Hizbut Tahrir adalah kelompok ideologis transnasional yang menawarkan khilafah sebagai solusi terhadap segala persoalan yang dihadapi umat Islam. Bagi HT, apa pun masalah yang dihadapi umat Islam, solusinya adalah khilafah. 




Khilafah dalam pandangan HT berarti bersatunya negara-negara Islam dalam sebuah negara khilafah. Karena cita-cita ini, HT dipandang sebagai ancaman bagi banyak negara bangsa (nation state) yang berdiri atas dasar nasionalisme. Karena itu, tak sedikit negara yang melarang keberadaan HT, menggolongkannya sebagai organisasi terlarang, termasuk di negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, seperti Indonesia.

Banyak kalangan Islam yang terlena dengan ideologi khilafah HT. Mereka terbuai dengan jargon-jargon HT yang seakan terdepan dalam membela Islam. Mereka yang terlena ini bukan hanya dari kalangan awam, melainkan dari kalangan terpelajar, termasuk mahasiswa.

Padahal, kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana untuk membuktikan apakah benar HT membela Islam. Pertanyaan-pertanyaan yang kalau disampaikan dengan nada bergurau bisa dikatakan pertanyaan “level anak TK (Taman Kanak-Kanak)” ini akan gelagapan dijawab para anggota dan simpatisan HT. Mereka pasti tidak bisa menjawabnya dan itu membuktikan kalau HT tidak sedang membela Islam.

Pertanyaan-pertanyaan ini dalam konteks keberadaan HT di Indonesia. Misalnya:

1. Organisasi yang membela Islam itu bisa dibuktikan dengan aktivitas amaliahnya yang nyata bermanfaat bagi umat Islam. Misalnya, Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai jaringan ribuan pesantren untuk mendidik generasi muda Islam, sekolah umum, panti asuhan, dan sebagainya. Muhammadiyah dengan jaringan sekolah dari TK sampai perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, lembaga keuangan, dsb. yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pertanyaannya: di manakah sekolah, perguruan tinggi, panti asuhan, rumah sakit, lembaga keuangan, dsb. yang dimiliki HT untuk memajukan umat? Mungkin HT bisa menunjukkan keberadaannya, kalau memang ada.

2. Jangankan masjid, mushala kecil pun tidak pernah dibangun HT. Di manakah gerangan masjid dan mushala yang telah dibangun HT yang konon memiliki banyak pengikut ini?

3. Dalam momen-momen krusial, seperti ketika umat Islam harus berhadapan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) di era 1965, ngumpet di manakah HT? Kenapa tidak maju bersama membela Islam, seperti yang dilakukan NU, Muhammadiyah, dan kelompok Islam lainnya?


 

4. Karena HT menolak demokrasi yang dianggap sebagai sistem yang berasal dari Barat yang kafir, apa peran HT dalam membentuk aturan-aturan dan perundang-undangan yang sesuai aspirasi umat Islam? Tentu HT tak mempunyai wakil di parlemen yang terpilih lewat sistem demokrasi, sementara aturan-aturan dan perundang-undangan itu lahir dari lembaga perwakilan, seperti parlemen.

5. Kalau memang HT sedang membela Islam, sedang berdakwah, mengapa para pemimpinnya selalu disembunyikan, tidak pernah dimunculkan ke publik? Paling banter tokoh HT yang muncul ke publik adalah juru bicaranya. Organisasi dakwah yang berpihak pada Islam tentu tidak perlu takut kalau tokohnya dikenal publik. Malah harus dekat dengan publik, dengan masyarakat.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini seharusnya bisa membuka mata kita, umat Islam, tentang siapa sebenarnya HT.


Ditulis berdasarkan pengamatan pribadi.




Sumber foto

Sumber foto