Rabu, 11 September 2019
Pukul 18:05 wib, bumi dan langit menangis mengiringi kepergian Bapak Presiden Indonesia ke 3 B.J. Habibie.

Lantunan doa dari semesta bergema, beriring lagu duka riuh tanpa kata, sudut-sudut mata dunia mengalirkan air tanda cinta.

Indonesia bangga mempunyai seorang pejuang, ilmuwan, penyair, penulis dan pemimpin yang kuat dan kokoh dalan mengemban kepercayaan.

B. J. Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936, di Parepare Sulawesi Selatan.
Beliau bukan orang biasa, beliau insan istimewa yang dianugerahi kecerdasan, ketangkasan, kepandaian dan kelembutan hati.
Mempunyai pasangan sehidup semati Ibu Hasri Ainun Besari.


Sumber: di sini

Eyang B.J. Habibie sendiri sebelum menjabat sebagai Presiden ke 3 Republik Indonesia sempat menduduki beberapa jabatan berkelas, antara lain:
1. Kepala Badan Pengusaha Batam ke 3 era tahun 1978-1998

2. Menteri Negara Riset dan Tekhnology Indonesia tahun 1978-1998

3. Wakil Presiden RI ke 7 29 Maret 1998 - 21 Mei 1998

4. Presiden RI Ke 3 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999.

Jabatan-jabatan di atas dapat diemban dengan baik oleh Eyang Habibie karena beliau memang orang yang cerdas, jujur dan perduli dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Eyang B.J. Habibie pernah bekerja di Hamburg, Jerman pada sebuah perusahaan penerbangan.
Kembali ke Indonesia karena permintaan dari Presiden Soeharto.

Lika-liku kehidupannya tidak mudah, banyak cercaan dan hinaan datang menyapanya kala menjadi Presiden pengganti.
Namun sosoknya yang santun hanya membalas dengan senyuman, bahkan beliau juga berkata:

Bukan hujatan yang membuat Eyang Habibie terpuruk, cinta lah yang membuatnya lemah.
Pada tanggal 22 Mei 2010 istri tercinta, Ibu Hasri Ainun Habibie meninggal dunia, seketika hal itu membuat dunia Eyang Habibie gelap gulita.
Bahkan dokter Jerman dan Indonesia pun menyarankan terapi menulis untuk B.J. Habibie agar tidak mengalami keterpurukan yang mengganggu kesehatan jiwanya.

Eyang B.J. Habibie pun menulis sebuah novel kisah hidup dan cintanya bersama ibu Ainun sang bidadari pendampingnya.
Dalam novel Habibie & Ainun yang mempunyai lebih dari 300 lembar halaman itu Eyang Habibie mengisahkan perjuangan cinta, suka duka, bahagia bahkan sampai perpisahan dalam akhir cerita.

Ternyata novel tersebut menggugah para pembaca dan menginspirasi produser film Hanung Bramantyo untuk mengisahkan dalam bentuk film layar lebar.
Film ini dibintangi oleh Reza Rahardian sebagai Eyang Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Eyang Ainun.

Film itu hits pada tahun 2013, mendapat penghargaan film terlaris dengan jumlah penonton lebih dari 4juta orang dalam kurun waktu 3 bulan, bahkan film Habibie dan Ainun juga diputar di Washington DC Amerika.

Itu semua membuktikan bahwa kisah cinta mereka teramat dalam, tak pernah mengenal kata menyerah dalam berkasih sayang, bahkan hingga Eyang B.J. Habibie juga telah tiada, tak pernah ada yang menggantikan Eyang Ainun

Kini mereka telah bersatu di surga, meninggalkan kenangan manis untuk kami anak cucunya.

Bukan sekedar cinta dua insan, cinta Negara kesatuan juga ia titipkan untuk kita rawat dan jaga selamanya.

Terima kasih Bapak Tekhnology Indonesia, tanpamu kami bukan siapa-siapa!
Tanpamu kami tidak tahu apa-apa.
Tenang lah engkau di sana, meski pun ragamu tak lagi ada, namamu tetap terukir di dalam dada.

Pray For B.J. Habibie dan Ibu Hasri Ainun Habibie