AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Dihina Karena Kumpulkan Batu, Akhirnya Karyanya Diakui Dunia



Barangkali, siapapun yang melihat pekerjaan pria ini, pasti akan berkomentar, setidaknya dalam hati, “Ah kurang kerjaan banget loe! Ngapain tiap hari kerjanya cuma ngumpulin batu? Buat apa batu setupuk gitu, mau dimakan?”

Yah, kadang orang mencibir bahkan menghakimi orang lain hanya berdasarkan logika semata, tanpa meneliti apa yang menjadi tujuan seseorang melakukan hal yang dianggap tidak rasional, seperti mengumpulkan batu. Apalagi pekerjaan itu dilakoni setiap hari selama puluhan tahun.
***
Hal seperti itulah yang terjadi pada diri pria bernama Ferdinand Cheval (FC).

Pria asal Prancis ini, selama 33 tahun kerjaannya hanya mengumpulkan batu setiap hari, sehingga para tetangganya banyak yang nyinyir.

Bukan hanya dinyinyiri, bahkan ada yang menghujat dan menganggapnya sebagai ‘orang gila batu’.

Kebiasaan FC mengumpulkan batu tersebut berawal di tahun 1879, ketika ia berumur 43 tahun, yang berarti ia baru berhenti mengumpulkan batu saat usianya 76 tahun.

Saat itu, FC tersandung sebuah batu yang membuatnya hampir terjatuh. Entah karena kesal atau apa, ia memungut batu tersebut dan membawanya pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya, ia kembali melihat banyak batu yang serupa, dengan berbagai bentuk, ukuran dan warna.

Akhirnya ia tertarik untuk mengoleksi batu-batu tersebut. Semua batu itu dimasukkannya ke dalam saku, lalu di bawa pulang.

Selanjutnya FC menggunakan keranjang dan gerobak, agar bisa mengangkut batu lebih banyak setiap hari.

Begtiulah yang dilakukannya selama 33 tahun, yang umumnya dilakukannya pada malam hari. Bisa dibayangkan, bagaimana banyaknya tumpukan batu yang berhasil dikumpulkannya, tanpa jelas apa tujuan dan kegunaanya.



Akhirnya terjawab juga apa yang diinginkan FC dengan batu-batu tersebut. Setelah 15 tahun mengumpulkan batu, yakni di tahun 1894, ia mulai menyusun batu-batu tersebut menyerupai sebuah bangunan, yang disebutnya Palais Ideal (PI).



Bangunan itu hanya menggunakan lampu minyak sebagai penerangan.

Idenya membangun istana tersebut tercetus begitu saja, sejak putrinya, Alice, meninggal dunia dalam usia 15 tahun.



Bangunan itu didediksikannya untuk mengenang putrinya tersebut, yah mungkin seperti Taj Mahalyang dibangun Syah Jihan untuk mengenang istri tercinta. Kemudian ia memberi nama istana tersebut dengan Vila Alicius.



Meski sudah jelas tujuannya, FC tetap mendapat kritikan dan cemoohan dari warga sekitarnya, karena tidak jelas bentuk dan kegunaannya. Batu-batu itu direkatkannya dengan kapur, mortar, dan semen.

Hampir 20 tahun, FC baru bisa menyelesaikan bangunan aneh tersebut, tepatnya di tahun 1912. Ternyata berbentuk sebuah istana, dari berbagai gaya klasik yang unik dari beberapa agama Kristen dan Hindu.



Yang lebih mengagumkan, bagian pagar dan gapura dari bangunan tersebut juga diberi pahatan oleh Ferdinand, berbentuk gurita caiman, gajah, beruang, dan burung, serta makhuk mirip peri.

Tahun 1912, bertepatan dengan selesainya istana megah tersebut, istri dan putra FC yang bernama Cyril meninggal dunia, dan dimakamkan di sana.

Karya FC tersebut akhirnya dikagumi oleh dunia, termasuk oleh tokoh seperti Andre Breton, Pablo Picasso, dan Max Ernst.

Max Ernst bahkan sempat meminta agar bisa dikuburkan di sana jika ia wafat. Namun permintaan itu ditolak, sehingga FC kembali membangun sebuah istana batu untuk Max Ernst, yang dibangun selama 8 tahun.

Bangunan karya FC yang berisi pahatan dan mitologi ini dikenang oleh seniman dunia. Dan FC wafat pada 19 Agustus 1924, dalam usia 88 tahun. Ia juga dimakamkan di istana megah karyanya yang pernah dilecehkan orang itu.(*) Ref
adnanami
dhinyzfrn
ximuzzaii
ximuzzaii dan 25 lainnya memberi reputasi
26
18.6K
89
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.