ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Alasan persinetronan indonesia underrated



Sinetron.

Mendengar kata itu maka otomatis yang terlintas dipikiran saya adalah tayangan tayangan ampas yang tidak layak tonton. Apa boleh buat tapi saya yakin mayoritas orang indonesia juga setuju dengan saya.

Persinetronan indonesia sudah dicap memiliki kualitas buruk karna hanya sekedar mengincar rating tanpa memperdulikan kualitas. Kendata banyak juga sinetron indonesia yang memiliki kualitas namun sayangnya opini publik sudah terlanjur buruk.

Memangnya apa saja yang membuat mayoritas sinetron indonesia berkualitas buruk?

Cerita yang itu itu saja



Anak durhaka, ibu tiri kejam atau azab bagi pendosa. Kira kira itu adalah tema dari sinetron yang bisa kita lihat setiap hari. Saking seringnya tema seperti ini diangkat membuat pesan moral dari film tersebut tak lagi dapat menyentuh hati dikarenakan penonton yang sudah kebal dengan cerita cerita seperti itu.

Apakah perfilman indonesia memang tak punya ide lain sampai begitu banyak film yang menggunakan tema yang sama? Sebenarnya tidak.

Ceritanya mungkin seperti ini : salah satu stasiun tv mencoba sebuah tema baru-> film tersebut populer-> stasiun tv lain meniru tema tersebut-> tema tersebut jadi pasaran hingga akhirnya membosankan->kembali ke tahap pertama.

Kesimpulannya tema baru yang masuk ke dunia perfilman akan di copy sampai tema tersebut memenuhi tv dan kemudian menjadi membosankan.

intinya sih sama aja, perfilman indonesia tidak kreativ

Karakter development yang buruk



Pasti kita sering menjumpai karakter yang seperti ini, antagonis yang jahat sampai ke tulang tulang dan protagonis yang lembek dan bodoh.

Biasanya sang antagonis dibuat menjadi karakter yang patut dibenci dengan memberinya seluruh sifat buruk yang dimiliki manusia tanpa kebaikan secuilpun sedangkan protagonisnya adalah orang yang disiksa oleh antagonis tanpa pernah melawan.
Kira kira apakah karakter seperti itu benar benar ada di dunia nyata?

Bukan hanya karakternya yang tidak punya build yang kuat, pengembangan karakternya pun nyaris tidak ada. Dengan kata lain karakter yang jahat akan terus jahat sampai akhir film dan karakter yang bodoh akan tetap bodoh sampai akhir film.

Bisa dibilang satu satunya pengembangan karakter adalah saat di akhir film dimana antagonis mendapat azab dan tiba tiba berubah jadi baik sebelum mati sedangkan si protagonis akan tetap seperti itu seumur hidupnya.

Dengan karakter yang tidak berkembang dan itu itu saja membuat sebuah film terasa datar dan menjemukan.

cerita yang terlalu biasa



Tak adanya kejutan dalam film, alur yang mudah ditebak dan pastinya happy ending untuk protagonis. Seperti itulah garis besar dari keseluruhan film.

Film akan berlangsung begitu begitu saja tanpa adanya sesuatu yang bisa membuat penonton berteriak WOOWWWWW dengan kata lain cerita berjalan sesuai dengan apa yang dipikirkan penonton.

Penonton bahkan tidak perlu berpikir untuk memahami film karna para karakter di dalam film dengan senang hati akan menggunakan telepati pada penonton agar kita bisa mendengar suara hati mereka.

Di dalam sebuah film, untuk mencegah penonton bosan, diperlukan adanya twist ataupun joke ataupun fanservice namun sayangnya mayoritas sinetron indonesia tidak memilikinya bahkan tak jarang cerita sudah lari dari konsep awal.

Soundtrack yang itu itu saja



Dihempas... gelombang
Dilempaaaar kan angiiiinn

Rasanya setiap kali saya mendengar potongan lagu diatas maka dapat dipastikan film sudah menuju akhir. Jika lagu itu terdengar sayapun akan bereaksi :

“NGGAK ADA LAGU LAIN APA? EMANG LAGU TENTANG AZAB CUMA ITU DOANG?”

Serius, apakah produser film tidak mau keluar uang untuk menambah daftar soundtrack? Tidakkah mereka bosan hanya memutar lagu itu saja?

Sampai sekarang saya tidak mengerti apa yang mereka pikirkan.

klimaks yang anti-klimaks



Coba ingat kembali saat menonton Avenger : Endgame, saat seluruh pahlawan berdatangan melalui portal penyihir dan berkumpul melawan pihak antagonis yang juga all-out, saat captain america berkata “Avenger Assemble” , dan saat seluruh penonton bioskop berteriak WOOOOOOOWWWWWWWWW.

Disitulah saya berpikir bahwa itu lah yang dimaksud dengan klimaks.

Namun apa yang kita dapatkan di sinetron?

“klimaksnya mana ya? Udah lewat toh? Tau tau udah selesai aja”

Tak bisa dipungkiri itulah yang saya rasakan, keseluruhan cerita memang berjalan datar. Meski saya berharap klimaksnya adalah saat protagonis membunuh dan mencincang antagonis maupun sebaliknya tapi kenyataannya kita diberi klimaks antagonis yang tiba tiba jadi baik dan meminta maaf pada protagonis dan protagonisnya pun dengan bodohnya memaafkan.

Sungguh anti-klimaks.

***

Dengan alasan alasan diatas tak heran jika persinetronan indonesia kerap dipandang rendah. Namun kenapa acara acara seperti itu masih mendapat rating yang begitu tinggi? Untuk pertanyaan itu bisa ditemukan jawabannya di thread saya yang ini

Sekian dari saya mari berjumpa di thread saya yang lainnya.
ciloxkaskus24
anasabila
pakolihakbar
pakolihakbar dan 18 lainnya memberi reputasi
19
11.1K
246
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.