Sindir Jokowi Salesman dan Amatiran, Fadli Zon 'Disemprot' Gus Nadir

Gus Nadir menjanjikan Fadli Zon penjelasan secara spiritual soal alasan Prabowo Subianto gagal menjadi presiden.

Suara.com - Julukan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon tengah menjadi bahan perbincangan di media sosial.

Rais Syuriah PCNU Australia Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir pun ikut memberikan respons.

Tanggapan tersebut disampaikan Gus Nadir di Twitter pada Sabtu (29/6/2019).

Ia menjanjikan Fadli Zon penjelasan secara spiritual soal alasan Prabowo Subianto gagal menjadi presiden.

Di tweet-nya, Gus Nadir juga menyertakan 'salesman' dan amatiran', dua julukan yang disematkan pada Jokowi oleh Fadli Zon.



"Nanti kapan-kapan saya bocorin ya Bro @fadlizon kenapa secara spiritual ibu pertiwi menolak Pak Prabowo jadi presiden, biar Anda paham ini bukan soal Pak Jokowi, yang Anda anggap sebagai salesman dan amatiran," tulis Gus Nadir.

Sebelumnya diberitakan, Fadli Zon tak bisa menutupi kekecewaannya, setelah seluruh permohonan gugatan sengketa Pilpres 2019 yang diajukan Paslon 02 Prabowo - Sandiaga Uno ditolak Mahkamah Konstitusi (MK).



"Itu adalah pernyataan negarawan. Sayangnya, bangsa ini telah kehilangan kesempatan dipimpin oleh seorang berkualitas negarawan, bukan ‘salesman’, amatiran, atau politikus yang sering bicara ngawur atau mengancam-ancam anak bangsanya sendiri," ungkap Fadli Zon melalui keterangan tertulisnya, Jumat (28/6/2019).
sumber

==========

Mereka mengaku ber Tuhan Allah.
Tapi mereka menolak Takdir Allah.
Allah dipersalahkan saat mereka kalah, tapi Allah diagung-agungkan saat mereka menang dengan membawa ancaman ayat dan mayat.

Mereka selalu membawa-bawa Allah dalam urusan duniawi mereka, semata-mata untuk mengelabui rakyat yang awam dengan kelicikan mereka. Mereka tak mau berkaca pada diri mereka sendiri, sebusuk apa hati mereka.

Mereka berharap Indonesia besar, dihormati dan dihargai dunia.
Mereka berharap Indonesia damai dibawah bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Mereka berharap Indonesia bersatu dibawah Kibaran Bendera Merah Putih dan Kepak Sayap Garuda Pancasila.
Mereka berharap pembangunan adil dan merata.
Mereka berharap dalam doa-doa mereka, dalam hujatan-hujatan mereka, dalam caci maki mereka, dalam tangis dan marah mereka.

Ketika Allah akhirnya menjawab dan telah memberi yang terbaik bagi bangsa ini, mereka mengingkarinya.

Mereka merasa lebih menjadi Tuhan dibanding Tuhan.
Mereka merasa lebih menjadi Nabi dibanding Nabi.
Mereka merasa lebih menjadi Wali dibanding Wali.
Sehingga mereka merasa berhak untuk memaksa Allah, padahal Allah Maha Berkehendak. Allah Maha Tahu.

Allah Maha Tahu, mana para alim ulama yang munafik, mana para alim ulama yang jujur.
Allah Maha Tahu, mana para ustadz yang khawarij, mana para ustadz yang aswaja.
Allah pastinya memilih golongan Habib yang lemah lembut tutur katanya, bersih hati dan ucapannya, bukan golongan Habib yang merasa paling aku dalam segalanya, sehingga tak ada bedanya lagi antara Habib dengan kumpulan preman yang suka berkata kasar dan memaksa.

Ini Indonesia, bukan Suriah, bukan Irak, bukan Yaman, bukan Palestina, bukan Somalia.

Ini Indonesia, tanah tumpah darah kita, yang ditegakan dari darah dan airmata para Syuhada, para Pahlawan, yang tak pernah berhitung tentang balas jasa dan agama. Mereka berjuang demi satu bendera, Merah Putih.

Ini Indonesia, dimana perjuangan itu dilakukan oleh seluruh anak bangsa, anak negeri, tanpa melihat agama, suku bangsa, ataupun keturunan.

Jangan pernah bermimpi Indonesia akan memiliki bendera Hitam atau Hijau atau Merah saja!
Jangan pernah bermimpi Indonesia berlambangkan Bintang Emas atau Pedang!
Jangan pernah bermimpi Indonesia melihat peperangan antara tentara dengan polisi!

Ini Indonesia.
Sampai langit runtuh, 100 atau 200 tahun lagi, ini tetap Indonesia.
Jangan pernah bermimpi untuk merubah Indonesia kami.