Indonesia berduka. Telah beristirahat dalam damai Presiden Republik Indonesia ke 3, Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie pada hari Rabu, 11 September 2019, tepat pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Selamat datang di thread penuh duka, mari menundukkan kepala sejenak dan memanjatkan doa untuk ketenangan beliau di surga






Kepergian adalah keniscayaan yang tak dapat dibantah oleh siapa saja mereka yang pernah datang. Segala yang tersisa hanyalah tangis dan duka bagi mereka yang telah ditinggalkan.

Indonesia telah kehilangan salah satu sosok besar yang menginspirasi. Bapak Habibie, betapapun semua kenangan tentang dirimu akan mengudara di seluruh penjuru nusantara, menerbangkan kembali segala asa dan prestasi yang kala itu tengah kautorehkan.

Tak dapat dipungkiri, sosoknya yang ramah, kecerdasan dan semangatnya menginspirasi bagaimana kita menjadi manusia. Indonesia tentu tak akan lupa betapa besar pengaruh beliau dalam memajukan negeri ini, khususnya dalam bidang teknologi.

Dalam dunia aviasi, beliau yang juga pernah menjabat sebagai Bapak Presiden Republik Indonesia ketiga ini pun telah berjasa banyak. Selain N250 Gatot Kaca, beberapa pesawat lainnya telah diciptakannya demi kemajuan teknologi di Indonesia. Beberapa prestasi lain pun beliau torehkan dan menjadi kebanggaan bangsa.





Melihat kisah perjalanan hidupnya, ah siapa yang tak tergugah dengan perjuangan eyang berusia 83 tahun ini. Semasa di bangku sekolah, beliau memiliki kecerdasan yang tinggi, khususnya ahli dalam dunia penerbangan. Beasiswa kuliah di luar negeri pun ia ambil, demi memempuh pendidikan sesuai dengan minatnya. Segudang prestasi beliau bawa, wujud dari perjuangannya selama di Aachen, sebuah kota kecil di Jerman. Ini bisa menjadi panutan, contoh bagi para muda-mudi di Indonesia dalam menjalani kehidupan sebagai manusia.





Begitu banyak hal tentang dirinya yang menjadi inspirasi banyak orang, tak luput jua dengan kisah asmaranya. Kehidupan dan keromantisan beliau bersama Ibu Ainun, telah menggugah hati sebagian besar orang. Pun begitu dengan sutradara Hanung Bramantyo yang kemudian mengabadikannya dalam sebuah film inspiratif bertajuk Habibie dan Ainun. Sebuah film yang memutar kembali kenangan semasa hidup dan bagaimana perjuangannya.



Pada akhirnya, kecintaan kami berkembang mengiringi kepergianmu, Eyang. Jasamu takkan terlupakan untuk negeri ini. Kepergian yang membuat semua orang merasa kehilangan. Kepergian yang menyisakan lubang dalam penuh kesedihan. Kepada siapa lagi kini kami harus berkaca?

Terima 2C (Cendol dan Cinta)


Penulis : Tikus Kecil, Member of BBB

Ilustrasi dan Referensi : 1, 2, 3, 4