feymega24Avatar border
TS
feymega24
Back-Ground.


Prolog


Polusi udara yang kotor mulai menyusup sedikit demi sedikit ke dalam ruangan bersih yang dipenuhi oleh cahaya, mulai dari lampu ruangan, hingga lampu dari mesin-mesin yang terpaku di lantai; mesin operasi.

Entah bagaimana Siswoyo tiba di sana dengan sedikit terengah-engah, sambil mengatur napasnya secara kasar. Keringat di dahinya bercucuran bagai air yang bermuara di tepian sungai. Penampilannya kacau balau, rambut acak-acakannya sudah bergulat banyak dengan angin perkasa diluaran sana.

Udara yang masuk mulai tak terkendali, lantas membuatnya sedikit mengernyit. Debu-debu ini menghalangi segala pemandangannya.
Pantas saja, pintu ruangan masih terbuka lebar-lebar, meninggalkan perasaan heran pada wanita manis dengan rambut terurai panjang, di kursi operasi. Mata wanita itu melotot, kaget. Anehnya, pemandangan seperti ini justru terlihat lucu bagi Siswoyo.

Saat itu Siswoyo mulai mengerti bahwa ini bukanlah kenyataan. Sudah jelas dia sedang bermimpi, sebuah mimpi yang selalu datang berulang kali padanya. Di tempat yang sama dengan wanita manis yang sama, ekspresi wanita itu terlalu membekas di ingatannya. Menyisakan rasa penasaran yang menggebu-gebu.

Quote:


Quote:


Satu kata yang membuat Siswoyo menampar keras pipinya, kalau benar ini cuma mimpi, dia ingin memastikannya sendiri, sebab, ini terasa begitu nyata baginya. Senyuman itu terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

Tak ada yang terjadi setelahnya, dia memejamkan mata. Berbisik ‘Bangun, Yo! Gila lo!’beberapa kali pada dirinya sendiri, tapi, tidak mendapatkan apapun sebagai bayarannya.

Quote:


Tak ada respon. Siswoyo hanya mendapatkan senyuman yang membenamkan sebagian matanya, senyum bulan sabit yang membuat Siswoyo hanya bisa terperangah sembari menelan ludahnya keras-keras, merasa menyesal telah membentak seorang wanita cantik seperti itu.

Quote:

Yah, hanya itu. Sebuah kalimat permintaan tolong yang akan membuat seluruh hidup Siswoyo berubah drastis, entah, dia suka atau tidak. Senyum yang akan membuat kehidupannya sebagai seorang Psikiater yang membosankan akan lebih berwarna, mungkin, awalnya.

Memang hidup baginya hanya sekadar tempat kerja dan rumah, Siswoyo tidak pandai bersosialisasi, dia anti-sosial. Seberapa keras Siswoyo meleburkan dirinya pada aktivitas beramah tamah, sekeras itu juga seluruh tubuhnya menolak. Akhirnya, dia mulai menerima semuanya, bahwa, kenyamanan tidak dapat dipaksakan begitu saja. Semua itu muncul karena takdir, hasrat.

Jangan menyimpulkan yang aneh-aneh. Siswoyo adalah rekan kerja yang baik, dia mempunyai beberapa teman, hanya saja sikapnya yang acuh tak acuh membuat orang-orang disekitarnya mulai merasa canggung. Tak terkecuali pada keluarganya. Satu-satunya mahluk hidup yang nyaman dengannya hanya; Udon.

Yep, Udon itu seekor kucing ras persia berbulu abu-abu. Teman setianya, atau lebih tepatnya, Soulmate.

Pikirannya balik lagi, pada situasi takjub ini. Sebuah mimpi yang mengarahkannya kepada perjalanan spiritual yang melelahkan, mungkin tidak terbersit bahkan dalam bayangan seorang ahli metafisika sekalipun.

Mampus gue, batinnya.

Dengan itu matanya terbelalak, menghajar realita kembali. Tatapan matanya nanar, secara tidak langsung melubangi langit-langit di kamar apartemennya. Siswoyo membuang napas yang tertahan sejak lama, membuat dadanya sedikit sesak.

Sebelum mengatur ritme detak jantungnya kembali normal.

Dia terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya berjalan santai ke arah dapur untuk meraih botol minum dingin di dalam kulkas, meneguknya dengan sekejap. Setelah puas membereskan rasa hausnya, Siswoyo membawa tubuhnya malas ke ruang tengah, duduk menghadap jendela.

Ada sosok yang memandangnya dari sebrang, kebetulan apartemennya bersebrangan dengan apartemen lainnya. Nyaris berhimpitan, maklum ibu kota.

Dia yakin sekali, kali ini bukan ilusinya yang sedang bermain di otaknya yang terlanjur beku oleh air dingin semenit tadi, tapi, memang sosok wanita itu tersenyum padanya.

Senyum yang lumayan familiar, karena, logikanya masih berperang terus menerus. Dia mengerjap-ngerjapkan bola matanya, mengucek-nguceknya. Berusaha untuk keluar dari kegilaan teorinya sekali lagi.

Benar saja, sosok familiar itu hilang. Seperti debu tertiup jahatnya angin malam.

Siswoyo hanya bisa mengangkat bahunya, mencoba untuk menepis segala perasaan merindingnya sejak tadi. Kewarasannya masih stabil kok, pikirnya. Kayanya dia cuma kurang tidur atau lagi lapar aja.

Quote:


Nyaris mengulang kata yang sama berkali-kali malam ini.

Ketika dia hendak berdiri, berjalan malas ke kamarnya. Ujung matanya tak sengaja menangkap kembali sosok wanita di ujung sebrang sana, duduk manis di sebuah bangku dengan tatapan dan senyuman yang menurutnya familiar.

Siswoyo dengan sigap membalikkan badannya, tapi, lagi-lagi dia hanya mendapatkan kursi kosong bertengger untuk kesekian kalinya.
“Dih, halu. Udah ah gue mau bikin laporan dulu. Daripada ngehalu terus kaya gini.” Ujarnya, dengan kesal dan sedikit mengeluh.

Tanpa Siswoyo sadari, ada sebuah tawa geli yang muncul setelah dia masuk ke kamar. Wanita itu melayang tepat memasuki jendela tertutupnya. Menembus kaca yang jelas-jelas tebalnya bukan main.

Quote:

Diubah oleh feymega24 24-07-2019 13:25
telah.ditipu
hevfun
anton2019827
anton2019827 dan 15 lainnya memberi reputasi
14
4K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.