Setelah sebelumnya mengecam tindakan razia buku yang dilakukan Brigade Muslim Indonesia (BMI) pada toko Gramedia Mall Trans Studio, kali ini, Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Nurdin Abdullah (NA) kembali menyindir ke empat para pelaku.

Kata NA, pelaku semestinya membaca terlebih dahulu isi buku, bukan hanya berpatok pada judul dan sinopsis lalu mencap buku tersebut terlarang.

“Makanya baca dulu buku, jangan lihat judul,” ucap NA singkat saat ditemui pada acara Sulsel Maraja di Hotel Claro, Selasa (6/8/2019) siang ini.

NA menilai, tiap buku meskipun mengajarkan tentang paham komunis, bukan berarti buku itu perlu disingkirkan. Tetapi perlu dipelajari dan dipahami. NA pun menilai buku-buku itu tidaklah membahayakan keamanan Negara.

“Kita baca itu dulu isinya, kita pahami, kalau pahaman saya, buku itu justru memberikan wawasan kepada kita, tidak ada sesuatu yang membahayakan bagi bangsa dan negara,” ucap NA yang juga merupakan dosen Kehutanan di Universitas Hasanuddin.

Jika tak seperti itu, kata NA, bagaimana mungkin masyarakat bisa mengetahui sejarah. Menurutnya, belajar sejarah adalah penting, tak terkecuali tentang sejarah komunis.

“Sejarah itu kita harus ketahui, pergerakan komunis dan lainnya, itu bagus kita baca,” ucapnya.

Sebelumnya, BMI melakukan razia buku yang dianggap kiri di toko buku Gramedia Mall Trans Studio, Makassar pada 3 Agustus 2019 lalu. Tindakan ini lantas mendapat kecaman dari berbagai pihak, salah satunya dari direktur Makassar Internasional Writer Festival, Lily Yulianti Farid.

Lily mengatakan, penetapan pelarangan buku menurut perundangan haruslah melalui pengadilan. Sejak 2010, MK memutuskan prosedurnya harus melalui pengadilan.

“Tidak bisa langsung dirazia begitu saja, apalagi oleh sekelompok masyarakat,” kata Lily.

http://sulselekspres.com/2019/08/06/...n-lihat-judul/


anti komunis,anti liberal,anti pluralis,anti freemason,anti sekular,anti yahudo,anti israel,anti iluminati,tapi apa itu ga paham,pokoknya benci aja udah