fitrisohAvatar border
TS
fitrisoh
(CERBUNG) TUMBAL MALAM PENGANTIN
Part 1


"Sudah tak bisa dielak lagi, Nduk. Jodohmu yang sebenarnya, sepertinya akan berasal dari alam lelembut. Terima takdirmu, hanya dia yang bisa memberiku cucu. Umurku, sudah tak lama lagi."

***

Hening. Malam semakin merangkak naik. Suara tawa yang tadi memenuhi ruang tamu telah lenyap. Hanya sesekali terdengar dengkur samar. Para tamu itu pasti sudah tidur, pikir Nurmala, matanya yang bulat dinaungi bulu lentik menatap jam dinding dengan gelisah. Keringat dingin membanjir di tubuhnya yang hanya mengenakan kemben, saat terdengar denting nyaring sebanyak 12 kali dari ruang tamu. Jantungnya menghentak kuat. Apakah akan kembali terjadi? Nurmala menggeleng, mencoba memberantas berbagai pikiran buruk.

Di depan Nurmala, suami yang baru menikahinya beberapa jam menatap penuh kasih. Seharusnya, ia senang, lantas menyongsong dengan hati riang setiap belaian yang diberikan sang suami. Tapi, tidak. Nurmala tak bisa tenang. Tubuhnya bagai patung. Bukan berarti tak menginginkannya. Bukan. Hanya saja, kejadian setahun lalu, sejak tadi berkelindan di benak.

Akankah malam ini terjadi lagi?

Tatapan Nurmala lekat pada lelaki gagah yang kini tergolek lelah di sampingnyq, senyumnya tersungging, dengan wajah nampak puas. Sesekali, tangannya berayun lembut membelai rambutnya.

"Ada apa, Dik? Sepertinya, dari tadi kamu tak merasa nyaman."

Nurmala menggeleng, segera saja ia meringkuk dalam dekapan sang suami. Satu menit. Dua menit. Semoga, kali ini tak terjadi. Ya, mungkin takkan terjadi lagi, Nurmala mencoba meyakinkan dirinya. Lima hari sebelum menikah, ia dan bapak mendatangi pusara ibu guna meminta restu, hal yang tak pernah dilakukan dipernikahan pertama dan kedua.

Bukan hanya pusara ibu yang mereka datangi, pusara para wali, makam keramat, orang pintar, semua disambangi. Mungkinkah permintaannya telah dikabulkan?

Mungkin, iya. Ini malam pertama yang sukses. Tak berhenti di tengah jalan seperti pada malam pengantin sebelumnya. Jadi, mungkin memang takkan terjadi hal-hal buruk.

Nurmala baru mengembuskan napas penuh kelegaan saat tiba-tiba sang suami memegangi perutnya. Wajah tegas kecokelatannya nampak kesakitan. Bibir bergemeretak, seolah sedang menahan rasa sakit teramat sangat.

"Mas, Mas kenapa? Maas! Maas Has!"

Dengan wajah panik Nurmala mengguncang-guncang tubuh suaminya. Tangan Has mencengkeram perut. "Sakit, Dek. Sakiiit."

"Apanya yang sakit, Mas. Apa, Mas!" Nurmala beranjak bangun, mengenakan gaun pengantin berbelah dada rendah, lalu menyentuh wajah Mas Has. Dingin sekali. Keringat Has membanjir.

"Sakit. Sakit. Sa-kiiit!"

Tangan Has berkeringat. Tubuhnya mengejang. Ia mencengkram perut, lalu tangannya berpindah ke perut bagian bawah, ke bawahnya lagi. Di situ, sesuatu yang seharusnya akan membuat Nurmala memberi cucu pada bapak, perlahan mengembung. Titik-titik cahaya kekuningan berkerumun di situ, seperti sekumpulan semut mengerubungi gula. Nurmala syok. Ia menjerit histeris. Kejadian ini, sama persis dengan sebelum-sebelumnya.

"Tolong! Tolong! Tolooong!"

Tak lama, pintu kamar mereka digedor-gedor dari luar. "Nduk, buka! Buka!"

Tubuh Nurmala bagai kaku. Dipandangnya sang suami yang kini melolong menyayat, lalu tubuhnya perlahan mengendur, bersamaan dengan raibnya cahaya di alat vitalnya, membuat benda itu terkulai pada ukuran semula. Nurmala menyambar kain untuk menutupinya.

Pintu berhasil didobrak dari luar. Wajah sang bapak nampak pias. Sanak saudara Has menyerbu masuk, menatap Has dengan wajah heran. Lalu, mereka semua menjerit bersamaan saat menyadari sesuatu. Tubuh Has tak berkutik sama sekali, wajah gagah itu terlihat kesakitan dengan biji mata melotot.

Nurmala terisak. Apa ini sudah takdirku? Tatapnya pilu.

"Mbak Yu! Seharusnya mbak Yu sadar diri!"

Semua orang langsung menatap sumber suara. Di ambang pintu, Ndari menatap sang kakak dengan mata berapi-api. Bocah 2 tahun dalam gendongannya menangis keras, tangan kecilnya menunjuk-nunjuk ke sudut kamar.

"Mbak Yu dapat kutukan! Seharusnya, mbak Yu tidak menikah! Ndari sudah ingatkan mbak, tapi tetap aja ngeyel! Wajah cantik, mata bulat, pipi mulus, hidung lancip, bibir tipis ... semua anugrah yang selalu didamba kaum lelaki pada diri mbak, semua itu adalah kutukan, Mbaak! Badan montok mbak, tubuh tinggi mbak, semua adalah kutukan! Jangan pernah menikah lagi, Mbak! Jangan menikah lagi!"

Suara perempuan bertubuh mungil itu melirih. Ia terisak pelan. Diturunkannya sang anak ke bawah yang langsung menangis semakin kencang, lalu berlari memeluk Nurmala. Mereka berpelukan, sama-sama terisak keras. Rizal berlari memeluk lutut sang ibu, tangisnya semakin kencang, tangan terus menunjuk-nunjuk ke sudut kamar. Semua orang berpandangan. Tak ada siapa-siapa di sana.

Bersambung.
Diubah oleh fitrisoh 15-06-2019 08:27
KnightDruid
anasabila
someshitness
someshitness dan 14 lainnya memberi reputasi
15
10.4K
48
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.