpinan militer yang bertugas menumpas pemberontakan Andi Azis di Makassar. Maka di sanalah Soeharto berkenalan dan akrab dengan keluarga Habibie.

Setelah tugas selesai, Soeharto kembali ke Jakarta, dan Habibie melanjutkan sekolah ke Jerman. Sejak itu keduanya tak pernah lagi bertemu, sampai tahun 1973.

Soeharto sukses menjadi orang nomor 1 di Indonesia, dan Habibie juga sukses menjadi orang nomor 1 di bidang teknologi pesawat Jerman. Bahkan Habibie menjadi rebutan antara Jerman dan Filipina. Hal itu membuat Soeharto menjadi cemburu, sehingga buru-buru meminta Habibie pulang ke Indonesia, dengan mengemban berbagai jabatan penting dalam pemerintahan.

Habibie benar-benar menjadi anak emas Soeharto, hingga beliau dipilih sebagai Wakil Presiden Soeharto di akhir masa jabatannya tahun 1998. Dan di sinilah dendam itu bermula.

Soeharto yang tak menduga jabatannya akan dilengserkan, menjadi panik saat terjadi demo besar-besaran di depan istana. Mungkin karena merasa memang sudah seharusnya berakhir, maka Soeharto meminta agar Habibie juga mundur, alias satu paket. Sebab menurut amanah UUD, jika Presiden wafat atau lengser, maka Wapres otomatis naik.

Jika Habibie juga mundur, maka ada dua kemungkinan. Pertama, mengadakan Pemilu Baru. Kedua, Presiden ditunjuk/diangkat langsung oleh MPR. Opsi yang kedua ini yang sangat besar kemungkinannya. Dan jika ini terjadi, maka Prabowo Subianto sebagai Pangkostrad saat itu, sangat berpeluang untuk terpilih.
*****

Namun harapan tak sesuai ekspektasi. Entah karena pertimbangan apa atau dorongan dari pihak mana, Habibie lebih memilih ‘jabatan warisan’ itu ketimbang mengundurkan diri, sehingga ia resmi jadi Presiden RI ketiga, penerus Soeharto.



Di sinilah dendam itu mulai tumbuh dan bermula. Habibie dianggap sebagai pengkhianat bagi Soeharto. Mulai saat itu, sampai wafat, Soeharto tak mau bertemu atau ditemui Habibie, walau hanya lewat komunikasi lisan, apalagi bertatap muka.

Apalagi pada masa jabatannya, Habibie mulai berani mengusik keluarga Soeharto, mulai dari pemecatan Prabowo Subianto dari Pangkostrad, hingga upaya ‘menggugat’ kekayaan Cendana.

Terlebih lagi dengan lepasnya Timor Timur yang dianggap oleh Soeharto sebagai tindakan gegabah Habibie, padahal Soeharto telah berjuang keras untuk merebut Timor Timur.

Habibie sudah sering berusaha agar tetap bisa bertemu atau berkomunikasi dengan Soeharto, namun selalu ditolak oleh Soeharto. Kata-kata terakhir Soeharto hanyalah, “Kamu itu cerdas, pasti mampu mengatasi masalah negara ini. Kamu shalat 5 kali sehari, aku juga begitu, namun aku selalu mendoakan keselamatan untukmu.”

Ketika Soeharto sakit menjelang wafatnya, Habibie dan istri sengaja terbang dari Jerman untuk menjenguk di Rumah Sakit. Namun Habibie dan keluarga diusir oleh ajudan Soeharto sebelum sempat bertemu. Akhirnya Habibie langsung ke bandara, dan terbang kembali ke Jerman.

“Tak mengapa, yang penting kita sudah beri’tikad baik,” komentar Habibie atas peristiwa itu.

Meski sampai kini, keluarga Soeharto tidak ada yang melayat ke keluarga Habibie, namun saya yakin keduanya sudah bertemu, berdamai dengan takdir, dalam pelukan dan pangkuan bumi pertiwi, tersenyum riang sambil bercengkrama tentang kekisruhan politik di masa lalu. (*) {No.452}

Diubah oleh Aboeyy 21-09-2019 02:21
adestiey
anasabila
Gresta
Gresta dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.5K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.