Rapunzel.icious
TS
Rapunzel.icious
Yang Tersibak Karena Pramuka


"Pramuka pramudi, pramuka cadu mandi."
Seloroh anak-anak SD yang tengah berkumpul di dekat pos satpam membuat Danisha melirik tajam. Ingin sekali ia menjambak satu per satu dari mereka. Namun, yang bisa ia lakukan hanyalah menahan gemeletuk giginya agar tidak berkata kasar.

"Pramuka pramudi, budak leutik tara mandi."
Telinga Danisha tidak cukup bodoh untuk mengetahui kepada siapa lagu olok-olokan itu diarahkan. Kali ini, ia tidak lagi menghujamkan tatapan menusuk ke anak-anak kecil itu. Lengan Danisha mulai sibuk menekan touch pad pada smartphone-nya.

Sebuah motor berhenti tepat di hadapan Danisha. Senyum menawan yang nampak dari balik helmet yang dipakai sang driver, gagal membuat Danisha tidak lagi merengut.

"Lama!" bentak Danisha.

"Sori, tadi gue ...."

"Bodo amat!"

"Astaga, galak bener ini ibu pembina pramuka."

Danisha menopangkan lengannya ke pundak Kevin untuk menaiki motor. Sontak Kevin menoleh ke arah gadis itu.

"Astaga, Danisha. Itu paha ke mana-mana!"

"Udah deh, bawel ah. Buruan jalan," omel Danisha.

"Ciye pacaran ciye." Kembali anak-anak kecil itu memanaskan ubun-ubun Danisha. Setelah mengenakan helmet, Danisha menoleh ke arah anak-anak tersebut lalu mengacungkan jari tengah.

"Anak kecil diladenin. Ngajarin nggak bener itu jari," protes Kevin yang sempat melihat apa yang dilakukan Danisha.

Spoiler for Kevin:


Sore itu, dengan sangat terpaksa Danisha harus datang ke sekolah untuk mengikuti acara pramuka. Persami yang akan diadakan di Bumi Perkemahan Ranca Upas membuat gadis itu kesal setengah mati. Ia membayangkan 2 hari berkemah di tempat yang dingin tanpa adanya pemandian air panas.

"Ya udah, nggak usah mandi. Gue aja udah niat nggak bakal mandi," ujar Kevin ketika mendengar ocehan Danisha.

"Bener berarti kata anak-anak tadi. Pramuka jarang mandi."

"Semua akan ada hikmahnya, Nish. Kita bisa menghemat air."

"Seorang Danisha tidak mandi? Oh, tidak, terima kasih. It's so not me, Kev." Danisha memutar bola matanya.

Sesampainya di sekolah, Danisha dan Kevin berpisah. Mereka tidak berada dalam satu regu. Pak Ongki, selaku pembina pramuka, mengambil alih komando untuk memberikan arahan kepada seluruh peserta. Jangan tanya apa isi dari wejangan Pak Ongki, karena Danisha sama sekali tidak memperlihatkan. Ia sibuk mengedarkan pandangannya ke arah kakak senior yang sedang merapikan barang bawaan ke atas truk.

"Cowok yang pakai topi pramuka di sana, siapa namanya?" tanya Danisha kepada Meilin yang berbaris di sampingnya.

"Mana?"

Belum sempat Danisha melanjutkan pembicaraan, barisan dibubarkan untuk segera menaiki kendaraan yang sudah disediakan. Ia lalu mengekor Gandi, ketua Regu Tulip 3 sambil sesekali melirik ke arah kakak senior yang membuatnya terpana.

"Namanya Gama." Kalimat Kevin membuat Danisha menoleh.

"Sejak kapan lo di sini?"

"Sejak muka pecicilan elo terpampang nyata di hadapan gue."

Kevin menaiki truk terlebih dahulu, kemudian mengulurkan lengannya untuk Danisha.

"Namanya keren, ya. Kak Gama, aku mau dong jadi Dek Alpha," ujar Danisha setelah duduk bersebelahan dengan Kevin.

"Lupain aja lah, Nish. Lo sama dia itu nggak bakal bisa bersatu."

"Imposibble we do miracle we try," sanggah Danisha sambil merebahkan kepalanya ke bahu Kevin.

"Gue udah peringatin elo ya, Nish."

***


Spoiler for Danisha :


Di dalam tenda, Danisha berkomat-kamit sambil memegang kertas yang sudah dilipat. Sesekali ia membuka lipatan kertas tersebut untuk sekadar melirik sedikit isinya. Teman-temannya melakukan hal yang sama. Bedanya, Danisha tidak sedang menghafal Tri Satya ataupun Dasa Dharma Pramuka karena keduanya sudah ada di luar kepala sejak ia SD. Ia sedang mengingat beberapa pencapaian dalam pengisian SKU Penggalang Ramu.

Dari 30 syarat SKU, hanya tinggal beberapa bagian lagi yang belum Danisha kuasai. Saat ini, ia sedang menghafalkan 3 macam jenis penjernihan air dan 5 teknik penyaringan air. Syarat itu berada pada SKU Penggalang Ramu nomor 22. Hal lain yang belum dikuasai adalah bagian nomor 24 mengenai kompas, menaksir tinggi dan lebar. Selebihnya, ia siap menjelaskan kapan saja.

Suara peluit tanda berkumpul membuyarkan konsentrasi Danisha dan teman-temannya. Dengan sigap, semuanya berkumpul dan berbaris rapi di hadapan pemimpin barisan yang meniup peluit.

"Perhatian semuanya. Hari ini masing-masing regu akan menyusuri sekitar wilayah ini. Petunjuk arah akan ditunjukkan oleh kertas yang berisi Sandi Rumput, Sandi Kotak, Sandi Morse, dan Sandi—"

"Sandoro."

Suara Danisha yang cukup keras membuat semua tatapan tertuju padanya dan tawa pecah. Di antara semua tatapan itu, hanya mata Kak Gama lah yang membuat wajah Danisha bersemu merah.

"Saya harap tidak ada lagi seorang anggota pramuka yang menginterupsi dengan lelucon."

Semua kembali hening. Danisha sempat menoleh ke arah Kak Gama berdiri, tetapi sosok laki-laki itu tiba-tiba saja menghilang. Beberapa saat kemudian, barisan dibubarkan dan masing-masing regu memulai perjalanannya.

"Just don't." Kevin menghampiri Danisha.

"Kok lo ada di Tulip 3?" tanya Danisha. Keningnya mengkerut.

"Regu elo kekurangan cowok," jawab Kevin sambil berjalan beriringan.

"Kenapa nggak Kak Gama aja yang jadi cowok tambahan di sini, ya?"

"Gue udah bilang, just don't." Kevin menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Jangan ngelihat ke arah Kak Gama lagi dan jangan berharap lebih."

"Tapi, dia itu motivasi gue, Kev. Kalau bukan karena ada dia, gue pasti tetap mencak-mencak dari sejak elo jemput di deket pos satpam komplek," jelas Danisha.

"Jangan melakukan sesuatu karena orang lain, Nish." Kevin berjalan mendahului Danisha yang masih bersikukuh dengan pendapatnya.

Terik matahari yang menyengat kepala hanya terhalang oleh topi anyaman pramuka. Danisha yakin, tanpa sunblock, kulitnya akan sunburn, sebagian rambutnya akan berwarna kecokelatan seperti rambut khas anak-anak yang terlalu sering bermain layangan. Lagi-lagi, demi melihat Kak Gama yang selalu muncul dari kejauhan, Danisha rela berpanas-panasan. Ia tidak sabar untuk memperlihatkan totalitasnya sebagai seorang Penggalang.

"Semangat, Danisha!" serunya.

Sayangnya, sampai pada posko terakhir, Danisha tidak bertatap muka dengan Kak Gama. Awalnya ia berpikir bahwa Kak Gama berada di posko paling jauh dan akan menguji regunya. Seperti tidak bisa menerima kenyataan, Danisha terus saja menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keberadaan kakak kelasnya itu.

"Cari apa, Dik?"

"Kak Gama." Refleks Danisha menjawab.

Beberapa kakak senior yang menjaga posko saling berpandangan. Kevin yang berbaris tidak jauh dari Danisha hanya bisa menepuk pelipisnya sendiri.

"Di sini nggak ada yang namanya Gama, Dik. Kakak minta kamu tetap fokus dan jangan banyak melamun."

"Siap, Kak," jawab Danisha.

Acara di hari pertama selesai. Danisha tertunduk lesu selama perjalanan pulang. Ia tidak ingin lagi menoleh ke arah manapun. Kevin yang merasa gagal mengingatkan Danisha, hanya bisa merangkulnya sampai mereka tiba di tenda masing-masing.

"I wanna tell you something," kata Kevin sebelum mereka masuk ke dalam tenda. "Tapi nanti kalau kita udah pulang."

Kevin tersenyum sambil mencolek pipi Danisha. Namun, gestur Kevin tidak membuat Danisha tersenyum.

***


Spoiler for Kak Gama:


"Sekitar 10 tahun yang lalu."

Danisha berhenti menyeruput jus belimbing kesukaannya. Perlahan ia letakkan gelas panjang tersebut ke atas meja.

"Kev, bercandaan elo nggak lucu!"

"Gue nggak bercanda. Lo nya aja yang kudet," sanggah Kevin.

"Lo tahu dari mana?" Danisha mulai percaya pada cerita Kevin tentang Kak Gama.

"Ada di koran," jawab Kevin santai. "Makannya, jangan baca Webtoon mulu."

"Jadi, yang gue lihat sejak di sekolah dan di tempat kemping itu—"

Kevin mengangguk. Beberapa saat yang lalu, ia menepati janjinya untuk menceritakan sesuatu. Danisha tidak mengira bahwa cerita itu tentang Kak Gama.

Gama adalah seorang pramuka sejati. Ia paham betul seluruh tugas, hak, dan kewajiban anggota pramuka. Karena totalitasnya pada pramuka, ia ditunjuk sebagai pembina. Saat itu, ia menjadi pembina termuda di angkatannya.

Pencapaian Gama ternyata tidak disukai banyak pihak termasuk teman-temannya. Hal yang buruk pun direncanakan oleh beberapa anggota. Hingga akhirnya Gama dikabarkan menghilang ketika satu hari sebelum Jamboree.

"Kenapa dia ganggu hati gue, Kev?"

"Bukan cuma hati lo, mata gue juga terganggu dengan munculnya dia!" seru Kevin.

"Terus kenapa dia ganggu kita?"

"Katanya, dia punya sahabat cewek yang diam-diam disukainya." Kevin berdeham sebelum melanjutkan cerita. "Kayaknya dia melihat sosok dirinya di diri gue."

"Wait, what?" Kembali Danisha berhenti menyeruput jusnya.

"Udah ah, lupain aja. Intinya ya, Nish, lo itu jangan ngelakuin suatu hal karena orang lain. Ketika lo nggak dapetin apa yang lo harapkan dari orang tersebut, lo jadinya kecewa." Kevin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Enggak, sih. Gue nggak kecewa kecewa amat. Dari sekian syarat SKU yang gue hafalin, banyak faedah yang gue dapet," timpal Danisha sambil tersenyum.

"Syukur deh kalau gitu. Gue pamit pulang, ya."

Danisha menarik ujung kaus Kevin agar tetap duduk di sofa ruang tamu.

"I need your explanation." Danisha mengangkat sebelah alisnya.

"Soal apa?" tanya Kevin. Jujur saja, dia sebenarnya tahu pembahasan apa yang sedang ditodongkan oleh Danisha.

"Lo diam-diam suka sama gue?"

Bukan Danisha namanya kalau tidak blak-blakan saat bertanya. Kevin hanya bisa menelan ludah. Napasnya seketika sesak.

"Kenapa telinga lo merah, Kev?" tanya Danisha lagi.

Kevin menyerah.


Pict source
Diubah oleh Rapunzel.icious 14-08-2019 23:31
KnightDruidanasabilasomeshitness
someshitness dan 34 lainnya memberi reputasi
33
10.8K
97
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.