ertamaxertamaxertamaxertamax

Gaes, lebaran baru saja lewat, pertanyaan seputar kapan nikah dan hal-hal yang berkaitan dengannya pasti masing terngiang di telinga dong. Apalagi kalau kamu jones, kayak ts misalnya 😅😅, ketemu siapa pun pasti ditanyai kayak gitu. Apes banget dah.

Mungkin kamu sering juga mendengar celetukan kayak gini :

Gimana sih tanggapan kalian kalau dapat pernyataan semacam ini?

Kalau menurut ane nih, ya. Pertama, menikah itu bukan soal umur.Tidak ada patokan usia segini udah harus nikah, udah harus sukses, punya anak dan bla-bla. Mau usia berapa pun kalau memang belum siap nikah, ya mau diapakan lagi. Lagian nih ya, menikah di usia muda tak menjamin kebahagiaan seseorang. Justeru beban dan tekanan mental lebih besar, karena cara berpikir yang belum dewasa dan emosi pun masih labil.

Kedua, menikah itu bukan kompetisi, gaes. Iya lah. Jangan samakan menikah dengan lomba balap karung di acara tujuh belasan. Di mana siapa yang sampai duluan dia lah pemenangnya.

Pernyataan ini sudah sangat menyinggung loh, gaes. Kamu yang belum menikah bukan berarti kalah sama yang sudah menikah. Kenapa kesannya kayak adu kecepatan gitu ya? Padahal nih, menurut ane, ini cuma perkara status doang. Lebih miris lagi, orang yang belum menikah selalu dianggap belum berhasil menjadi manusia. Ini sering ts alami, dan kadang bikin depresi juga dengernya. Yah, malah curhat deh. 😅😅😅

Ketiga, menikah itu bukanlah sebuah prestasi.Ingat itu baik-baik. Yes! Menikah itu bukanlah pencapaian yang harus dikejar, diperlombakan, apalagi dijadikan tolok ukur kesuksesan seseorang.

Oh ya? Yakin kalian sukses setelah menaklukan doi dan menyeretnya dalam mahligai rumah tangga? Bagaimana kehidupan selanjutnya setelah pernikahan?


Gaes, patokan sukses tidaknya sebuah pernikahan tidak bisa diukur dalam setahun dua tahun usia pernikahan, tapi seumur hidup. Jika kalian langgeng sampai akhir hayat, baru deh tuh bisa dikatakan sukses. Padahal nih, ya, ane sering tuh lihat berita seputar perceraian dan perselingkuhan. Bukan hanya di TV, gaes, bahkan di kehidupan sekitar pun tak jarang yang kayak gitu. Jadi, prestasinya dinilai dari sisi mana?

Gaes, menikah itu mungkin adalah kewajiban, sebuah tujuan, upaya pematangan dan kesempurnaan hidup, tapi bukan pencapaian akhir. Justeru menikah adalah sebuah awal dari perjalanan baru. Di sini, kalian akan beradaptasi dengan kehidupan baru, pengalaman baru, bisa juga permasalahan baru. Jadi, jangan pernah menganggap bahwa menikah adalah kemenangan yang harus diperebutkan.

Menikah itu urusan hati, mental dan finansial. Jika kamu belum mencukupi tiga hal tersebut, mending pikirkan dulu deh. Jangan karena dipanas-panasi tetangga atau teman, kamu malah buru-buru menikah, tanpa memikirkan dengan siapa menikah, apalagi tanpa cinta. Oh, no! Hidup kita tidak bergantung dari nyinyiran tetangga!

:tepuktangan:tepuktangan:tepuktangan:tepuktangan

Okelah, gaes. Ane rasa cukup sekian curhat dari ane, sebelum jadi tambah baper. 😅😅 Intinya, jangan jadikan tuntutan menikah sebagai beban hidup. Cukup nikmati, jalani, dan biarkan waktu yang menjawabnya. Jangan lupa berusaha dan berdoa. 😉😉

Terima kasih sudah berkenan membaca, dan jangan lupa tinggalkan jejak sebagai apresiasi atas thread ini. Selamat malam dan selamat beristirahat. 😉😉