Perkembangan teknologi Romawi sebagian besar terjadi karena mengadopsi teknologi dari daerah jajahannya. Demikian juga dengan ketapel, yang pada mulanya ditemukan oleh bangsa yunani. Selama pertempuran dengan orang-orang Yunani sekitar tahun 300 SM, orang-orang Romawi mempelajari ketapel Yunani dan mulai merancangnya sendiri. Ketapel Yunani sendiri awalnya hanya digunakan untuk melawan pasukan, dan lebih ringan karena bisa dibawa kemana-mana. Namun bangsa Romawi mulai memasukkan torsi ke dalam ketapel dan menjadikannya senjata berat untuk melakukan serangan-serangan besar. Dengan adanya tenaga torsi sebagai gaya untuk melempar, ketapel Romawi mampu menjadikan batu seberat 80 Kg sebagai amunisinya, dan kadang ditambahkan api yang menyala pada batu tersebut untuk memperbesar dampak kerusakan. Sejarawan banyak berbeda pandangan mengenai jarak tembak ketapel ini, namun untuk ukurannya bisa mencapai 7-9 meter, dengan panjang 9-10 meter, dan pengoperasiannya membutuhkan lebih dari 30 orang. Dampak batu yang dilempar dengan alat ini mampu menyerupai seperti hantaman kereta api ke sebuah tembok.

Para perancang Romawi sering membuat senjata yang disesuaikan dengan kebutuhan perang. Dan Onagar sepertinya dibuat dengan tujuan pergerakan yang lebih mudah namun tetap memiliki kemampuan merusak yang sama seperti Catapults. Memiliki panjang 5-7 kaki, Senjata ini masih menggunakan sistem ketapel torsi sebagai mekanisme sanjatanya, namun diletakkan diatas platform seberat 400 pon dan memiliki 4 buah roda untuk manuver geraknya, walau pun masih dibantu kuda untuk mobilitasnya. Dengan jarak tembak maksimal 350 kaki, dan jarak paling efektif 150 kaki, Onagars sering digunakan untuk melawan pasukan lawan dari jauh.

Senjata ini biasa ditempatkan di dinding kastil atau berjaga dekat barisan pasukan. Berbeda dengan Onager, Mangonel dapat menembakkan misil dengan kecepatan tinggi namun pada lintasan ketinggian cukup rendah, Mangonel adalah senjata efektif dalam pertempuran pada lapangan terbuka melawan pasukan infantri. Mekanismenya pelontarnya menggunakan gaya pegas seperti pada busur panah. Memiliki panjang 12-16 kaki dan berat mencapai 1300 pon, senjata ini hanya membutuhkan 2 orang dalam pengoperasiannya. Jarak tembak maksimalnya mencapai 450 kaki dengan jangkauan efektif 250 kaki. Terkadang misil yang ditembakkan akan ditambahkan dengan api menyala untuk memperbesar dampak kerusakannya.

Senjata jenis Balista adalah salah satu jenis senjata yang dikagumi bangsa Romawi. Cara kerjanya mirip dengan Crossbow modern, namun dengan amunisi sudah menggunakan besi pada ujung kayunya. Senjata ini menggunakan dua roda untuk mobilitasnya dengan membutuhkan hanya 2 orang untuk menggerakkanya sehingga jenis senjata ini bisa ditempatkan pada kapal-kapal, dinding kastil, atau pada benteng -benteng sekitar kota. Dengan panjang amunisi mencapai 2 meter, pada jarak efektif 250 meter, senjata ini bisa menancapkan kayunya pada beberapa pasukan sekaligus.

Dengan menggunakan baut-baut besi sebagai amunisinya, alat ini dipercaya sebagai pelopor senjata mesin pada periode Romawi. Disebutkan senjata ini mampu menembakkan hingga 11 baut permenitnya dan memiliki jarak tembak maksimal hingga 460 meter membuat senjata ini menjadi sebuah rancangan mesin perang yang menakjubkan saat itu. Sayangnya rancangan mesin ini tidak pernah dibuktikan dan tidak ada sisa-sisa alat ini yang pernah ditemukan.

Alat ini sebenarnya bukan senjata, melainkan sebuah sarana pendukung untuk melakukan serangan dlam jarak dekat untuk mencapai tingginya tembok-tembok pertahanan saat itu. Sebagian besar menara akan dibangun ditempat, karena tinggi menara biasanya akan disesuaikan dengan ketinggian tembok kastil yang akan diserang. Alat ini adalah mesin militer sekali pakai. Sebelum digunakan biasanya menara akan dibasahi dengan air untuk mencegah pembakaran yang akan dilakukan lawan, ataupun siraman-siraman minyak panas. didalam menara biasanya akan ditempatkan pasukan pendukung seperti pemanah atau balista sembari menara akan bergerak maju dengan didorong oleh manusia atau kedelai. Menara pengepungan tertua yang pernah digunakan diduga berasal dari abad ke 9 SM.

Alat satu ini juga tidak termasuk dalam kategori senjata, namun sebagai alat pendukung untuk mendobrak. Walaupun bentuknya terlihat aneh, namun pada masa itu alat militer satu ini termasuk yg paling efektif dan mahal. Dengan didorong oleh 100-an orang, alat ini dilengkapi dengan sebatang besar kayu dengan ujung pemukulnya dilapisi logam keras. Ujung pemukul itu kemudian akan dibakar lalu akan dihantamkan ke pintu-pintu atai tembok-tembok paling rapuh disekitar benteng lawan. Fungsi dari api pada ujung pemukul agar ketika hantaman mengenai kayu penghalang akan meninggalkan api-api yang akan membantu menggerogoti halangan tersebut. Namun pasukan yang mengoperasikan alat ini biasanya akan menerima serangan paling parah karena jarak pertempuran yang dilakukan cukup dekat dengan lawan. Tidak hanya serangan panah pasukan lawan, namun siraman minyak panas sampai mayat-mayat manusia mati kadang akan dilemparkan ke alat ini.