londo.046
TS
londo.046
Mengapa Sekolah Favorit Dikejar?


Beberapa hari ke belakang, terdengar ribut-ribut soal zonasi dalam penerimaan siswa di tingkat SMP-SMA. Masalah bersumber pada anak-anak yang berprestasi dan mempunyai nilai bagus, tidak dapat masuk ke sekolah favorit. Kendalanya ada pada jarak rumah yang jauh dari sekolah yang diinginkan. Sejauh yang saya tahu (mohon dikoreksi kalau salah). Penentuan anak diterima di sekolah mana berdasarkan jarak dari sekolah ke rumah. Semakin dekat, semakin berpeluang.

Sistem ini bagus sih, untuk meratakan kualitas tiap sekolah. Sebab, murid pintar tidak terpusat pada satu sekolah. Masalahnya adalah, mindset soal sekolah favorit itu sudah mencengkeram pikiran para siswa dan orang tua. Intinya, kalau sekolah di sekolah favorit itu kualitas guru dan fasilitas yang ada di sekolah itu jempolan, paling bagus dan seterusnya. Faktor inilah yang membuat calon siswa dan orang tua siswa yang kemampuan akademiknya tinggi cenderung ingin masuk ke sekolah favorit.



Sebagai mantan siswa yang pernah bersekolah di sekolah yang dianggap favorit, boleh dong, jika memaparkan ada apa saja sih di sekolah favorit itu. Yah, paling tidak berdasarkan apa yang saya alami dan rasakan selama enam tahun bersekolah (SMP-SMA favorit) itu seperti apa. Kebetulan saya juga sering bergaul dengan anak-anak dari sekolah dengan label biasa saja.



Tingkat Kompetisinya tinggi. Saya rasa inilah yang membedakan antara sekolah favorit dengan sekolah tidak favorit. Tingkat kompetisi tinggi, memaksa anak-anak didik di sekolah favorit belajar dengan ritme yang gila. Tidak cukup hanya belajar serius di sekolah, mereka bahkan menambah belajar lagi dengan ikut les tambahan di luar. Tujuan mereka, ingin menjadi yang paling baik. Mungkin karena inputnya anak-anak pintar ya, jadi kompetisi pun berjalan dengan alami. Sebab tidak ada yang mau menjadi nomor dua.

Nah, belajar di lingkungan seperti ini, membuat anak-anak malas, tidak niat sekolah seperti saya, mau tidak mau harus mengikuti ritme yang sama. Paling tidak, harus mengimbangi lah agar tidak jauh tertinggal. Malu soalnya kalau menjadi paling bloon di kelas. Jadi jangan heran jika output yang dihasilkan oleh sekolah favorit itu bagus-bagus. Karena itu tadi, sudah direbus dengan matang dengan persaingan super ketat di dalam.

Saya pernah masuk di kelas yang jumlahnya 35 siswa, dan semuanya masuk 10 besar. Kenapa? Karena satu peringkat diisi oleh beberapa anak. Hal itu terjadi karena menggunakan sistem nilai pembulatan, ini terjadi saat SMP. Di SMA, nilai ditulis apa adanya, jarak antara ranking satu dengan peringkat akhir hanya berselisih sembilan poin. Kebayang ya, gimana sengitnya persaingan di sana. Bedanya tipis-tipis, nol koma.

Inilah alasan logis mengapa banyak calon siswa dan orang tua siswa yang ingin anaknya masuk ke sekolah favorit. Agar kultur belajar serius mengarah gila-gilaan menular kepada anak mereka. Percayalah, sebodoh apapun anaknya kalau belajar bareng anak pintar, dengan ritme gila lama-lama akan terkatrol juga kemampuannya. Minimal semangat dan kemauannya.



Fasilitas Sekolah. Saya kira inilah yang luput dipikirkan oleh Kemendikbud. Sistem zonasi akan sukses jika antar sekolah memiliki fasilitas yang sama. Fakta di lapangan, fasilitas di sekolah favorit itu jauh lebih bagus dibandingkan dengan sekolah dengan titel biasa saja. Bisa dilihat dari mulai laboratorium sampai dengan perpustakaan. Kalau sekolah saya dulu, hanya kalah di fasilitas olahraga. Maklum, ada di tengah kota, jadi wajar saja kalau tidak punya lapangan luas untuk bermain bola. Punyanya lapangan basket, volly dan futsal. Hehe..

Diakui atau tidak, semakin lengkap fasilitas belajar, akan berbanding lurus dengan dengan output  yang dihasilkan. Sebagai orang tua, anak yang berprestasi, tentu akan lebih memprioritaskan masuk ke sekolah yang fasilitasnya lengkap dong. Untuk menunjang kegiatan belajarnya kelak. Sesuatu yang jelas tidak akan didapatkan oleh sekolah yang berlabel biasa-biasa saja. Di sinilah PR Kemendikbud untuk membuat standarisasi fasilitas tiap sekolah agar setara satu dengan yang lain.



Terakhir, kualitas pendidik. Dengan segenap kerendahan hati, saya sedang tidak meragukan kompetensi dari Bapak-Ibu guru yang mengajar di sekolah bukan favorit. Ibu saya seorang guru juga, mengajar di SMP biasa-biasa saja, dan beliau sering heran dengan materi yang diberikan kepada saya. Jadi misal minggu ini beliau baru masuk materi A, maka saya sudah masuk materi A, tapi sudah di pengayaan, alias pendalaman dari materi A.

Apa yang ingin saya sampaikan di sini? Guru yang biasa mengajar anak pintar di sekolah favorit akan menuntaskan sebuah materi dengan cepat. Untuk menginjak ke materi selanjutnya, kalau dipaksakan tentu akan melangkahi silabus sampai dengan promes (program semestaer) yang sudah disusun Dinas Pendidikan. Di situlah guru dituntut untuk membuat materi pengayaan atau pendalaman tentang materi A tadi. Dengan kata lain, guru di sekolah favorit itu akan lebih kreatif, kaya materi dalam penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) daripada guru di sekolah yang biasa-biasa saja.

Bayangkan jika setiap tahun guru terus dipaksa kreatif seperti itu, sementara yang lain asal habis materi, kira-kira guru mana yang kompetensinya semakin naik? Dari sini akan ter-maindset lagi, kalau guru di sekolah favorit itu lebih pintar, lebih berkompeten dari sekolah biasa. Wajar, pisau saja asal diasah terus akan menjadi lebih tajam daripada yang jarang diasah. Kira-kira begitulah analogi untuk guru di sekolah favorit.

Well, jika saya ditanya, setujukah saya dengan sistem zonasi? Saya setuju dengan beberapa catatan. Itu tadi, harus ada standarisasi yang jelas tentang fasilitas sekolah. Kedua, bagaimana menghadapi problem, anak yang hanya terkurung dalam satu lingkungan saja. Zona itu kan memaksa anak tidak bisa jauh dari rumah ya. Beda dengan tanpa zona, di mana orang Jepara, Demak, Pati, sampai Rembang, bisa jadi teman sekelas saya di Kudus. Semoga, Kemendikbud segera menemukan formula yang tepat untuk masalah ini. Salam Damai.



Merdeka!

Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini, sini
gorgorgoriiianasabila4iinch
4iinch dan 21 lainnya memberi reputasi
22
12.5K
149
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.