l13skaAvatar border
TS
l13ska
Baik Menurut Kita Belum Tentu Baik Buat Orang Lain

Picture: fossmad.com


Agan Sista pernah nggak memberi barang suatu barang yang menurut Agan/Sista masih dirasa layak diberikan tapi justru malah ditolak. Kalau pernah, rasanya sakit tidak?

Ada beberapa pengalaman yang ingin saya bagi disini Agan Sista. Jadi simak sampai akhir dan tinggalkan jejak komentar jika pernah mengalami hal serupa. emoticon-Sundul

Pengalaman pertama terjadi saat jaman kuliah. Kala itu ada bakti sosial di jurusan dan panitia sibuk ngumpulin baju layak pakai untuk disumbangkan. Kebetulan saya punya satu buah kemeja yang menurut saya masih baik dan layak pakai.

Baik menurut saya itu ya kancing masih lengkap dan gak ada bolong atau cacat di sekitar kemeja. Saya sengaja menyisipkan kemeja itu diantara tumpukan baju-baju yang lain. Agar tak ada yang tahu bahwa saya yang memberi kemeja.

Quote:


Saat proses pengemasan salah seorang kawan saya nyeletuk:

"Ini baju kayak gini kug disumbangin? Ini gak layak pakai."

Saat saya melirik rupanya baju yang dimaksud adalah kemeja kotak-kotak saya. Akhirnya, saat semua panitia pulang kemeja itu aku ambil lagi. Kebetulan acara penyotiran dilakukan di kantor UKM (jaman kuliah sebagai aktifis saya leluasa menggunakan kantor unit). Esok harinya, aku kenakan kemeja itu saat kuliah.

Begitulah cara kerja hidup ini, sesuatu yang menurut kita masih baik dinilai buruk oleh orang lain.

Padahal saat acara bakti sosial berlangsung banyak sekali baju-baju yang kondisinya tak sebaik kemeja saya. Ada yang sudah sobek, ada yang menyumbang kaos dalam yang sudah usang. Pokoknya, banyak yang tak layak pakai.

Pernah juga suatu ketika saya membaca status di FB dimana salah seorang kawan saya kesal lantaran habis dapat kiriman baju anak dari sanak saudaranya. Intinya dia marah karena barang yang diberikan dianggap tak layak pakai.

Kala itu saya jadi agak tersentil karena saya pun pernah memberi beberapa baju untuk anaknya yang tentu sudah saya anggap seperti anak sendiri. Sejak itu saya memutuskan tak memberi baju bekas anak saya, khawatir tersinggung.

Karena begitulah jalannya dunia ini: Sesuatu yang menurut kita baik belum tentu baik menurut penilain orang.

Kejadian lebih parah sempat saya alami dengan tetangga yang sama-sama berstatus tinggal di kontrakan. Kala itu saya mendapat banyak sekali baju bekas dari teman (Maaf, sudah jadi prinsip saya untuk tak pernah menolak pemberian orang).


Picture: tribunjualbeli.com


Banyaknya baju yang diberikan akhirnya saya bawa ke tetangga saya tersebut dan menawarkan baju tersebut. Tahu tidak perlakuan seperti apa yang saya terima kala itu?

Saya dibentak dan dipelototi
"Baju bekas kug dikasihkan saya!" kata tetangga saya itu.

Otomatis, sejak itu saya jadi berpikir ulang jika ingin memberi baju layak pakai kepada tetangga saya tersebut.

Kenapa? Karena sesuatu yang bagus menurut saya tak selalu bagus menurut tetangga saya. emoticon-Ngakak

Akhirnya sampai sekarang, empat tahun lebih setelah kejadian tersebut. Saya tega-tegain melihat anak tetangga pakai baju itu-itu saja, sementara anak saya gonta-ganti baju sesukanya. Yah karena baju yang dinilai jelek tetangga saya itu semua masih layak pakai dan tak ada cacat hingga saya tak harus malu mengenakan pada anak saya.

Buat saya baju bekas itu rezeki.Dengan menerima baju bekas yang masih layak pakai saya bisa membeli kebutuhan lain untuk anak.

Saya tak pernah menolak pemberian orang baik itu tetangga, kawan ataupun saudara. Khawatir akan menyakiti mereka. Terakhir kali seorang tetangga memberi saya kulkas yang satu kakinya sudah patah dan pintu frezernya pun patah separo.

Apakah saya tolak? Tidak saya terima dengan senang hati karena itu pemberian, rezeki dari Allah. Terlebih saya juga sangat butuh kulkas. Yang terpenting bagi saya. Saya tidak pernah meminta dan memgemis.

Jika ada yang bertanya apa saya tak mampu membeli kulkas? Mampu. Saya tak semiskin itu. Sudah ada anggaran untuk itu tapi berhubung dapat kulkas, anggaran itu saya alokasikan untuk bayar masuk sekolah anak saya dan untuk keperluan lainnya.

Menerima pemberian orang setidaknya kita membuka pintu rezeki lain. Apa jadinya jika saya menolak? Mungkin mereka yang memberi akan berpikir saya ini orang miskin yang sombong. Jadi sejelek apapun saya akan terima. Masalah dipakai atau tidak itu urusan belakang.

Kulkas yang kakinya patah akhirnya diganjal dengan segelas air mineral oleh suami saya. Pintu freezer yang rusak, segera aku belikan pintu baru seharga 130 ribuan. Kondisi kulkas yang kotor? Aku cuci hingga bersih. Alhasil, kulkas yang tadinya rusak sudah seperti barang baru buat saya. Kelak jika sudah punya rumah sendiri barulah beli kulkas baru.

Kali ketiga terhadap kawan saya sendiri yang baru punya beby. Sebenarnya banyak pertimbangan saat saya hendak memberikan baju tersebut mengingat dia dari keluarga berkecukupan. Namun, karena sudah seperti kleuarga sendiri niat untuk memberi baju yang menurut saya masih layak pakai itu kuteruskan. Terlebih keluarga kawan saya juga pernah memberi baju bekas untuk anak saya. Pikir saya mereka pasti bersedia menerima.

Tak ada maksud menghina kala itu karena baju yang saya pilihkan adalah yang terbaik menurut saya. Hanya berfikir namanya anak bayi pasti butuh banyak baju. Dengan adanya banyak baju tambahan, ibunya yang masih sahabat karib saya pasti bisa beli baju baru dengan ukuran lebih besar.

Bagi saya mubadzir beli baju bayi untuk anak yang sebentar lagi takkan terpakai.

Sebenarnya selain baju layak pakai yang kupilihkan yang paling baik itu, saya juga hendak akan memberikan baju yang baru. Namun karena belum sempat ke toko aku berikan apa adanya. Biar bisa segera dipakai ganti jika di rumah.

Tahu apa yang terjadi? Saya dapat pesan WA dari ibu kawan saya untuk membawa balik baju itu. Alasannya baju itu hanya akan nyusuh (mangkrak).

Saat itu saya langsung tersinggung terlebih ibu kawan saya mengirim foto cucunya tengah memakai baju baru pembelian kawan saya. Seperti membandingkan. Oke, saya sadar tiap orang ingin yang terbaik untuk anaknya. Mana ada sih ibu atau nenek yang mau anak/cucunya pakai baju bekas orang lain? Saya pun jika punya banyak uang juga tak mau memakaikan baju bekas ke tubuh anak saya.

Ini bukti bahwa niat baik kita juga tak selalu diterima dengan baik oleh orang lain. Bahkan kebaikan kita seringkali dibalas dengan keburukan oleh oranglain

Itulah kehidupan Agan Sista. Dari kejadian di atas saya sadar bahwa saya tak lebih dari seorang miskin yang tak pantas memberi orang yang lebih kaya secara finansial dari saya. Dari pengalaman ini saya jadi berkesimpulan untuk beberapa orang memakaikan baju bekas kepada anaknya adalah gengsi.

Jujur, saya pun sebenarnya juga sempat terhina ketika menerima baju-baju bekas dari keluarga kawan saya saat anak kedua berumur dua bulan. Dari sekian baju yang diberikan hanya beberapa yang masih layak pakai (menurut saya). Tapi prinsip pantang menolak rezeki meredam gengsi saya. Akhirnya saya selalu berusaha berpikir positif ketika orang memberikan sesuatu kepada saya.

Dengan senyum dan tangan terbuka saya terima pemberian mereka meski saya sebenarnya tak suka. Sekali lagi yang terpenting saya tak pernah meminta. Menerima pemberian baju tak layak pakai itu bisa jadi pembuka rezeki bagi saya dan keluarga.

Saya mencoba memposisikan diri bahwa jika saya yang memberi dan ditolak rasanya pasti sakit.

Dan ternyata memang sakit ketika memberi barang terbaik yang bisa kita beri namun ditolak.

Inilah pengalaman singkat saya akan barang baik yang tak serta merta dinilai baik oleh orang lain. Setelah ini akan saya pikir ulang deh jika ingin memberi baju layak pakai kepada kawan atau tetangga terlebih. Karena kadar baik menurut saya tak sama baik dimata orang lain.

Quote:
Diubah oleh l13ska 04-09-2019 22:50
danQe
jokowi.kw
alizazet
alizazet dan 19 lainnya memberi reputasi
20
14.9K
153
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.