n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
'Misteri' Negosiasi Politik di Balik Pertemuan Jokowi-Prabowo


'Misteri' Negosiasi Politik di Balik Pertemuan Jokowi-Prabowo

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada makan siang gratis. Demikian pakar hukum tata negara, Refly Harun, memaknai pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Lebak Bulus, Sabtu (31/7).

Pertemuan itu diwarnai momen Jokowi dan Prabowo bersalaman dan berpelukan. Namun, Refly menyebut pertemuan yang dilihat publik itu hanya 'panggung depan'.

Dari panggung depan itu orang bisa memaknai pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk menyelesaikan 'pertarungan' dua kubu berikut pendukungnya.

Sedangkan panggung belakangnya, menurut Refly, bisa digambarkan dengan istilah 'no free lunch' atau 'tidak ada makan siang gratis'.

"Tidak ada makan siang yang gratis. Tentunya pertemuan kali ini akan diikuti dengan negosiasi," ujar Refli kepada CNNIndonesia TV, Sabtu (13/7).

Ia bahkan menyebut negosiasi di antara Jokowi dan Prabowo mungkin sudah terjadi sebelum pertemuan itu. Lalu setelah pertemuan, lanjut dia, akan dilakukan negosiasi-negosiasi lanjutan.

Ada banyak hal yang bisa dinegosiasikan. Dari hal-hal paling mendasar terkait kepentingan nasional, hingga mungkin hal-hal yang tak terkait dengan itu. Yang pasti, kata Refly, negosiasi di panggung belakang ini tidak akan bisa diketahui oleh masyarakat.

Refly menjelaskan negosiasi itu mungkin bisa dimaknai sebagai hal yang normal dalam proses rekonsiliasi kali ini.

Terlebih, kata dia, setelah bertarung cukup keras di Pilpres 2019 baik kontestan dan pendukungnya membutuhkan pemulihan secara moril maupun materiil.

Kubu Prabowo disebutnya paling membutuhkan pemulihan secara moril. Alasannya, karena tiga kali mengalami kekalahan dalam kontestasi Pilpres.

"Ini sangat menyakitkan," ujar dia.

"Secara moril mereka perlu untuk diobati. Perlu healing, sehingga secara moril bisa terangkat kembali sebagai pemenang, tapi pemenang dari sebuah proses kontestasi yang bermartabat, kalah terhormat," jelas Refly.


Sedangkan secara materiil menurut Refly kedua kubu sudah mengorbankan materi sangat banyak. Oleh karena itu, perlu juga dilakukan pemulihan.

Ia memprediksi mungkin ada kesepakatan-kesepakatan tertentu yang sudah dilakukan demi pemulihan tersebut.

"Apakah ada deal-deal tertentu yang barangkali disepakati yang menurut saya pemulihan secara moril dan materiil itu perlu," tambah dia.

Sudahi Cebong vs Kampret

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Firman Manan menilai pertemuan Jokowi-Prabowo bisa mendinginkan dan merukunkan hubungan pendukung di akar rumput.

Dia menyoroti secara khusus para pendukung Prabowo, yang menurutnya, masih belum puas atas hasil Pilpres 2019.

"Mungkin tidak keseluruhan karena hanya yang garis garis keras saja yang tidak puas," kata Firman.

Ia mengapresiasi pernyataan positif yang dikeluarkan Jokowi dan Prabowo selama pertemuan.

Firman mencatat sejumlah ucapan penting, seperti ucapan selamat dari Prabowo kepada Jokowi dan kesediaannya membantu pemerintah lima tahun ke depan. Kemudian, ketika Jokowi mengatakan tak ada lagi Cebong dan Kampret.

Bagi Firman, pernyataan-pernyataan tersebut akan menyatukan seluruh retakan yang terjadi usai Pilpres 2019. Sebab masyarakat Indonesia pasti akan melihat sikap, tingkah perilaku, dan ucapan elit politik yang didukung dalam Pilpres 2019.

"Pertemuan ini akan memberikan kesan pertarungan politik ini biasa, ritual demokrasi lima tahunan, dan sudah selesai, pemenang sudah ada, yang kalah sudah mengakui dan berikan selamat. Jadi pertarungan itu tidak perlu lagi diperpanjang karena sudah selesai," ujar Firman.
sumber

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Sudah selesai?
Belum! Bukan bagi Prabowo, tapi bagi para pendukungnya, terutama mereka yang selama ini menaruh harapan bisa mendompleng gerbong milik Prabowo. Mereka adalah para penjual isu agama, para pengklaim pemilik kapling surga, para pengaku paling benar, para pengancam Tuhan, dan mereka para banci yang sebenarnya ingin mengubah Pancasila tapi tak berani terus terang.

Sejak awal Prabowo memang tersandera oleh mereka ini. Bukan sejak 2014. Justru moment itu dimulai sejak 2017 di Pilkada DKI Jakarta. Gerindra yang jelas-jelas Nasionalis tulen dipaksa berubah wajah menjadi Agamis Fundamentalis. Dan demi memuaskan hasrat dendamnya, Gerindra membiarkan digiring kesana kemari, dititah oleh sekelompok orang dalam sebuah Ormas yang memang punya agenda lain.

Sejatinya rekonsiliasi memang tidak dibutuhkan. Bangsa tidak pecah. Tak ada propinsi yang memisahkan diri. Pun tak ada mereka-mereka yang selalu menghina Indonesia ini, yang pergi dari Indonesia, berani bilang : "Ana lepas kewarganegaraan Republik Indonesia!" Gak ada! Mereka justru mengemis untuk bisa kembali ke Indonesia. Bukan hanya para manusia-manusia gila yang bermimpi dipimpin khilafah, tapi juga mereka yang mengaku didzalimi.

Pertemuan Jokowi-Prabowo hanya sekedar menurunkan tensi para pendukung yang masih berperang dalam dunia maya. Hanya di dunia maya. Dan itupun para pendukung Jokowi hanya bertahan dari gempuran hoax dan kebencian yang disebar sebagian besar pendukung Prabowo yang masih masif memenuhi jagat dunia maya, meskipun terkadang para pendukung Jokowi hanya menanggapi dengan candaan.

Bicara masalah negosiasi, nampaknya tak akan ada negosiasi. Andai kubu Prabowo menyetujui usul para koplakers yang meminta ulama-ulama yang terjerat kasus dan hukum agar dibebaskan, maka alangkah bodohnya. Tak mungkin Prabowo sebodoh itu. Dan tak mungkin juga Jokowi mau menerima permintaan mustahil tersebut.

Kalau ada deal-deal khusus mengenai jabatan yang akan diberikan oleh Jokowi terhadap kubu Prabowo, nampaknya juga tak akan semudah itu. Para pimpinan partai pendukung Jokowi tak akan mau menerima. Tak mungkin mereka yang berdarah-darah mau menerima mereka yang telah mencederai mereka begitu saja. Kalaupun ada, artinya kubu Prabowo secara sadar menghinakan mereka sendiri. Mudah-mudahan mereka masih punya rasa malu.

Mengenai sebutan Cebong vs Kampret, itu akan tetap ada sampai 5 tahun kedepan. Dua hewan yang melegenda diera pilpres dicipkakan karena aksi dan reaksi. Kubu Prabowo lah yang memulainya. Coba sebut saja panggilan hinaan buat Jokowi. Dari Jae, planga-plongo, tukang mebel, Jo Koh Wie, Kowi, Kuwi, dan segudang sebutan yang tak pantas, enteng saja disebut oleh para pendukung Prabowo. Padahal dari pendukung Jokowi, mereka hanya memanggil Prabowo dengan panggilan Wowo, Uwo-uwo. Mentok di Hiya Hiya.

Sekarang, Prabowo punya musuh baru. Dan musuh baru Prabowo adalah para pendukungnya sendiri yang sakit hati dengan langkah Prabowo bertemu dengan Jokowi. Padahal Islam menganjurkan jangan pernah memutus silaturrahim, tapi manusia-manusia bodoh yang suka membawa-bawa isu agama justru tak suka dengan langkah Prabowo. Ini memalukan.

Bagi para pendukung Jokowi, serangan kepada Prabowo jika itu dilakukan oleh mereka yang jelas-jelas sampah demokrasi, yang suka mengobral agama, yang senang dengan perpecahan bangsa ini, maka itu adalah musuh bersama. Para pendukung Jokowi pasti akan membentengi Prabowo dari serangan seperti itu. Tak perlu secara masif, tapi sporadis saja dengan membalikan semua kata-kata mereka. Mudah, semudah membalik telapak tangan.

Akhirnya, musuh yang sebenarnya bagi bangsa ini makin terkuak. Dan itu wajib diperangi oleh seluruh pendukung Jokowi dan Prabowo yang mencintai negeri ini, mencintai NKRI. Biarkan mereka menangis dan marah berkepanjangan. Tapi jika mereka membuat kekacauan di negeri ini, hantam!

Akhir kata, tak ada musuh abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Itu tak lagi jadi patokan pembenaran, karena musuh abadi bangsa ini nyata, dan merekalah yang menjadi benalu, mengobral agama demi syahwat kekuasaan, adalah musuh abadinya. Awasi mereka, jangan lengah.

Diubah oleh n4z1.v8 13-07-2019 12:42
azirma.ayrus
nona212
tien212700
tien212700 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
6.9K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.